Hai semua! Buat yg tanya siapa aktor yang jadi Ardhit... dia itu adalah, Kim Tae Hyung alias V! Cek mulmed kalo mau lihat Ardhit ya huehehe;)
Thanks for all the readers who always vote and comment this story. Thank you so much♡ Part ini aku persembahkan untuk kalian, khususnya swandalidza .
Happy Reading guys!;)
▪▪▪
#CACHA POV
Aku sedang dalam perjalanan menuju Mall Grand Indonesia bersama Ardhit. Dia senang ketika aku mengajaknya untuk bertemu, ya karena niatku ingin mengembalikan jaketnya yang sudah kucuci bersih. Memang dasar lelaki, dia ngajak aku jalan sekalian. Dan aku tidak mungkin menolak ajakannya, ya karena aku ingin membuat Kevin menyesal telah mengambil keputusan untuk meninggalkanku. Akan kubuat Kevin cemburu dan secepatnya balik ke Indonesia!
Sesampainya di GI, kami beli ice cream di Dairy Queen. Ternyata selera kami sama, suka makanan yang manis-manis. Aku memesan Triple Chocolate Parfait, sedangkan Ardhit memesan Oreo Brownie Avalanche.
"Kenapa kamu suka makan yang manis-manis?"tanyanya, begitu kami sudah duduk berhadap-hadapan.
Tak perlu lama berpikir untuk menjawab pertanyaannya, "karena makan yang manis-manis ampuh banget buat naikin mood aku. Aku jadi merasa baikan kalo lagi sedih haha. Ya gitu... kalo kamu kenapa?"tanyaku balik.
"Hm, ya... karena hidupku gak semanis makanan yang aku makan ini. Jadi untuk merasakan manisnya, aku butuh makanan yang manis-manis kayak gini."ucapnya sambil tersenyum tipis, tapi aku tau bahwa dia menyimpan kesedihan dari ucapannya.
"Oh gitu." Hanya itu yang mampu kuucapkan. Aku masih belum pantas untuk bertanya macam-macam padanya.
"Cha, kalau boleh tau... kenapa kamu bisa putus sama mantan pacar kamu?"tanyanya dengan hati-hati.
Aku terdiam, bingung harus menjawab apa. Aku tidak menyangka bahwa dia akan bertanya seperti itu. Haruskah aku bilang yang sejujurnya?
"Hm.. gimana ya... intinya dia yang minta putus. Jangan tanya alasannya kenapa karena aku juga bingung."lirihku pelan.
"Boleh aku menggantikan peran dia untuk kamu?"
"Ma-maksud kamu?"tanyaku bingung.
Dia memejamkan matanya sebentar sebelum menatap mataku dalam, "Aku ingin kembalikan senyuman kamu. Boleh?"
Aku memainkan jemariku sambil menggigit bibirku, kenapa jadi seperti ini? Aku harus jawab apa?
"Hei sayang, kamu lagi sama siapa?"ucap seseorang sambil merangkul bahuku dari belakang. Aku terkejut begitu mendapati wajah Kafka yang begitu dekat denganku. Kudorong tubuhnya menjauh dariku, enak aja main asal peluk. Kalau dia melakukannya sejak dulu, mungkin aku akan senang. Tapi semua sudah berbeda sekarang, aku bahkan tidak ingin melihatnya lagi.
"Apasih kamu, Kaf?!"ucapku sambil menjauh darinya.
Dia tersenyum tipis, "dia siapa, Cha?"
"Buat apa kamu tanya-tanya dia? Ingat ya, kamu itu bukan siapa-siapa aku!"ucapku dengan suara tertahan, aku tidak ingin membuat keributan karena keadaan disini sangat ramai.
"Aku berhak! Asal kamu tau, kamu itu udah dijodohkan sama aku sejak kecil, Cha!" Ucapnya sambil menarikku untuk kembali berada di dekatnya.
"Jangan ngaco kamu ya! Mama gak pernah cerita apa-apa tentang perjodohan aku sama kamu!"ucapku, lalu segera menarik tangan Ardhit untuk segera pergi dari hadapan Kafka. Ingin rasanya aku menangis... kenapa semua jadi seperti ini? Apa benar aku akan dijodohkan dengan Kafka? Aku sudah tidak mencintainya lagi... dan aku juga tidak ingin terus menerus bertengkar dengan Reyna hanya karena masalah Kafka. Aku lelah dengan semua ini. Kenapa harus aku yang merasakan hal yang menyakitkan seperti ini? Kenapa? Apa aku tidak berhak untuk bahagia?
Selama perjalanan menuju rumah, aku hanya diam sambil menatap keluar jendela. Hujan rintik-rintik mulai turun membasahi kaca mobil Ardhit. Kulirik Ardhit sekilas, dia lelaki yang baik. Entah kenapa, aku merasa seperti itu. Aku yakin dia baik, dia membuatku nyaman.
"Ternyata kamu banyak penggemar ya, Cha..."ucapnya pelan, sambil melirikku sekilas.
Aku menoleh untuk menatap dirinya dari samping, "Dhit, apa kamu serius sama ucapan kamu tadi?"
"Yang mana?"
"Yang di GI tadi..."lirihku pelan.
Dia mengangguk mantap sambil tetap fokus menyetir.
"Untuk sekarang aku belum bisa terima kamu untuk lebih dari seorang teman, tapi...aku mulai merasa nyaman di dekat kamu."ucapku begitu kami sampai di depan rumahku.
Ardhit mematikan mesin mobilnya, lalu menatapku dalam, "Aku akan nunggu sampai kamu siap untuk menerima orang baru di hati kamu."ucapnya sambil mengusap kepalaku pelan.
"Dhit, boleh aku minta satu permintaan sama kamu?"
"Apa Cha?"tanyanya penasaran.
"Bisa kamu berpura-pura menjadi pacar aku di depan Kafka? Lelaki yang tadi itu..."ucapku pelan, takut Ardhit marah.
Dia menghela napas pelan, "Ada syaratnya..."
"Apa Dhit?"
"Jangan salahin aku kalo kamu bakalan jatuh cinta sama aku."ucapnya dengan tatapannya yang membuatku jadi salah tingkah.
"Ehm... o-okey. Ja-jadi kamu bisa bantu aku?"tanyaku tanpa menatap matanya.
"Yes, dear..."ucapnya sambil tersenyum manis.
"Ihhh, aktingnya pas ada Kafka ajaaa. Sekarang belum boleh, ihhh..."ucapku malu begitu dia memanggilku dengan sebutan sayang.
Dia tertawa puas, "Iya iya... oh iya makasih ya jaketku udah kamu cuci. Wangi banget. Kamu udah cocok banget jadi Ibu rumah tangga."ucapnya sambil terkekeh pelan.
Aku menyentil keningnya, "Apasih. Gajelas. Udah ya aku turun. Kamu hati-hati di jalan. Jangan ngebut-ngebut, inget keluarga kamu nunggu kamu di rumah."ucapku sebelum keluar dari mobilnya.
---
#KAFKA POV
Siapa laki-laki tadi? Kenapa bisa Cacha sedekat itu dengan laki-laki lain? Seharusnya dia bisa melihat keseriusanku untuk mendekatinya!
YOU ARE READING
Antara Aku, Kau dan Dia
Teen FictionKafka, lelaki yang kucintai sejak duduk di bangku sekolah mencintai sahabatku. Aku harus mengubur perasaanku dalam-dalam. . Kevin, lelaki yang dulu dikenal dengan julukan 'bad boy'. Kini sudah menjadi lelaki yang berbeda 360 derajat dari sejak terak...