Hari-hari Bersama dengan Orang Tercinta #5

12 1 0
                                    

"Yang lalu biarkanlah berlalu, dan yang akan datang sambutlah dengan sambutan yang senang."[7]

Inilah kalimat yang harus selalu ada dalam hati manusia. Dan hari ini, hari dimana aku akan menghadapi uji kompetensi yang begitu mendebarkan.

"Semoga Tuhan senantiasa memberikan kemudahan-Nya kepadaku. Aku ingin berjuang sekarang. Berikanlah kemudahan-Mu."[8]

Sekarang perjuanganku tidak boleh sia-sia, dan harus berhasil. Eh, tiba-tiba terlintas dipikiranku bagaimana dengan Rossa? Ah sudahlah, biarkan saja.

Menit demi menit aku menunggu uji kompetensinya mulai. Deg-degan rasanya, dan akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.00, sekaranglah aku menghadapi uji kompetensi, semangat!
Tepat pukul 17.00, selesailah Uji Kompetensi Bidang Keahlian & Umumnya. Aku merasa senag sekali, karena aku bisa mengikuti ujian tersebut dengan lancar dan tidak ada kendala atu kesulitan.

"Hambamu sangatlah berterima kasih kepadamu Ya Tuhanku. Terima kasih telah memberikan kelancaran kepada hamba seingga hamba dapat menherjakan soal tersebut dengan baik. Hamba berpasrah kepada-Mu. Hamba berharap hasilnya bisa baik dan seperti yang hamba inginkan."[9]

"Eh bagaimana dengan soalnya? Apa bisa mengerjakan?"

Suara sang bidadariku yang mengulurkan tangannya kepadaku. Tadinya aku ingin menemui dan bertanya bagaimana dengannya, apakah dia bisa mengerjakan atau tidak. Eh, malah dia yang duluan bertanya kepadaku.

"Alhamdulillah, lancar. Kamu juga lancar kan?"
"Alhamdulillah, sama. Lancar juga. Semoga nanti hasilnya baik ya."
"Amin. Eh, kamu pulangnya dijemput apa tidak?"
"Emm, kayaknya enggak nih. Paling aku pulang sendirian."
"Bareng aku aja yuk! Mumpung aku bawa motor nih. Sekalian beli makanan yuk! Lapar nih."
"Boleh. Ayo!"
Senangnya hari ini, diberikan kebahagiaan yang berlipat.

"Semoga hari esok lebih baik dari hari ini."[10]

Aku sangat berharap aku bisa selalu bersama dengannya. Sambil berkendara, aku mencari tempat yang cocok untukku makan bersamanya. Tadinya aku mengajak ia makan di restaurant yang biasa, tapi ai malah tidak mau. Maunya yang lain, ya sudah aku cari tempat makan yang menurutnya gak biasa.

"Eh, makan di restaurant sana saja yuk!"
Dia menunjuk kepada restaurant yang belum pernah aku kunjungi. Sepertinya sih memang tidak biasa, namun aku masih ragu. Restaurant itu menjual makanan yang wajar atau tidak? Ah, tak berfikir panjang lagi aku turuti saja keinginannya, lagian aku juga sudah kelaparan dari tadi.

"Oke, ayo masuk kedalam!"
Dia yang memesan, dan ternyata ini adalah restaurant favoritnya. Aku baru tahu, ternyata dia juga punya restaurant favorit juga.
"Mau pesan apa?"
"Aku ikut kamu aja."
Bingung mau pesan apa, jadi apa boleh buat mending aku pesan sama dengannya.
"Eh, boleh curhat gak?"
"Boleh, tentang apa? Kita? Hehehe becanda."
"Kalau tentang kita, belum ada. Ini aku ada masalah. Tapi aku bingung what's will I do? Padahal menurutku itu keputusan yang baik."
"Cerita aja, dari awal. Yang penting jelas masalahnya."

"Begini, aku kan kemarin baru tengkar sama cewek. Dia itu keras kepala. Padahal keputusan yang ia ambil itu menurutku salah dan akan merugikan dia. Bahkan ia sampai marah kepadaku, mungkin karena keputusan yang aku ambil dan perkataanku sedikit menyakitkan untuknya. Dia itu tidak mau dengan keputusan yang aku ambil. Supaya meyakinkan kalau keputusanku itu benar, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku minta pendapat dan saran darimu."
"Tunggu sebentar, apakah dia itu kekasih kamu?"
"Emm, gimana ya? Aku bingung jawabnya."

The Ways From The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang