Romi. . . Romi. . . bangun sayang sudah siang. Suara Ibu yang berada di depan pintu kamarku. "Iya, Bu." Jujur aku kadang masih menghiraukan perkataan Ibu, dan aku kira sekarang baru pukul 05.15, soalnya sering aku bangun pukul 05.15. Hah! ternyata sekarang pukul 06.30 dan aku baru ingat kalau aku sekarang sedang ada ulangan di kampusku. Aaahhh. . . bagaimana ini. Tak berfikir lama lagi langsung aku bergegas ke kamar mandi dengan tergesa-gesa akupun memakai seragamku. Pikiranku sekarang sedang kacau, kacau dan kacau. Aku meninggalkan sarapanku dan aku langsung pamit pada Ibu. Sesampai di kampus, aku masih puya 5 menit untuk sampai di kelasa dan tiba-tiba brak! Aku menabrak seorang gadis yang sedang membawa buku tugasnya.
"Haduhh, maaf ya. . sini aku bantu, ada yang sakit gak?"
"Owh, iya gak papa kok, enggak gak kenapa-kenapa, lain kali kalau kamu jalan hati-hati ya. " jawabnya.
"Baiklah, lain kali. Beneran nih gak papa? aku minta maaf ya. ."
"Iya, gak papa, aku maafin kok tenang aja, emm ngomong- ngomong nama
kamu siapa ?."Tanpa aku menjawab pertanyaannya aku meninggalkan ia pergi, waktu 10 detik itu sudah sangat berharga bagiku saat ini. Aku langsung menuju ke kelas dan wow, hanya tersisa waktu sepuluh detik sebelum Guru ku masuk. Untunglah, aku masih bisa tenang tapi sebenarnya gadis tadi itu siapa ya? Bikin aku penasaran saja. Padahal jika waktu sepuluh detik ini buat perkenalan paling tidak aku tahu siapa namanya dan to the point aku pingin minta nomornya. Hemm, telah datang waktunya berjuang.
********************
Huh. . akhirnya ulangannya sudah selesai, emm tapi dia ada dimana ya? Nama belum tahu, nomornya juga belum punya. Tapi seingatku dia itu jurusan IPA, ah mending aku coba cari ke lab-nya aja, siapa tahu aku menemukan seseorang yang sangat cantik dan menurut ku dia juga baik. Aku mencoba terus berjalan ke ruangan yang sedang aku cari,dan sampai. Astaga ! ternyata benar dia ada di ruangan ini, dan sekaranglah aksi ku untuk berkenalan dan mencoba lebih dekat dengannya. Tunggu sebentar, dia ternyata sekelas dengan adik sepupuku dia bernama Rossa, haha kesempatan mendingan aku minta dari Rossa aja, pasti punya. Tapi aku bimbang, aku akan menunggunya mungkin dia mau keluar soalnya sekolah kan sudah bubar.
Menit demi menit aku menunggunya dan akhirnya penantianku tak sia-sia."Eh kamu. . . lagi ngapain disini?" tanyanya.
"Emm, a aku lagi nungguin. ." jawabku terbata-bata
"Nungguin siapa?"Jawab apa ya? Masa aku harus bilang blak-blakan? Tapi emang harus kaya gitu, kalo gax bakal hilang kesempatan ku untuk lebih dekat dengannya. Tanpa aku berfikir panjang lebar aku mengatakan jika aku menunggu kamu, Husni.
"Ah masa sih. Yang bener?"
"Emm iya kok bener, mau ajak kamu pulang bareng. Tapi mungkin sudah ada yang jemput ya? Atau mungkin nanti ada yang marah"Hah mau bilang apalagi aku ini, padahal aku udah biasa ajak cewek jalan tapi kenapa yang ini beda ya? Tenang Romi tenang percaya aja dia mau.
"Siapa yang marah? Pacar? Akukan masih lajang, emm ya udah deh." Jawabnya.
"Udah apanya?"
"Katanya pulang bareng, kalau gak jadi ya udah"
"Haha, jadi donk. Let's"Akhirnya dia mau ku ajak pulang bareng dan sekarang aku merasa bahagia dan entah kenapa aku merasa berbeda dengannya. Padahal kalau aku sudah sering dekat sama cewek tapi yang ini beda seperti ada sebuah perasaan yang terpendam. Saat perjalanan pulang aku mencoba bertanya-tanya siapa namanya, apa kesukaannya, kapan tanggal lahirnya, and other, intinya aku mulai berkenalan dengannya.
Bercerita, canda tawa bersama, senang rasanya, dan sepertinya aku mulai berfikiran untuk bersamanya, ah sudahlah. Biar gak boring, bercanda lagia aja ah..."Eh apaan tuh !"
"Mana mana mana?!"
"Gak ada apa-apa kok, mungkin cuma angin."
"Ih kamu, bikin kaget saja."
"Hamba minta maaf Tuan Putri"
"Iya tidak apa-apa Pangeran."Ha? Pangeran? Astaga! Kaget banget, baru kali ini aku dipanggil pangeran, padahal memang wajahku ini seperti pangeran, tampan, cerah, itu hanya anggapanku saja.
Aku dengannya tetap berjalan pulang, karena aku merasa lapar akhirnya berhentilah di sebuah restaurant. Mungkin dia lelah dan aku juga lelah, pikirku aku ajak ia makan, tapi uangnya cukup apa tidak? Udahlah yang penting bisa ajak dia makan siapa tahu esok gak bisa makan bareng."Husni, makan yuk?" pintaku.
"Gak!"
"Yakin? Gak mau?"
"Gak yakin, iya aku mau, tapi ada uang tidak?"Pertanyaan yang sama juga terlintas dipikiranku, sepertinya masih ada uang yang diberikan ibu. Tanpa berfikir panjang aku mengatakan kalau aku ada uang. Kami pun masuk dan mendapatkan tempat duduk nomor 3. Ketika aku bertanya mau pesan apa, dia malah bilang yang seperti kamu aja. Ya udah aku pesan Pizza dan minumannya jus anggur. Untung ini adalah makanan dan minuman kesukaannya dia, jadi aku bisa tahu apa yang ia suka.
Jam menunjukkan pukul 15.00. aku harus secepatnya pulang. Tiba-tiba datang seorang cowok dengan jaket hitam dan mendekati Husni."Kamu kenapa ada disini yank?"
"A..aku lagi makan, mau apa kesini?" tanya Husni.
"Mau jemput kamu, ini siapa yank?"
"Kenalin ini Romi temanku"Ia berjabat tangan denganku, heran siapa orang ini? Kok manggil Husni dengan sebutan "yank"? apa ini pacarnya, katanya dia lajang, tapi sebenarnya siapa orang ini? Pertanyaan yang harus ada jawaban secepatnya, entah siapa dia tapi aku sedikit khawatir.
"Aku Ronald, temannya apa pacarnya ya?"
"Aku temannya kok."Firasatku mungkin benar kalau ini adalah pacarnya Husni, mengapa tidak? Pertama, dia memanggilnya yank. Kedua, dia mau jemput dia. Ah sudahlah, untuk apa aku memikirkan hal itu. Tanpa bercerita panjang, Ronald mengajak Husni pulang. Ini adalah kegagalan untukku mengantarkan pulang sampai ke rumanhnya. Anganku, aku kan mengantarnya sampai kerumahnya & kemudian aku tahu alamatnya dengan jelas, namun apa daya aku belum bisa mewujudkan itu sekarang.
"Yank, ayo pulang."
"Iya, Romi aku pulang dulu ya, kamu pulangnya hati-hati."
"Iya kamu juga."Dalam pikiranku, siapa orang itu? Kenapa aku selalu bertanya-tanya? Padahal Husni itu baru teman, baru saja kenal. Perasaan apa ini Tuhan. Mungkinkah perasaan ini adalah perasaan suka dan sayang? Ataukah lainnya? Ah sudahlah aku mungkin hanya berharap saja. Aku pulang dengan banyak pertanyaan tentangnya, membuka pintu tanpa mengucapkan salam. Keadaan rumah tampak sepi, kemana Ibu? Mungkin ia sedang pergi.
"Kak Romi. .."
tiba-tiba ada suara memanggil, namun tak terlihat orangnya.
"Iya, Rossa bukan?"
"Iya Kak. Kok kakak baru pulang?"Dia tiduran di atas sofa ruang tamu sambil bermain gadget-nya. Dia menatap ku dengan tatapan tajam dan menyimpan perasaan penasaran denganku. Aku tidak tahu apa-apa, kok dia bisa seperti itu.
"Emm. . . iya nih soalnya tadi ada acara mendadak."
"Hahaha kakak habis jalan sama Husni ya?"Jawab apa ini? Rossa bisa-bisanya tahu kalau aku habis jalan sama Husni. Dijawab "iya" takut salah dan nantinya dikira ada apa-apa. Dijawab "tidak" padahal kenyatannya iya. Biarin saja lah aku berbohong.
"Enggak kok, bener."
"Aku tuh tahu bagaimana ekspresi kakak kalau kakak sedang bohong. Ayo jujur saja."
"Iya, Rossa."Apaan sih, kenapa juga aku mau ngasih tau Rossa, kenapa aku ini? Kalau sudah tahu mau bagaimana lagi, mendingan aku jujur aja terus aku bisa minta nomornya sekalian minta pendapat tentangnya.
========== Part 1 ==========
Gmana ceritanya? Jangan putus ya bacanya karena masih ada lanjutannya 😁. Tetap lanjutkan, ya. Jangan lupa vote, comment, and follow.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ways From The Sky
RomancePernahkah Anda merasakan Cinta? Rasanya bagaimana? Menyenangkan? atau Menyedihkan? Pastinya berbagai kenangan sudah Anda lewati bersama dengan Dia. Suka, duka, canda, tawa pasti pernah dilakukan bersama. Tuhan pasti akan menganugerahkan pasangan yan...