bagian 11

13 0 0
                                    

Di sebuah toko bunga

"Ada yang perlu di bantu?"

Tanya seorang perempuan yang menjaga stand bunga ini.

"Iya mbk, nyari bunga mawar yang biasa di pakek buat valentine ada gak"

"oh iya ada mbak, seperti ini kah?"

"sebentar mbak ya,,,"

aku berlari keluar toko untuk menunjukkan bunga yang ku cari pada seseorang yang sebenarnya dia yang membutuhkan bunga itu.

"Kak, kayak gini bukan?"

tanyaku pada erik yang menungguku di luar toko.

dia memperhatikannya sekilas lalu berkata

"iya sih, tapi minta yang warna merah ya..."

aku hanya mengangguk dan kembali mencarikan bunga yang di inginkannya,

entah akan di berikannya pada siapa bunga itu,

aku juga tak memiliki niat untuk bertanya padanya.

biarkan saja, kalau dia mau juga bakal cerita sendiri tanpa aku minta.

setelah beberapa lama aku keluar dari toko bunga itu dengan tangan hampa.

sebelum erick menanyakan keberadaan bunganya segera ku jelaskan padanya.

"gak ada yang warna merah, ada cuma kuning sama pink yang tadi"

dia hanya menarik nafas lalu menghembuskan dengan rasa kecewa.

sepenting itukah bunga ini untuknya?

"kita coba cari ke toko lain yang ada di seberang sana kak"

tawarku padanya dan dia segera mengangguki ajakanku.

setelah mencari tempat putar balik dan berbelok kiri sejauh sekitar 500m

kami sudah sampai pada toko yang ku maksud.

Erick ku ajak masuk dan memilih milih bunga nya sendiri.

sedangkan aku melihat lihat barang dagangan yang lain.

kebetulan toko itu tidak hanya menyediakan bunga,

tetapi juga menyediakan peralatan rumah tangga.

"Ke, bunga nya kok yang kayak gini sih?"

Tanya erick yang menghampiriku dengan nada kesal.

"Ya udah pilih aja, tinggal nanti minta di bungkus sama tante nya"

Jawab ku yang meremehkan pertanyaan erick,

lagian gitu aja kok repot.

Dia yang merasa ter acuhkan, tiba tiba menarik tangan ku

dan membawaku pada bunga bunga yang diletakkan pada rak pajangan.

sebagian bunga bunga yang lainnya di letakkan dalam vas sebagai hiasan etalase.

"menurut kamu bagus yang mana?"

tanya erick yang meminta pendapat padaku

dan menunjukkan bunga yang berwarna pink dan merah.

"serius nih tanya sama aku??"

ku naikkan sebelah alisku berniat menggodanya.

"iya lah serius, tapi jangan langsung milih yang warna pink"

apa apaan nih, kalo ini sih bukan minta pendapat.

melainkan pemaksaan.

siapa suruh minta pendapat sama aku,

jelas jelas dia tau kalau aku suka warna pink.

"Terserah"

dengusku kesal lalu meninggalkannya sendiri

membandingkan antara ke dua bunga itu.

"keke??"

tiba tiba ada seseorang menepuk pundakku dan menyapaku.

sejenak ku perhatikan wanita baya yang ber paras lembut itu.

"Tante"

sambut ku lalu memeluk dan mencium pipi kanan kirinya.

wanita cina itu adalah ibu dari pemilik toko ini.

dia memang sudah hafal denganku karna aku sering belanja di sini.

"kamu lagi nyari apa,

dari tadi tante perhatiin kok pacarnya gak di temenin?

tuh pacarnya lagi sibuk milih bunga buat kamu..."

hah pacar?? sejak kapan si cowok resek itu jadi pacarku?

"dia kakak ku tante, lagi nyari bunga buat pacarnya kali"

segera ku jelaskan agar tak ada yang salah mengira.

"tante bisa kan nanti bungkusin bunganya biar bagus"

"bisa"

dan tak lama setelah perbincangan kami erick menghampiriku

dengan membawa bunga mawar warna merah.

"nih ke, tolong mintain di bungkus.

aku mau ke kasir dulu bayar ini"

perintahnya padaku dan ku sanggupi saja permintaannya itu.

setelah bunga nya selesai di bungkus,

masih saja dia cemberut karena apa yang di harapkan tidak sesuai.

"Ke, kok gak bulet gitu sih jadinya?"
Bisiknya padaku karna melihat bunganya tidak di bungkus seperti apa yang dia inginkan.

"Ya kan emang bunganya mekar, mana bisa di bungkus bulet"
Jawab ku seadanya.

"Lagian, bulan masih oktober gini udah nyari bunga valentine"
Lanjutku tak habis fikir dengan apa yang kakak ku ini mau.

Setelah meninggalkan toko itu kembali kami berdua saling mengeluh, entahlah tentang apa saja yang padahal tidak perlu untuk di keluh kesahkan.

Tapi memang itu lah kami,
Membahas dari hal penting sampai hal yang sama sekali tidak penting.

Itu lah hebatnya kami, tak pernah kehabisan topik pembicaraan dalam komunikasi kami.

Tbc
Trimakasih so much reader 😚

Kakak in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang