Jo memandangi Nara, Neri dan Fara bercanda di ruang tengah, Fara tampak tertawa lepas meladeni candaan kedua anaknya.
Ini sudah beberapa hari sejak Jonathan sudah mulai pulih dari sakitnya. Jo memang kembali menjalani kehidupan normalnya hanya sebagai seorang dokter mengingat beberapa hari yang lalu dia sempat menjalani profesi CEO beberapa hari dan itu sudah sangat menguras tenaga dan pikirannya, Jonathan merasa beruntung karena papinya secara tiba- tiba menemukan orang yang tepat untuk menggantikan posisinya di perusahaan.
Flashback on
"Pi, bisa gak rapat dewan direksinya diundur... mungkin sekitar dua minggu pi. Jo agak kurang enak badan pi, mungkin Jo harus beristirahat beberapa hari". jelas Jo ketika menelepon papinya.
"Kamu kecapean ya Jo. Mulai sekarang kamu fokus menjadi dokter aja, soal perusahaan kamu gak usah khawatir". jelas papinya
"Tapi kondisi papi kan dah gak memungkinkan buat beraktifitas biasa, Jo bisa kok pi". Jawab Jo
"Kamu tenang aja, papi akan tetap istirahat. Papi dah menemukan orang yang bisa dipercaya untuk menghandle perusahaan". Jelas papi
"Serius Pi?" tanya Jo sangsi.
"Iya, sekarang kamu istirahat aja. Salam buat istri dan anak-anakmu". Ucap papi mengakhiri telpon dari Jo.
Flashback off
Jonathan Pov
Sudah beberapa hari sejak aku pingsan, Fara sangat perhatian kepadaku namun beberapa hari ini juga aku sering mendapati Fara menelepon seseorang entah siapa yang jelas setelah itu dia tampak sibuk dengan gadgetnya.
Entahlah mungkin dia baru bertemu dengan teman lamanya, aku bukan penebak ulung jadi aku tidak punya petunjuk siapa yang dia hubungi.
Well... Setidaknya aku memiliki kabar baik semenjak aku sakit Fara meminta aku untuk tidur satu tempat tidur bersamanya...
SATU TEMPAT TIDUR saudara-saudara...
yah walaupun cuma tidur bareng tapi setidaknya sudah ada kemajuan dalam hubungan aku dengannya. Ditambah dengan perhatiannya akhir-akhir ini aku merasa melambung, gak masalahkan. Aku mulai memiliki harapan... harapan Fara mulai menyadari perasaanku dan membalasnya.
"Pagi" suara Fara menyambutku di pagi hari.
Ya... Dia membangunkan ku setiap pagi seperti biasa hanya akhir-akhir ini berbeda setiap pagi dia sudah mempersiapkan semua perlengkapanku untuk ke rumah sakit, begitu juga dengan sarapan, dulu dia sangat terpaksa melayaniku dimeja makan karena pertanyaan anak-anak sekarang tidak, aku bisa melihat dia tulus.
Walaupun aku sudah sangat bersyukur dengan segala keadaan ini, terkadang terselip rasa ingin memilikinya secara utuh.
Walaupun Bayu sudah pergi, entah kenapa aku kadang merasa takut bahwa aku tak akan bisa menggantikan Bayu.
Aku menghela nafas.
Tanpa aku sadari Nara, Neri dan Fara memandangku dengan bingung. Lama aku tersadar ternyata aku sedang melamun dimeja makan. Belum sempat aku bereaksi Fara langsung menyentuh tanganku lembut.
"Kamu gak suka masakannya?" dia bertanya sambil memandangku. Aku yang tidak terbiasa diperlakukan begini lembut olehnya malah sukses diam.
"Mau aku masakkan yang lain?" dia bertanya lagi sambil memandang manik mataku.
"Atau kalau kamu memang gak mau sarapan dirumah, biar aku beresin aja ya" pernyataanya kali ini membuat aku terkejut refleks aku menggenggam tangannya dan menggeleng, dia tersenyum entah dia sadar atau tidak dengan genggamanku tapi dia tidak menolak. "Mommy kita dah selesai sarapannya" perkataan Neri sukses menyelamatkan gejolak hatiku. "Okey, sekarang pamit sama daddy sebelum berangkat" ucap Fara sambil memandangi tanganku yang sedang ku genggam. Reflek aku melepasnya, lalu memeluk kedua anakku, mereka mencium punggung tanganku dan aku membalas dengan memberikan kecupan sayang di kening mereka. Fara mengambil kedua tas sekolah dan melenggang ke garasi rumah untuk mengantar mereka.
Semenjak aku sakit Fara memang membeli sebuah mobil dan mempekerjakan seorang supir pribadi untuk dia dan anak-anak, katanya agar tidak merepotkanku. Ya, profesi seorang dokter memang membuat aku tidak memiliki waktu luang yang cukup banyak untuk bisa berada setiap saat untuk mereka, itu sudah menjadi resiko pekerjaan dan aku rasa Fara dan anak-anak bisa menerima hal itu.
"Kamu gak berangkat?" tanyanya "Iya, ini dah siap-siap, aku berangkat ya". aku berkata sambil beranjak membawa tas kerjaku. Fara mengikuti aku ke teras rumah, ini juga merupakan kebiasaan barunya semenjak aku sembuh dari sakitku kemarin.
Aku melangkah menuju mobilku, entah kenapa tiba-tiba kakiku berbalik ke arahnya dan CUP...
Aku mencium keningnya.
Ya Tuhan apa yang aku lakukan... Segera aku berbalik menuju mobilku, jujur aku tidak berani menengok kebelakang untuk melihat reaksinya.
FARA POV
CUP....
What .... ???!!!!!
Barusan jo mencium kening aku, demi apa coba ( please stop jadi alay author .. plak)..
Terkejut pasti ...
Takut iya...
Jo kenapa kamu mencium kening aku?... aku menghela nafas pelan. Aku merebahkan diri diatas tempat tidurku, semangatku hari ini menguap bersamaan dengan accident kening tadi pagi.
Rasa takutku lebih kepada perasaan aneh yang muncul ketika Jo melakukannya, tidak bisa dan tidak boleh...
Aku merutuki kebodohanku sendiri, membiarkan diriku melepaskan kekangan kendali emosiku beberapa bulan ini, tak dapat kupungkiri kehadiran Jo, Nara dan Neri padanan yang pas untuk menghancurkan apa yang telah kubangun seumur hidup.
Keluarga... hanya itu yang kuinginkan..
Siaaallllll... ini semua sungguh membuatku sulit..
Aku lelah.....
Aku melangkah menuju ruangan papi, hari ini aku akan menghadiri rapat dewan direksi kedua sekaligus pengangkatan aku sebagai CEO memggantikan papi. Rapat dewan direksi yang pertama telah aku lalui dengan sukses jadi ini hanya semacam seremonial dan laporan tindak lanjut atas presentasiku yang kemarin.
Drrt..drrt..
Ada pesan masuk di ponselku.
"Emp... the princess had a wake"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I?
RomanceAku selalu ada didekatmu ... mencintaimu.. walau kamu gak pernah tahu bahwa aku ada.. Bisakah aku memilikimu? - Jonathan Raditya- Dia telah pergi... dan hatiku pergi bersamanya... Bisakah aku membuka hatiku -Faradina Prameswari Winata-