hujan

188 11 4
                                    

Hari ini entah kenapa sekolah terasa membosankan. Cuaca yang panas ditambah kipas angin yang kata pak bon kabelnya rusak juga ga nyala, hmm panas...

Chika masih sama seperti terakhir kali membantah Bu Dea. Ia masih duduk satu bangku dengan Iqbaal. Sebenarnya Iqbaal itu asik yang nggak asik itu kalau dia suka banget pelit jawaban Fisika.

"Chik nanti kalau tiba-tiba hujan gimana ya? "

"Lari lah. "

"Basah kuyup kodok. "

"Enak adem. "

"Sarap. "

"Gue cantik."

"Iyalah pacar gue. "

Chika reflek menatap Iqbaal dengan menyipitkan matanya.

***

Hari ini beneran hujan, Chika sekarang tengah pulang bersama Ari dan Azka, Ayya? Dia udah pulang duluan.

"Hey Ka pinjem jaket lo bego. "

"Buat paan? "

"Gue keujanan ni payungin kek. "

"Ari sana kek. "

"Dia diem mulu males gue. "

"Yauda sini. " Azka menarik pundak Chika untuk mendekat kearahnya, ia lalu membuka jaket untuk menutupi kepala mereka.

"Eh gue duluan ya. " kata Ari yang langsung berlari.

"Oh gitu ya. " Chika menundukkan kepalanya lesu.

"Kenapa? " tanya Azka.

"Tuh Ari lebih milih mayungin Andrea dari pada gue. " Chika tersenyum miris sambil menatap Ari yang rela hujan-hujanan cuma untuk mayungin Andrea dengan jaketnya.
Azka yang melihat lantas membawa Chika tetap berjalan sambil merangkul pundaknya.

***

Lalu untuk apalagi aku memperjuangkan jika kau saja bingung caranya untuk menentukan.

Jika mencintai mu adalah kebodohan maka aku ingin menjadi pintar untuk membuatmu mencintaiku juga.

"Waktu pas cewek rela berjuang cowoknya kek tai nah pas si cewek radak sengklek dikira kaga peka, cinta emang gila. " Chika menelungkupkan kepalanya di bantal. Setelah insiden hujan sakit hati tadi ia pulang dengan keadaan basa kuyup.

***

"Mama bener-bener ga kasian apa sama gue. Ujan ujan gini disuruh beli garam segala. " Chika berjalan sambil memegangi payungnya.

Ditengah jalan Chika melihat seorang cowok sebayanya yg tengah duduk dibawah pohon dengan seragam Sma.

"Iqbaal. " Chika berlari menghampiri.

"Baal lo kenapa? " Sekarang posisi Chika adalah berlutut didepan Iqbaal, entah kenapa cowok ini.

"Tangan lo kok berdarah? " Chika menyentuh darah di sekitar tangan Iqbaal, harusnya cowok ini pulang kenapa bisa disini.

"Gue ga papa. " Iqbaal menepis tangan Chika.

Chika tersentak sesaat lalu tersenyum, "Okey kalau lo gapapa sini peluk gue. " ujarnya sambil merentangkan tangan.

Iqbaal menatapnya sambil menekuk dahi.

"Ayo. Katanya ga papa? "

"Yaudah berarti lo emang lagi ada mas—"

Chika tersentak untuk kedua kalinya. Pria ini, pria menyebalkan, musuh bebuyutannya, tukang gombal, gebetan banyak, tp nyatanya.

Iqbaal memeluknya erat, menenggelamkan kepalanya di pundak Chika. Bahkan payung Chika sudah jatuh tak berdaya.

"Gue ga baik baik aja Chik. Gue pengen pergi tapi gatau kemana? Gue pengen diem aja tapi gakuat. Gue harus apa? "

"Bunda..bun..bunda gu..gue koma. "

Chika mengeratkan pelukannya, ia tau Iqbaal bukan setegar keliatannya, "Lo punya gue, apapun masalah lo, separah gimana pun, sehancur apapun, gue selalu sayang sama lo. "

Karena saat itu hujan benar benar tau kapan harus turun, karena nya malaikat ku ini bertemu aku. - Iqbaal Chika

Haiii maaf ngaret lama, banyak tgs kls 9 yaallah pusing elaah:v maaf makin gaje. Vomment okey thx:)

I Dare You to Love Me ✖ IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang