"Mau ikut ke toko buku?" ajak Prakasa pada Fardy yang berada di sampingnya saat berjalan kaki seusai sekolah.
"Boleh. Beli apa?" Fardy menerima ajakan Prakasa karena dia sendiri pun memang sedang ingin jalan-jalan sebelum pulang ke rumahnya. Murid di sekolahnya di pulangkan cepat, membuat dia dan Prakasa mempunyai banyak waktu untuk berpergian.
"Hmm, entahlah lihat-lihat dulu mumpung ada uang," ucap Prakasa.
"Oh iya. Si Mina masih datang?" tanya Fardy yang ketika itu berhenti berjalan sejenak dan berjongkok. Ia hendak menyimpul tali sepatunya yang lepas.
"Tidak. Sejak itu dia tidak datang lagi," ucap Prakasa sembari melihat temannya menyimpul tali sepatu.
Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke toko buku. Saat telah tiba di toko, mereka berpencar di antara rak-rak buku yang tersusun di sesuai genrenya.
Prakasa terlihat sedang berada di depan rak buku bergenre misteri, ia memilih dan membaca setiap deskripsi yang tertulis di bagian belakang buku tersebut.
Sedangkan Fardy berada di bagian rak yang tersusun beberapa majalah-majalah dari berbagai macam bidang.
"Prakasa ...," lirih suara gadis sangat dekat di telinganya.
"Ah, kau!" ternyata Mina yang entah sejak kapan telah berada di sampingnya.
"Kau suka misteri?" Mina bertanya ke Prakasa yang saat itu memegang novel bersampulkan laki-laki memakai topi aneh dan kaca pembesar di tangannya.
Prakasa hanya diam saat ditanyai Mina dan melanjutkan kegiatannya seperti tidak ada siapa-siapa di dekatnya.
Mina hanya menghela nafas dan menyeringai sedikit, melihat tingkah Prakasa.
"Oi, sudah belum. Sudah ketemu buku yang mau dibeli?" tanya Fardy menghampiri Prakasa saat sudah berkeliling-keliling melihat buku-buku di toko itu.
"Hei, Fardy!" Sapa Mina tersenyum manis.
"Mi-mina ... Prakasa ada Mina!" Fardy mencoba memberi tahu Prakasa.
"Iya aku tahu." Prakasa menuju kasir hendak membayar buku yang dia pilih. Dia telah selesai membeli buku dari toko buku yang dirinya kunjungi bersama Fardy.
Ia keluar toko diikuti Fardy dan Mina yang membuntuti dari belakang. "Tunggu!" Fardy mempercepat langkah menyusul Prakasa.
"Ayo cepat. Nanti kehujanan," ucap Prakasa karena saat keluar dari toko buku, cuaca yang tadinya cerah telah menjadi gelap dan mendung. Ketika mereka beberapa menit berada di dalam toko buku tadi.
"Hei-hei tunggu aku juga." Mina mempercepat juga langkah kakinya menyusul Fardy dan Prakasa.
Angin kencang tertiup, cuaca mendung membuat daun-daun kering dari pepohonan berguguran terbang ke segala penjuru jalan dan membuat rambut Mina tertiup tak beraturan.
"Hei, ada kotoran di dahi kananmu!" ucap Fardy yang berada di sebelah kanan Mina, kebetulan melihat Mina mencoba membenarkan keadaan rambutnya.
Mendengar itu Mina mencoba mengusap dahinya dengan tangan, tapi ia tidak melihat kotoran yang menempel di tangannya. "Maksudmu kotoran ini," Mina menunjuk titik hitam yang menempel di dahinya. Kotoran yang dikatakan Fardy ternyata adalah tahi lalat yang menempel permanen di dahi Mina.
"Maaf, kukira kotoran menempel di dahimu." Fardy menyeringai sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ini memang kotoran. Kotoran lalat." Mina masih terlihat berusaha agar rambutnya tidak terurai, tak beraturan ke semua arah. Ia terus memegang, menahan rambutnya dengan kedua tangannya yang ditumpukan di pergelangan lehernya.
Hujan pun turun membasahi bumi. Mina, Prakasa dan Fardy bergegas berlarian mencari tempat berteduh. Prakasa buru-buru memasukan buku beliannya tadi ke dalam tas agar tidak terkena basah air hujan.
Pelarian mereka berhenti di salah satu rumah yang terlihat tak mempunyai penghuni di dalamnya. Mereka bersama berteduh di depan teras rumah itu.
"Fuh." Mina mengibas-ngibaskan rambutnya yang lepek dan basah. Kibasan rambutnya tak sengaja mengenai wajah Prakasa yang saat itu berada di belakangnya.
"Maaf," ucap Mina. Dirinya melepaskan kacamata hitam bulat miliknya. Hendak mengelap bercak air hujan yang membasahi kaca dari kacamata hitamnya. Dengan menggosokan kacamata ke mantel yang ia kenakan dan memakai kacamata kembali.
"Hujannya deras sekali." Fardy mengeluh. Dia berjongkok memeluk kedua kakinya, sembari mengunyah permen karet yang berada di dalam mulut dan sesekali membuat balon dari permen karet tersebut.
Prakasa bersandar di dinding, di dekat jendela rumah kosong itu dengan tas yang berada di depan dadanya. Ia sengaja memindahkan tas ranselnya ke depan dada hanya agar buku-buku yang berada di dalam tas tidak terlalu basah akibat air hujan.
"Ah, aku lapar!" ucap Fardy memegang perutnya dan menopang dagu dengan sebelah tangan yang ditumpukan di atas paha. Ia duduk di atas lantai teras yang telah dirinya bersihkan sedikit dari pasir-pasir yang telah dia alasi juga dengan selembar kertas hasil robekan dari buku tulisnya.
"Aku juga lapar," Mina berucap. ucapannya membuat Fardy dan Prakasa sesaat menelan air ludah mereka. "Tapi, aku bisa menahannya," sambungnya menyeringai.
"Kau -" Prakasa berdiri di hadapan Mina, "kenapa selalu mengikuti?" dia tampak agak geram.
Mina kembali menyeringai, "kenapa ya? Bagaimana kalau karena aku menyukaimu?" Guyonan Mina membuat wajah Prakasa memerah dan Fardy menutup mulutnya menahan tawanya lepas kontrol.
"Hahaha aku hanya ingin menjadi temanmu. Kapan lagi kau akan menemukan kesempatan berteman dengan 'Vampir'," ucap Mina membentuk dua jarinya menyerupai huruf V.
"Hei, Mina berapa umurmu?" tanya Fardy menyela.
"Lebih tua dari kalian tentunya," jawab Mina sedikit tersenyum.
"Kita teman?" Mina bertanya ke Prakasa dengan menjulurkan tangannya berharap Prakasa menyambut tangannya dengan bersalaman.
Namun, tangannya malah disambut oleh Fardy. "Ya, Kita teman. Iyakan Prakasa?" Fardy menarik tangan Mina dan keduanya berdiri, ia juga menarik tangan Prakasa dengan paksa dan menyatukan tangan Prakasa menjadi satu dengan Mina dan dirinya.
"Hei, hujan sudah reda." Mina melangkahkan kakinya memijaki rumput basah, ia menghirup udara sekitar merasakan aroma khas hujan dan rumput yang menjadi satu. "Wah ada pelangi." Mina menurunkan sedikit kacamatanya.
"Wow sudah lama pelangi tidak muncul," Fardy berkata saat ia menengok ke atas langit memastikan bahwa langit tidak kembali mendung dan mendatangkan hujan susulan.
"Dia sudah duluan saja." Mina melihat Prakasa berjalan meninggalkan dirinya dan Fardy yang beberapa saat tadi sedang asik menikmati keindahan pelangi yang terbentang melengkung di langit.
"Prakasa itu ... dia buta warna," ucap Fardy sambil meludahkan permen karetnya yang tak manis lagi.
"Tapi, kenapa dia bisa tahu warna mataku?" tanya Mina sedikit bingung.
"Ya, karena dia hanya bisa melihat warna 'Hijau dan Kuning' seperti warna matamu," jawab Fardy berjalan pelan meninggalkan Mina yang masih diam di tempat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
MINA FINCH: Butterfly
VampirePrakasa anak laki-laki yang buta warna bertemu dengan gadis aneh yang selalu memakai kacamata hitam. "Far, kau percaya vampir?" "Vampir? Seperti karangan Bram Stoker di novelnya?" "Gadis yang kaulihat tempo hari bersamaku. Dia itu vampir!" Mina F...