16

3.8K 227 2
                                    

Sebuah mobil BMW terparkir di mansion yang cukup mewah itu. Sementara seorang lelaki keluar dari mobil membukakan pintu mobilnya yang lain.

"Selamat malam My Princess ... Jangan lupa mimpikan aku ya ..." ucap sang lelaki berparas bagai Dewa Yunani itu.

"Jangan panggil aku begitu, aku risih!"

"Lalu apa? Nenek sihir?" sang perempuan mencubit perut sang lelaki.

"Adrian ... mulai jailnya panggil namaku saja!" Protes Reina tidak suka.

"Oh tidak bisa, kau 'kan kekasihku ... harus ada panggilan sayangnya, oke kalau begitu pikirkan panggilan sayang untuk kita berdua. Aku pulang ya?" dengan cepat Adrian mengecup pipi Reina cepat membuat rona merah di wajahnya terpatri jelas.

***

"Pagi ...."

"Aahh!" Reina terperanjat kaget melihat kehadiran Adrian di mansionnya di pagi buta seperti sekarang ini.

"Duh, pagi-pagi sudah teriak! Nanti kita dikira berbuat apa-apa lagi," Adrian kini duduk di sofa dan menonton tv di ruang keluarga mansion Reina.

"Apa yang kau lakukan di sini--pagi-pagi begini!?" Reina duduk di samping Adrian meminta penjelasan dari laki-laki itu.

"Tentu saja menjemput calon Ibu dari anak-anakku," Reina mencibir kesal.

"Ya nggak sepagi ini juga Yayan!" Adrian mengerutkan keningnya.

"Who is Yayan?" Reina tertawa pelan.

"Itu panggilan sayang yang kuberikan untukmu!"

"What? Are you joke me?"

"No, I really like to call you Yayan ...."

"Nggak Rein, aku nggak suka nama itu!" protes Adrian membuang muka melihat saluran televisi di depannya kembali.

"Kamu bisa panggil aku Nana," ujar Reina masih tertawa.

"Nana?"

"Iya Adrian, lagian aku mengambilnya dari nama belakang kita ... Yayan itu asalnya Rian karena kamu benci panggilan itu ya sudah aku plesetin jadi Yayan 'kan imut juga, tak apa ya?" Reina mengamit lengan Adrian dengan manja berharap lelaki itu mau menurutinya.

"Fine! But kiss my lips first, Babe!" Reina mendelik ke arah kekasihnya itu. Sungguh pencari kesempatan dalam kesempitan!

"Kalau nggak mau ya sudah aku panggil kamu Princess dan kamu panggil aku Prince. Dan nggak ada penolakan!" Reina mendecak sebal bahkan mereka ribut hanya karena panggilan sayang? Sungguh kekanakan! Dengan perlahan Reina mendekatkan wajahnya kepada Adrian. Reina merasakan kehangatan yang menjalar di seluruh tubuhnya, bibir mereka sudah menempel sepenuhnya.

"I'm done!"

Reina mengibas-ibaskan tangannya di depan wajahnya merasakan hawa panas menyentuh dan menjalar secara cepat di pipinya.

"Oke, aku siap-siap dulu. Tunggu di sini jangan macam-macam!" peringat Reina berjalan menuju kamarnya lagi.

Sementara Adrian hanya bisa menuruti perkataan gadisnya. Baru pagi hari gadis itu sudah membuat hatinya terbang ke angkasa, "I love you more Nana!" pekiknya dengan bahagia. Adrian tidak tahu jika sebenarnya Reina masih ada di balik pintu kamar, meraba dadanya yang masih berdegub kencang karena kejadian barusan dan ia mendengar jelas teriakan Adrian. "Love you too Yayan," gumamnya yang lebih mirip bisikan. Tanpa sadar bibirnya membentuk lengkungan senyum. Bahagia itu sederhana.

***

Mereka telah sampai di lobi kantor yang berarah menuju ruangan CEO. "Mbak, maaf kami tidak bisa melanggar peraturan Pak Adrian. Silakan Mbak tunggu di sini sampai Pak Adrian datang," wanita itu mendecak sebal. Beberapa kali ia mengentukkan high heels-nya ke lantai; merasa jengah.

My True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang