Reina memandang pemandangan luar dari atas balkonnya. Mungkin suasananya agak berbeda dengan mansion pemberian Vino yang selama ini ditinggalinya, namun ia tak dapat memungkiri jika apartemen ini sangat mewah. Segala sesuatunya sudah terlengkapi di sini, cuacanya sedikit gerimis dan berangin. Ia memeluk bahunya sendiri "Nggak bisa tidur ya?" Reina menatap ke arah sampingnya dilihatnya Adrian memakai kaus putih polosnya.
Iya balkon mereka berdekatan bahkan bisa dibilang dempet menjadi satu.
"Iya, masih belum ngantuk juga nih, mataku sulit untuk menutup," ujar Reina sedikit cemberut. Entah mengapa jika berada didekat lelaki ini ia menjadi wanita manja dan bergantung sepenuhnya pada Adrian. Semacam perasaan nyaman takut ditinggalkan.
"Hitung saja rintik-rintik itu," ucap Adrian tersenyum.
"Bikin capai aja!" Adrian terkekeh mendengarnya.
"Kata Mommy, jika kita lelah maka otomatis otak kita akan mengirim sinyal jika ia butuh diistirahatkan. Dulu waktu masih kecil aku juga sering menghitung rintik hujan, dan ternyata benar apa kata Mommy."
"Oke aku coba ya?"Dan gadis itu pun mulai menghitung rintik yang jatuh. 15 menit kemudian tak ada suara hitungan yang Adrian dengar, diintipnya Reina dari samping balkonnya.
Dengan tanpa rasa takut Adrian melompat ke balkon apartemen Reina, dibopongnya gadis yang sudah terlelap itu menuju ranjang. "Dasar tukang tidur!" diletakkannya tubuh mungil Reina di ranjang lebar itu.
Cup ....
Satu kecupan mendarat di kening mungilnya, "Have a nice dream My Nana," ujarnya beranjak pergi dari tempat itu.
***
Sementara di lain tempat, kedua pasangan itu tengah tertidur lelap saling merengkuh satu sama lain. Sang wanita masih setia memandangi wajah pangerannya, "Sudah lama kita bersama Sayang ..., aku sangat menyayangimu Vino tetaplah di sisiku," ujarnya pelan."Aku akan selalu di sini bersamu," jawab sang lelaki yang dipanggil Vino itu, perempuan itu malu setengah mati kedapatan memandang dari dekat lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu.
"Kamu belum tidur?" tanya Dara dengan kesal. Vino tersenyum jahil memandang wajah istrinya yang mulai bersemu itu."Aku akan selalu terjaga, takut-takut kamu membutuhkan sesuatu karena anak kita," Dara memeluk Vino dengan mesra.
"Aku nggak butuh apa-apa cuman butuh kamu yang selalu ada di sisiku." Vino menghadiahi kecupan di keningnya. Sesaat Dara tampak mengernyit kesakitan, "Akh ... Sayang ... Perut aku rasanya kram ..." ia memekik kesakitan.
"Apa?! Kenapa bisa?" Vino langsung membopong Dara keluar dari kamarnya.
"Sayang ... Ada darah!" Dara memekik takut dan menangis dalam dekapan Vino."Kamu tenang ya ... Ini semua bakal baik-baik aja kalau kita tidak panik."
Dikecupinya pipi Dara berharap gadis itu bisa tenang. Vino sendiri sebenarnya tidak tahu harus bersikap bagaimana terhadap wanita hamil yang tengah kesakitan. Ini kali pertamanya menghadapi proses kelahiran.
***
Vino melirik jam dinding di ruang tunggu itu, jam 2 tepat. Ia merasakan kantuk yang taramat sudah satu jam ia menunggu Dara yang tengah diperiksa seorang dokter. "Pak Vino Anda dipersilakan masuk," ucap sang perawat muncul di balik pintu. Dengan cepat ia memasuki ruangan itu.
Seorang lelaki paruh baya sudah duduk rapi di kursi kebesarannya. "Ada apa dengan kandungan istri saya Dok?!" tanya Vino dengan nada khawatir."Dengan sangat terpaksa Anda harus rela kehilangan anak Bapak, karena kandungan Ibu Dara sangat lemah. Diduga, Ibu Dara terlalu banyak mengonsumsi alkohol yang menyebabkan embrio yang telah menempel di uterusnya luruh."
"Apa?! Tapi istri saya tidak pernah mengonsumsi alkohol Dok!" Vino menggebrak meja itu tidak terima."Anda bisa lihat keterangannya melalui surat ini," ujar sang dokter memberikan amplop putih berlogo rumah sakit itu.
Vino langsung membukanya, di sana tercetak miring sebanyak 70% alkohol yang terdapat pada tubuh Dara dan 30% lagi amfetamin yang berarti jika Dara sempat mengonsumsi obat-obatan terlarang jenis psikotropika.
Vino mendekati Dara yang masih tertidur karena obat bius itu. Wajahnya tampak memucat, bahkan Vino tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan istrinya ketika tahu anak mereka telah direnggut kembali oleh sang Khalik.Drzztt...
Vino melirik ke arah saku piyama Dara yang bergetar, seonggok cahaya tercetak di sana, diambilnya ponsel milik Dara. Vino mengernyit membaca pesan tagihan rekening itu, di pesan itu juga terdapat nama kontak laki-laki dibukanya pesan percakapan mereka. Rahangnya mengeras seketika, Vino membanting ponsel itu.
"Shit! Ternyata kau juga selingkuh?!"
Entah perasaan sayangnya untuk gadis itu luruh seketika berganti rasa benci dan sakit hati. Ia begitu menyesal mencintai Dara, bahkan seharusnya ia lebih menyadari dari awal hanya Reina yang tulus padanya.
Vino mengacak rambutnya frustasi, ia terus berjalan bolak-balik seperti kebingungan."Sayang ... Kamu kenapa?" sebuah suara yang tak diharapkannya pun terdengar di ruangan senyap itu.
"Kamu keguguran," ujarnya dingin. Di sisi lain, tak Vino ketahui jika Dara bahagia mendengar kabar itu kabar yang sudah lama ingin ia dengar.
"Apa?! Nggak ... Ini nggak mungkin 'kan Sayang?!" diliriknya Dara yang menangis.
"Kamu kenapa minum alkohol dan obat?" tanya Vino dingin. Dara memandang kaget ke arah laki-laki itu.
"Sayang aku ...."
"Siapa Rey?" dan Dara pun langsung memucat.
Lelaki di depannya sudah mengetahui affair yang ia jalani dengan sahabatnya di Texas. "Apa kau pikir aku bodoh, kau memang berniat menggugurkan anak itu kan?!" Dara tak bisa berkutik lagi, ia sudah di ujung tanduk sekarang."Jawab aku!!" bentak Vino menekan kedua bahunya.
"Sakit, Sayang! Kamu apa-apaan sih? Aku nggak ngerti maksud kamu?" ujarnya dengan memasang tampang polosnya.
"Bullshit! Kau tidak bisa menipuku lagi! Siapa Rey?"
"Dia cuman sahabat aku!"
"Sekali kau berbohong lagi aku tidak akan segan-segan membunuh laki-laki itu!"
"Jangan!! Baiklah!! Rey sahabat aku sejak kecil yang tinggal di Texas, kamu tahu saat kamu lagi sibuk dan lebih memilih pekerjaan kamu dia yang selalu ada buat aku! Dia yang sudah mengusir rasa kesepianku. Jadi jangan salahkan dia saat aku mulai menyayanginya melebihi status sahabat kita!!" Vino tertawa sinis.
"Dan anak itu adalah hasil perselingkuhan kalian bukan?!" Dara kembali terdiam.
"Fine! Kita cerai!" dengan itu Vino melangkah keluar dari ruangan itu, tak ia pedulikan teriakan Dara yang memanggil namanya.
***
"Nana, waktunya istirahat jangan dilanjutin aja pekerjaan kamu ..." ucap Adrian memandangi gadis itu."Tinggal dikit lagi kok," Adrian menarik lengan gadis itu dengan lembut membuat dirinya berdiri dari kursinya.
"Aku CEO di sini, jadi kamu harus turuti apa keinginanku!" Reina mencibir kesal.
"Reina!!" panggil seseorang, dilihatnya Diandra yang tengah berlari menuju ke arahnya."Ada apa Di, kok buru-buru sekali?" tanya Reina penasaran.
"Bisa bicara berdua dengan Reina sebentar?"
"Aku kekasihnya juga berhak tahu apa masalah dia," jawab Adrian dengan ketus. "Baiklah," ucap Diandra pasrah.
"Istrinya Pak Vino keguguran dan katanya mereka bercerai karena ini!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My True Love
RomanceBagaimana perasaanmu jika kau harus rela menjadi yang kedua? Menjadi simpanan seorang pria yang kau cintai? Tak sepenuhnya menjadi simpanan itu salah, aku sama dengan kalian seorang wanita yang selalu berharap dapat menemukan cinta sejatinya ....