Hari-hari Bersama dengan Orang Tercinta #7

2 1 0
                                    

Nasibku kali ini mungkin akan lebih baik dari nasibku sebelumnya. Sekarang aku ingin yang lebih baik dari pada yang dulu pernah ku alami. Kisah pahit memang selalu ada di dunia ini, bergantian dengan kisah manis. Seandainya aku bisa langsung mengatakan yang sebenarnya kepada Husni, pastinya aku tidak akan merasakan ketakutan sekarang. Aku takut jika aku kehilangannya, aku juga takut jika aku tidak bisa lagi bersama dengannya. dalam pikiranku, aku tidak bisa membayangkan jika suatu saat nanti aku dan dirinya berpisah untuk selamanya. Dan bagaimana jika setelah hari ini aku tidak bisa lagi bertemu dengannya? Sekarang pikiranku sedang kacau. Jujur aku sedang berfikir, seandainya aku bisa bersamanya, aku menjadi pendamping hidupnya, namun aku berpisah dengannya. rencanaku yang akan datang, aku akan pergi ke Jerman. Beberapa bulan yang lalu, ibu menerima surat agar aku bisa melanjutkan study di Jerman. Aku kurang tahu siapa yang merekomendasikan hal tersebut. Setahu aku, dulu ayah memang bekerja di Jerman, ia memiliki kerabat akrab disana. Kerabat ayah itu aslinya orang Indonesia yang sukses bekerja disana dan akhirnya memutuskan untuk menikah dengan orang keturunan Jerman. Karena kerabat ayah juga memiliki seorang anak perempuan dan dia juga seumuran denganku, dia ingin agar aku dan anaknya bisa sekolah bersama. Padahal aku kan juga belum terlalu lancar dalam pengucapan bahasa internasional. Daripada nanti aku salah dalam pengucapan dan Grammar, memang yang terbaik jika aku bersama anak dari seorang kerabat yang sukses. Karena aku merasa jika ia bisa berbahasa Indonesia dan nantinya aku akan belajar bersama dengannya. Itu hanya kemungkinan, tidak tahu apa yang akan terjadi esok.

Dalam keadaan yang bingung ini, aku memerlukan seseorang untuk bisa menghilangkan rasa bingungku dan mencoba memberikan solusi yang membantu. Aku mungkin hanya bisa membicarakan hal ini dengan Rossa. Dia juga dekat dengan Husni, jadi aku bisa membuka hatiku untuknya. Oke! Aku akan ke rumah Rossa dan meminta solusinya.

Ketika aku sampai di rumahnya, sepertinya tidak ada Rossa. biasanya dia duduk di sofa yang ada di depanku sambil mendengarkan lagu kesukaannya. Beberapa kali aku memanggilnya, namun tiada suara yang menjawab panggilanku. Ah, mungkin dia sedang keluar, aku pulang saja. Mungkin nanti aku bisa datang lagi. Setelah beberapa langkah kakiku meninggalkan rumahnya, ada suara dari dalam dapur. Dan ternyata itu adalah suara Rossa. untuk sekali aku bisa bertemu dengannya saat ini.

"Maaf, Kak. Tadi aku lagi masak, tanggung. Terus gak kedengeran suara kakak yang manggil. Tumben ke sini pagi-pagi, ada apa, Kak? Duduk dulu sini."

Ha? Apa tidak salah? Biasanya mamanya yang masak. Aku heran, memang dia bisa masak? Hahaha, konyol sekali aku ini. Dia kan juara masak pas ada lomba di kampus, jadi mana mungkin dia tidak bisa masak?

"Ada sesuatu yang ingin aku bagikan. Dan juga aku berharap kamu bisa membantuku dalam menangani masalah ini."
"Memang apa masalahnya, Kak? Coba kakak ceritakan dari awal, biar aku maksud. Yang jelas ya, Kak."

Sekarnglah waktunya untuk aku mengungkapkan semuanya, dan mencoba untuk mendapatkan solusi yang bisa membantu diriku.

"Jadi, gini. Sekarang kan kita sudah lulus. Dan kita kan sedang menunggu hari untuk mendaftar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sekarang aku dalam keadaan yang bingung. Beberapa bulan yang lalu, ibuku mendapatkan surat panggilan rekomendasi untukku melanjutkan ke Jerman. Sekalian aku disuruh untuk mencoba membantu proyek yang sedang dijalankan disana. Aku disuruh melanjutkan proyek yang ayahku kerjakan sebelum ia meninggal. Menurutku, jika aku menolak untuk meneruskan proyek tersebut, tentunya aku kehilangan kesempatan yang begitu besar. Karena baru kali ini aku dapat surat panggilan rekomendasi. Namun, disisi lain, aku ingin di Indonesia. Sejujurnya aku sedang menyukai seseorang. Kamu pasti sudah tahu siapa orangnya. Yaitu Husni. Jujur aku ingin banget mengungkapkan yang sebenarnya. Aku ingin mengungkapkan perasaanku. Namun diantara keduanya aku bingung. Dalam pikiranku, jika aku menjadi kekasihnya, namun aku pergi ke Jerman, maka sama saja aku meninggalkannya. Namun jika aku tidak ke Jerman maka aku menyianyiakan kesempatan besar yang telah diberikan. Menurut kamu, apa yang sebaiknya aku lakukan? Aku memerlukan bantuanmy, Rossa."

The Ways From The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang