Hari-hari Bersama dengan Orang Tercinta #9

7 0 0
                                    

Kurang lebih ada waktu dua minggu untukku bersama dengannya. Sekarang aku akan membuatnya lebih sayang denganku. Aku akan mengajaknya jalan setiap hari, itu kalau dianya mau. Namun kalau tidak, oke! Tidak masalah buatku yang penting dia bisa senang ketika bersamaku. Dalam hal romantis, mungkin aku kurang romantis. Dan sekarang aku harus bisa bersifat romantis agar seorang wanita yang begitu aku cintai menjadi lebih cinta denganku. Sekarang, aku ingin menemuinya dan membuatnya senang. Ketukan demi ketukan aku pukul ke pintu rumahnya. Tidak ada respon, aku mengira jika sedang tidak ada orang dirumah. Namun, setelah aku menunggu sebentar ada suara yang menurutku itu bukan suaranya. Pintu rumah terbuka dan wow! Ternyata itu adalah ibunya.

"Silahkan masuk. Mau mencari Husni?"

Pertanyaan yang benar-benar harus dijawab dengan jujur. Dalam pikiranku, ada sesuatu yang mengganjal. Pertama, jika aku menjawab aku mencari Husni, maka ada dua kemungkinan. Ibunya akan marah atau akan senang. Dan kedua, jika aku menjawab untuk tidak mencari Husni, maka aku mencari siapa? Ayahnya? Untuk apa? Ini yang repot. Sudahlah, lebih baik aku jawab dengan jujur saja dan berharap agar ibunya tidak marah denganku.

"Iya, benar. Saya mau mencari Husni. Apakah Husninya ada, Tante?
"Husninya ada. Tapi kamu ada kepentingan apa dengannya?"

Hadah! Kenapa juga ibunya menanyakan hal yang sulit untuk aku jawab. Aku takut jika aku jawab dengan jujur maka akan membuat hubungan diantara aku dan Husni menjadi kacau. Namun jika aku tidak menjawabnya dengan jujur, maka aku takut jika nanti pendapat orang tuanya aku orangnya tidak jujur. Tuhan, berikanlah aku kemudahan untuk bertemu dengannya. Ketika aku ingin menjawab pertanyaan dari ibunya, sudden ada Husni yang datang menemui aku dan ibunya.

"Begini, Tante. Saya mau mengajak Husni..."
Belum aku selesai bicara, Husni memotong perkataanku.
"Eh, ada Romi. Ayo masuk. Ibu, ini Romi yang tadi malam aku ceritakan kepada ibu. Paling dia akan mengajakku jalan bu."
"Owh, ini Romi yang romantis itu, ya? Kamu ini. Harusnya bilang kalau kamu ini ingin mengajak Husni jalan. Oke tidak masalah yang penting jaga dia dan jangan pulang terlalu malam. Ingat itu!"

Yaha! Aku diperbolehkan. Ternyata Husni telah menceritakan tentangku. Padahal tadinya aku ingin menceritakan siapa aku. But I'm very happy with it. Aku perpamitan dengan ibunya dan aku mengajak Husni untuk pergi berdua.

Perkataan ibunya yang sampai sekarang ada dibenakku adalah "yang romantis itu, ya?" memangnya aku romantis? Ini mungkin hanya perkatan Husni kepada ibunya ketika menceritakan kepadanya siapa aku dan bagaimana hubungan diantara aku dan Husni.jujur aku senang karena aku sudah diperbolehkan jalan dengannya dan itu artinya hubunganku dengan Husni direstui oleh orang tuanya. Sekarang aku sadar jika tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika Tuhan menghendaki. Sungguh aku akan meningkatkan keimananku terhadap-Nya dan aku akan menjadi diriku yang berguna untuk semuanya. Dalam hal apapun, aku harus selalu siap dan aku juga harus selalu bisa untuk menjadi diriku sendiri. Aku memang kadang ingin menjadi seperti orang lain. Namun itu akan sia-sia. Aku tetap akan menjadi diriku sendiri yang baik.
Jika nantinya aku tidak bisa menjadi diriku sendiri, maka siapakah aku? For that aku akan tetap menjadi diriku sendiri. Beberapa waktu yang lalu, aku menginginkan untuk menjadi seperti orang lain, orang lain yang sukses, yang menjadi perhatian dunia. Namun dalam pikiranku sekarang, apakah aku bisa? Apakah aku orang yang biasa-biasa saja bisa menjadi orang yang terkenal? Aku akan mencari tahu jawaban itu.

********** Ӂ **********

Umpama bunga yang tak dapat jauh dari terkesan air, sebagaimana aku terhadap Husni yang tak dapat jauh satu sama lain. Sekaranglah saatnya untukku menemui Husni dan mengucapkan salam perpisahan. Aku ingin mengucapkan salam itu di taman, tempat yang sering aku kunjungi bersamanya. Aku menjemputnya, aku berpamitan dengan orang tuanya, meski pahit tapi aku harus bisa menjalankan semua ini.
Sesampainya di taman, terkesan air mata dari matanya tidak dapat terbendungkan lagi. Tanganku yang memegangi kedua tangannya serasa tak ingin untukku melepasnya.

"Sayang, jangan lupa makan, jangan lupa hubungi aku, jangan sampai sayang sakit aku tidak ingin sayang disana sakit, jangan terlalu memaksakan diri, jika udah lelah istirahat. Pokoknya sayang harus tetap jaga diri, dan satu lagi sayang jangan nakal disana ya."

Suaranya yang lembut kan selalu teringat dibenakku. Dia menangis tanpa henti, aku juga tidak bisa menahan air mataku. Perkataannya pasti akan aku lakukan dan aku ingat. Mana mungkin aku nakal disana, atau bahkan menyukai orang lain, karena hanya ada kamu sayang di hatiku ini.

"Iya, sayang. Sayang juga disini jaga baik-baik, aku tidak ingin sayang sakit. Pokoknya aku janji akan terus hubungi kamu, ada waktu luang pasti akan aku hubungi kamu. Setidaknya ada suara kamu yang bisa membuat aku menjadi semangat. Tiba saatnya kita kan berpisah, aku akan pergi aku pergi tuk kembali lagi, kuharap kau relakan ku pergi. Hanya satu yang ku pinta, tolong setialah padaku, cintailah aku selamanya."[18]

"Pergilah engkau, sayang. Walau air mata kan metes, ku harus relakan kau pergi dan jagalah cinta kita, hanya doa dan air mata yang mengiringi kepergianmu. Aku akan menunggumu, aku akan setia menantimu sampai bila nanti kau kembali padaku. Bila engkau tiba disana, tolong jangan lupakan aku karena cintaku ini hanya untukmu seorang."[19]

"Aku pun begitu, sayang. Dihatiku cuma ada kamu, takkan ada lagi yang bisa menggantikanmu. Ingatlah permintaanku dan jagalah cinta kita, meski berat dan pahit, kita harus tetap melaluinya karena ini adalah kisah cinta kita."[20]

Hanya itu yang dapat aku sampaikan, sayang. Aku mohon jaga cinta kita, ya. Aku tidak ingin kehilangan kamu meski aku jauh dari kamu. Jangan menangis sayang, dan jangan nakal ya ketika aku pergi, inget aku pergi karena aku akan kembali lagi, jadi jangan khawatir. Mungkinkah ini pelukan terakhir selama aku pergi?

Sekaranglah saatnya aku pergi, meninggalkan kampung halamanku yang mana aku harus berpisah dengan orang yang aku sayangi, yang aku cintai. Aku merasa kehilangan mereka, aku merasa hampa saat ini. Perasaanku tidak bisa tenang, gelisah dan gelisah yang menghantui perasaanku. Tapi aku harus tetap tenang, senang, dan pokoknya aku harus bisa melawan semua ini dengan lapang dada. Ya Tuhan, berikanlah yang terbaik untuk hamba.

=========== Ӂ ===========

=========== Ӂ ===========

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perpisahan

========== Part 9 ==========
Hay Readers? Untuk part ini, jangan ada yang sedih ya.
Ikuti kelanjutannya.
Vote, okey.
Salam penulis 👈👆👉

The Ways From The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang