Extra Chapter

5.2K 185 9
                                    

Pernikahan kami sudah berjalan 8 tahun, Azka pun sudah memasuki usia anak sekolah. Aku bahagia memiliki suami seperti Adrian, tingkahnya tidak pernah berubah tetap kekanakan seperti dulu. Seperti sekarang saat kami menikmati liburan panjang dengan dia yang tidur malas-malasan di pangkuanku tengah menonton film kartun yang semua tokohnya adalah mainan ajaib yang bisa hidup layaknya manusia.

"Memangnya ada ya bagian tubuh gampang copot seperti itu hanya karena ditabrak?" Katanya terkekeh geli. Mulutnya sedari tadi penuh dengan popcorn. Aku cukup menikmati kebersamaan di antara kami yang sangat jarang terjadi. Pertama, jelas karena Azka yang selalu minta tidur denganku, alhasil Adrian jarang mendapatkan kebutuhan biologisnya sebagai seorang suami.

Kedua, bisnis lokomotif yang dijalankannya berjalan lancar dan semakin mempersibuk pekerjaannya sebagai CEO

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua, bisnis lokomotif yang dijalankannya berjalan lancar dan semakin mempersibuk pekerjaannya sebagai CEO. Meeting dadakan, pergi ke luar negeri satu bulan tanpa mengajakku itu selalu terjadi padanya. Membuatku terkadang ingin menangis dan menyatakan keberatanku atas pekerjaannya. Sebelumnya, mungkin aku bukan wanita rewel kebanyakan yang banyak menuntut kepada pasangan. Tapi, setelah aku menemukan bau parfum lain pada kemeja kerjanya sifat alamiah wanita pun muncul; cemburu. Ya, aku tidak bisa memungkiri jika aku cemburuan saat ini.

Parahnya, tak jarang aku selalu menguping waktu Adrian menerima telpon malam-malam, pernah juga dengar suara perempuan dari telponan itu.

"Sayang, kok ngelamun aja?" Aku tidak menyadari jika dia sudah duduk di sampingku, mengelus rambut hitamku dengan lembut. Aku menggeleng sembari tersenyum tipis; senyum yang tidak sampai ke mata. Memang benar ya, makhluk bernama laki-laki itu sangat sulit untuk diberi kepekaan perasaan?

Lalu, bibirku memekik tajam saat dia mengangkat tubuhku dan memangkuku. Ia rengkuh tubuhku dalam dekapannya, wangi mint pun tercium. Aku merasa geli saat bibirnya menjamah kulit wajahku, dan berakhir dengan kecupan-kecupan ringan di bibirku. "Adrian, hentikan!" Protesku saat dia terus meneruskan kegiatan itu.

"Why?" Aku bangkit berdiri dan meninggalkannya di ruang keluarga lebih memilih ke dapur dan menikmati es krim vanilla yang dia belikan kemarin saat aku marah ketika ia pulang malam dan tidak membalas telponku. Dengan diliputi emosi, aku mulai menyendok makanan halus itu dan menyuapkannya ke dalam mulut. Rasa susu murni yang beku benar-benar memperbaiki mood pagiku yang dirusak suami tidak pekaku. Aku nyaris saja tersedak saat sebuah tangan kekar melingkar di perutku.

"Babe, I do miss you," bisiknya serak. Kurasakan napasnya menggelitik di cekungan leherku, tak butuh waktu lama benda kenyal itu mendarat di sana memberikan sensasi luar biasa yang sudah lama kurindukan. Tanpa sadar, aku sudah memberikan akses kepadanya dengan berbalik badan dan ia menenggelamkan wajahnya di leherku.

"Adrian geli!!" Ucapku tertawa, dia malah makin semangat menjamah titik sensitifku. Lalu, ia mengangkat wajahnya dan menunduk untuk melihat wajahku. Dipegangnya daguku lembut, "Aku tahu kamu kesal denganku 'kan? Maaf sayang, aku sibuk akhir-akhir ini. Aku bekerja demi kamu dan Azka, aku hanya ingin bisa memberikan apa yang kalian inginkan!" Katanya.

My True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang