Hei semua! Aku ngetik part ini sambil sesekali menguap. Ngantuk banget. Selamat membaca!
●●●●●
#KEVIN POV
Malam ini begitu indah. Bisa kembali pulang walau hanya untuk sementara sungguh membuat rasa sesak di dadaku sedikit terangkat. Sebuah senyum terukir di wajahku begitu mengusap sebuah bingkai foto yang menjadi sebuah saksi bahwa aku pernah merasakan bahagia. Bahagia bisa merasakan sebuah kasih sayang dari seseorang yang telah lama masih setia menempati hatiku yang paling dalam.Foto ini diambil Bunda ketika Cacha menjengukku waktu sakit. Dia datang begitu menanyakan alamat rumahku yang baru lewat LINE. Dan alhasil dia baru tiba satu setengah jam kemudian. Datang sambil marah-marah karena katanya aku tidak memberi alamat rumah yang jelas sehingga membuatnya tersasar.
#Flashback on
"KEVIN!"teriaknya begitu sudah berada di dalam kamarku.
Aku langsung membuka mata dan tersenyum manis untuknya, "Kenapa sayang? Kok aku lagi sakit malah diteriakkin gitu sih?"
"Kamu kasih alamatnya gak jelas. Aku kan jadi kesasar!"ucapnya sambil mengerucutkan bibir kesal.
Aku menariknya untuk duduk di tepi ranjangku, "Hehehe, aku lemes banget. Jadi ngetiknya gak lengkap. Maaf ya. Aku kira kamu cuma asal nanya aja."
Dia melunak begitu mengusap keningku yang masih terasa panas, "Hm. Masih gak enak badan?"
Aku mengangguk pelan. Lalu, dia memberikanku sebuah bunga. Duh, Cacha. Kenapa bawa bunga?
"Bunga buat siapa?"tanyaku iseng.
"Buat orang yang lagi sakit!"
Aku tertawa, "Siapa sih orangnya?"
"YA KAMULAH!"ucapnya sambil mengerucutkan bibir.
Aku melirik bunga yang terletak diatas nakas, "Terus itu buat siapa lagi?"
"Ini bunga buat Bunda kamu. Dia kan dulu sering masakkin bekal buat aku makan*."ucapnya sambil memeletkan lidah. Aku tertawa sambil menggenggam tangannya yang masih berada dikeningku.
"Masih inget aja kamu..."
Tok Tok Tok....
"Cacha makan malam dulu yuk disini. Ajak Kevinnya makan juga ya. Biar dia turun ke ruang makan."ucap Bundanya Kevin, Nayla. Cacha mengangguk pelan. Aku melingkarkan tanganku di pinggangnya begitu dia membantuku berjalan ke ruang makan. Modus dikit gapapa lah hahaha.
Begitu sampai di ruang makan, Bunda dengan tiba-tiba menyuruh aku dan Cacha untuk tersenyum karena ia ingin mengabadikan momen kebersamaanku dengan Cacha. Si Bunda memang paling mengerti anaknya ya.
"Rambut kamu berantakan."ucap Cacha sambil merapikan rambutku begitu kami sudah duduk bersebelahan.
Cekrek!
Lagi-lagi Bunda mengabadikan momen tersebut dengan kameranya. Ah si Bunda...
#Flashback off
Ah betapa bahagianya pernah dicintai Cacha. Walau sebenarnya... aku ingin merasakan cintanya untuk selamanya seperti cintaku untuknya yang masih terus bertahan untuk selamanya.
"Woy, bang! Ngapain lo senyum-senyum sendiri?"suara adikku membuatku langsung memasukkan bingkai foto kedalam lemari belajar. Dia tidak boleh tau. Ya... karena adikku ini baru kembali kerumah begitu aku memutuskan untuk kuliah di Jepang. Selama ini dia tinggal bersama Nenek di Yogyakarta.
"Kepo deh!"ucapku, lalu segera menariknya keluar dari kamarku.
"Bang, entar 'temen' gue mau dateng."ucapnya sambil menggaruk tengkuknya.
"Cie. Gugup gitu ngomongnya. Siapa sih emangnya?"
"Ada deh. Ntar lo liat aja sendiri hahaha."ucapnya sambil mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
Aku memutuskan untuk mencari angin di teras rumah sambil memandangi bintang. Siapa tau Cacha juga lagi mandangin bintang sekarang hahaha.
Sebuah tepukan mendarat dipundakku sehingga membuatku menoleh, "Muka lo kenapa sedih gitu?"
"Dia gajadi dateng."ucap adikku sambil mengusap wajahnya gusar.
"Siapa sih emangnya?"tanyaku penasaran. Nih anak dari tadi mainnya rahasia-rahasiaan terus tapi cerita. Kan bikin penasaran.
"Yang pastinya perempuan." Tuhkan, ditanya bener. Jawabnya gak jelas.
"Yah gausah ceritalah kalo gitu."ucapku, lalu meninggalkannya menuju ruang makan yang sudah tersaji makanan kesukaanku buatan Bunda.
Makan malam segera dimulai begitu semuanya sudah duduk manis di ruang makan.
"Kev, gimana disana? Kamu betah?"tanya Bunda sambil menuangkan udang saos tiram ke piringku.
"Ya dibetah-betahin aja, Bun."jawabku singkat.
"Belajar yang bener disana. Biar cepet lulus terus kejar lagi tuh cinta pertama kamu!"ucap Bunda lagi. Kenapa harus ngomong gitu di ruang makan sih? Kan malu sama yang lain.
"Abis lulus ya cari kerja dulu lah, Bun. Kalo udah sukses baru deh cari partner hidup!"ucapku sambil tetap mengunyah.
"Ya dikejar dulu lah cintanya, entar nangis bombai lagi kalo udah sukses eh yang mau diajakkin jadi partner hidup malah udah sama yang lain hahaha...."ucap Bunda sambil tertawa puas telah mengejekku.
Aku cemberut, "Bunda ih, ngomongnya jangan gitu! Ucapan adalah do'a!"
"Bunda, jangan bikin anaknya jadi kalang kabut begitu dong. Ntar dia jadi kepikiran loh."ucap Ayah yang membuatku tambah kesal. Kenapa pada seneng banget sih bikin aku kesel? Anaknya baru pulang udah digodain terus.
"Emangnya siapa cinta pertamanya abang, Bun?"tanya adikku sambil melirikku dengan tatapan jahil.
Aku melotot padanya, "Gausah tanya-tanya kalo ditanya gak pernah mau jawab serius!"
"Yaelah sensi amat si bang!"ucapnya sambil menginjak kakiku kencang.
"Aw!"teriakku kesakitan.
"HAHAHAHA RASAIN TUH."ucapnya sebelum membawa piring kotor ke wastafel. Ayah dan Bunda pun juga ikut tertawa. Menyebalkan!
▪▪▪
#CACHA POV
Apa aku salah kalau aku membatalkan janji yang telah kusetujui? Ya ya ya, aku membatalkan janji untuk bertemu dengan keluarga Ardhit. Aku tidak tau harus berbicara apa saat bertemu dengan keluarganya. Terlebih hubunganku dengan Ardhit hanya sebatas teman. Itupun bukan teman dekat. Aku belum mengenalnya dengan baik. Walaupun aku tahu bahwa dia adalah laki-laki yang baik. Mana ada laki-laki yang mau dijadikan pacar pura-pura? Mana imut pula!
Aku masih saja mondar-mondir di balkon kamarku sambil sesekali menatap langit yang ditaburi bintang. Aaa tumben, banyak banget bintangnya malam ini!
Jadi salah fokus....
Seharusnya aku tidak membawa lelaki itu lebih jauh ke dalam urusanku. Seharusnya dari awal, aku tidak perlu melibatkan dia untuk menjadi pacar pura-puraku. Aku jadi merasa bersalah. Terlebih ketika dia terlihat sungguh senang memerankan peran sebagai pacar pura-puraku dihadapan Kafka. Ahhhh, Cacha bodoh! Kalau sudah seperti ini bagaimana harus mengakhirinya?!
.
Sore ini aku sudah memiliki janji dengan Reyna. Aku menunggu di cáfe biasanya. Aku memesan matcha latte sambil membuka novel yang baru saja kubeli tadi sebelum tiba kesini. Judulnya Critical Eleven karya Ika Natasha. Aku selalu suka semua novel karya-Nya. Apalagi yang Dwivortiare dan Twivortiare. Uhhh Om Beno, seksinya minta ampun!
Oke fix gagal fokus lagi...
Sudah setengah jam menunggu Reyna, tapi dia tak kunjung tiba. Kemana sih tuh anak? Biasanya juga gak pernah telat!
Lalu tiba-tiba pandanganku terpaku begitu melihat Reyna datang bersama Kevin.
Kuulangi sekali lagi, Reyna datang bersama Kevin.
REYNA DATANG BERSAMA KEVIN!
Aku segera mengalihkan pandanganku keluar jendela untuk sesaat.
"Sorry Cha, gue telat. Tadi ketemu nih anak lagi bengong di depan cáfe!"ucap Reyna sambil menunjuk Kevin yang sekarang sudah duduk dihadapanku.
Aku hanya bergumam pelan, lalu menyesap matcha latte-ku hingga habis tak bersisa. Aku gugup. Aku belum siap untuk bertemu lagi dengan Kevin. Kenapa tiba-tiba dia sudah ada dihadapanku? Sejak kapan dia balik kesini?
"Kapan balik kesini, Kev?"tanya Reyna setelah memesan green tea. Yang ditanya sedang menatap mataku tanpa kedip. Membuatku salah tingkah dan memilih untuk membuka kembali novelku.
"Woy! Mata woy mata! Gue lagi nanya sama lo nih."ucap Reyna sambil menoyor lengan Kevin.
"Hah? Apa?"tanya Kevin kebingungan begitu ia melepas kontak mata denganku.
"Hadeh susah deh kalo ngajak ngobrol orang yang lagi berbunga-bunga hatinya pas ketemu pujaan hatinya!"ucap Reyna sambil tertawa pelan.
"Hm, gue ke toilet dulu ya."ucapku, lalu segera bangkit dari tempat duduk dan berjalan cepat menuju toilet. Aku bingung. Aku harus bersikap seperti apa?
Aku memandangi diriku di cermin.
YOU ARE READING
Antara Aku, Kau dan Dia
Teen FictionKafka, lelaki yang kucintai sejak duduk di bangku sekolah mencintai sahabatku. Aku harus mengubur perasaanku dalam-dalam. . Kevin, lelaki yang dulu dikenal dengan julukan 'bad boy'. Kini sudah menjadi lelaki yang berbeda 360 derajat dari sejak terak...