Hari-hari Bersama dengan Orang Tercinta #6

5 2 0
                                    

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Meski hari sudah berbeda, namun aku masih terpikir bagaimana jika nanti dia benar-benar marah kepadaku. Tapi aku harus tetap mengujinya. Sekarang aku juga harus mengambil hasil dari ujian kemarin. Aku merasa berdebar. Semoga hasilnya bagus. Lama menunggu memang, menunggu didepan ruang ujian kemarin. Setelah lama menunggu akhirnya aku dipanggil juga. Ya Tuhan semoga hasilnya bisa membuat ibu senang. Dan...hore! aku bisa lulus ujian dengan nilai sempurna. Terima kasih Tuhan. Owh iya, sekarang Rossa bagaimana ya? Apa kemarin dia bisa mengerjakan soalnya dan bagaimana dengan hasilnya? Aku coba ketemu sama dia ah. Eish, namun dia itu kemarin marah sama aku. Emm, gimana ya cara agar aku bisa mengetahui kondisinya saat ini? Owh iya! Kenapa aku tidak tanyakan saja pada ibunya. Oke, sekarang aku akan kerumahnya.

Sesampainya didepan rumahnya, aku mendengar suara yang keras. Suara seperti ibu Rossa sedang marah dan membentak Rossa. Apa yang terjasi sebenarnya? Mungkinkah Rossa kena marah oleh ibunya? Aku akan mencoba mendekat saja. Terdengar bentakan yang keras.

"Kamu itu bagaimana sih! Sudah mama bilang kalau kamu itu harus bisa seperti Romi. Contoh dia. Dia bisa menjadi anak yang membanggakan orang tuanya. Kamu sudah mama didik agar bisa sepertinya, kanapa tidak bisa?! Jawab mama! Dan pokoknya, mama tidak mau tahu, mulai saat ini kamu harus jauhkan si Rito pacar kamu itu. Gara-gara dia, hasil ujian kamu kurang baik, kurang memuaskan. Pokoknya kamu harus bisa putusin dan jauhin Rito!"

Aku mengira jika Rossa akan menuruti perkataan mamanya. Namun juga terdengar perkataan kasar, dan itu adalah suara Rossa. Waduh! Bagaimana ini? Aku akan mencoba saat yang tepat untuk menanyakan hasil ujiannya.

"Sudahlah ma! Mama juga tidak usah ikut campur urusanku! Mama itu tidak ada bedanya dengan Kak Romi! Mama hanya bisa membandingkan antara aku dan Kak Romi, apa itu menguntungkan untuk mama?! Sakit ma, sakit! Mama dan papa hanya bisa mencacimaki aku, memarahi aku! Aku ini anak mama dan papa, aku juga ingin kasih sayang dari kalian! Aku memang bodoh, mungkin jika aku pergi dari sini, dan memanggil Kak Romi untuk menjadi anak angkat mama, pasti itu akan menyelasaikan ini semua. Aku akan pergi dari sini! Meski rasa sakit dan rasa kecewa menyelimuti."

"Kamu mau pergi kemana? Ke rumah Romi? Kamu itu harusnya bersyukur bisa tinggal disini, di rumah yang nyaman ini. Lihat orang yang ada disana, yang masih tinggal di tempat yang tidak layak, lihat..."

"Sudahlah, Ma! Aku akan pergi dari sini! Itu keputusanku!"

Aku harus bagaimana ini? Rossa mau pergi dari rumahnya. Nantinya dia akan meninggalkan orang tua yang selama ini memberikan apapun yang ia inginkan. Bahkan mamanya sendiri pernah berkata bahwa ia akan memberikan apapun yang Rossa inginkan, meski itu melibatkan nyawanya sendiri. Itu merupakan bukti bahwa orang tua Rossa sangat menyayangi dirinya. Namun, dia tidak sadar jika perkataan orang yang ada di sekitarnya itu bisa dibuat keputusan yang lebih baik dari yang dia putuskan. Lebih baik aku mencegah agar Rossa, agar dia tidak pergi dari rumah.

Dia mungkin akan tambah marah jika aku tetap saja menyuruhnya untuk jangan pergi. Namun, harus bagaimana lagi. Soalnya mamanya itu ingin anaknya bisa lebih baik darinya. Aku harus bisa mencegah Rossa. Rossa keluar dari rumah, ini kesempatanku untuk mencegahnya.

"Kamu mau kemana?"

Pertanyaan yang sigkat, namun ia sepertinya tidak mau menjawabnya. Maklum dia juga masih marah kepadaku.

"Bukan urusan kakak! Gara-gara kakak, mama jadi marah denganku. Pokoknya aku ingin pergi dari sini! Jauh dari semua orang. Agar aku bisa bebas tanpa ada beban sedikitpun!"

Dari perkataannya, dia menyalahkan aku. Padahal aku tidak berbuat apa-apa yang bahkan membuat mamanya marah dengannya. aku harus tetap mencegahnya.

The Ways From The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang