Haiiii selamat malam! Maaf ya baru sempet update. Tugas di kampus buanyak banget. Btw, semoga pada masih nunggu kelanjutan cerita ini ya. Yang kangen Kevin liat mulmed ya!
Happy Reading♡
●●●
#CACHA POV
Aku termenung menatap sekumpulan paper yang baru saja kukerjakan dengan kilat. Apakah anak Sastra harus terus berkutat dengan paper? Huft...
Kurenggangkan ototku yang kaku. Huah pegel rasanya badanku. Lebih baik aku berendam air hangat. Ayey!
Butuh waktu 30 menit bagiku untuk memanjakkan diri di kamar mandi dan sekarang saatnya berpergian. Hmm, tapi kemana ya?
Aha! Ke cáfe aja kali ya, yang bisa ditempuh dengan waktu setengah jam dari rumah. Kupilih baju yang santai lalu tak lupa membawa novel romance yang sudah kubaca setengah halaman. Aku keluar kamar dengan senyum cerah, bagaimana tidak? Tugasku udah kelar semua dan saatnya bersantai ria memanjakan diri. Ayey!
"Sayang, mau kemana?"ucapan Mama membuatku menghentikan langkah di anak tangga terakhir.
Aku cengengesan, "Ke cáfe, Ma..."ucapku sambil menghampirinya yang sedang duduk di sofa dengan Kak Dhani.
"Sama siapa?"tanyanya lagi.
"Hmm, sendiri..."ucapku sedikit sedih.
"Kenapa sedih gitu mukanya? Keinget Kevin?"tanyanya yang membuat dadaku rasanya nyeri. Ya, aku teringat dia. Aku sering pergi ke cáfe dengannya dan sampai saat ini, aku masih belum bisa melupakannya. Walaupun dia tak ada kabar sama sekali dan membuatku takut. Takut kalau dia telah memiliki seseorang disana. Aku takut, kalau hati dia sudah menjadi milik orang lain. Aku takut. Dan pertanyaan Mama membuatku sedih... kenangan itu harus kembali hadir dalam ingatanku.
#flashback
Aku sedang sibuk membaca novel sedangkan Kevin hanya menatapku dengan senyumnya yang manis. Ya, aku gugup sekali ditatap seperti itu. Aku pura-pura tidak menyadarinya. Padahal aku sudah tidak konsentrasi lagi untuk melanjutkan bacaanku. Hingga akhirnya kutatap matanya, yang belum mengalihkan tatapannya dariku.
"Kenapa liatin aku terus?"tanyaku sambil menutup novelku dan menaruhnya di dalam tas.
"Aku suka liat ekspresi kamu kalo lagi baca."ucapnya sambil menunjukkan lesung pipinya. Lalu mengusap pipiku dengan sayang.
"Jangan gombal ih."ucapku gugup dipandang seperti itu.
"Gombal gombal tapi seneng kan? Liat tuh muka kamu merah hahaha..."ucapnya sambil mencubit kedua pipiku dengan gemas.
#flashback off
Aku menatap ke seluruh cáfe yang ramai di sabtu malam. Ah, aku datang disaat yang tidak tepat. Aku menepuk keningku pelan karena tidak tau waktu. Bila aku kesini, itu hanya akan membuatku gigit jari melihat beberapa pasangan yang sedang bahagia bisa bertemu dan berbicang bersama. Aku segera membalikkan tubuhku tanpa menyadari ada seseorang yang berdiri tepat di belakangku."Kok gak jadi masuk?"tanyanya dengan tatapan yang lembut. Tatapannya seperti Kevin.
Seakan tersadar, aku segera menggeleng dengan cepat, "Hm enggak. Rame banget."ucapku, lalu tersenyum sopan sebelum pergi dari hadapannya. Namun, tanganku dicekal olehnya. Berani-beraninya dia...
"Ngapain kesini kalo gak jadi cuma karna rame? Males karena sendirian aja?"tanyanya menohok hatiku, "bareng aja yuk."ucapnya lagi, lalu menuntunku ke tempat yang paling pojok dekat jendela. Ini kan....tempat dudukku dan Kevin dulu setiap datang kesini.
"Kamu mau pesan apa?"tanyanya sambil membuka buku menu. Aku mengerutkan kening bingung, kok dia sok akrab sih?
"Hei... kalo ada yang tanya tuh jawab. Kamu tau sopan santun kan?"tanyanya padaku.
"Jangan sok mengajariku tentang sopan santun kalo kamu sendiri tidak punya sopan santun. Memaksa seseorang seenaknya!"ucapku kesal sambil mengerucutkan bibirku.
Dia tertawa pelan, "Oke... maaf maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu, hanya saja... kamu terlihat tidak nyaman bila kesini sendiri."
"Sok tau."
"Aku melihatmu sedari kamu keluar dari mobil dan berdiri mematung di depan pintu cáfe sambil menepuk jidat. Kalau tidak nyaman, lalu kenapa? Apa ada alasan lain? Misalnya, kamu... ansos?"tanyanya lagi yang membuat amarahku memuncak.
Aku menatapnya tajam, "Aku bukan cewek anti sosial ya! Jangan asal bicara. Kenapa kamu sangat menyebalkan?!"tanyaku menggebu-gebu.
Lalu pelayan cáfe datang ke meja kami, "Mbak Cacha, Mas Kevinnya mana?"tanyanya padaku, ya dia tau kalau aku sering datang kesini dengan Kevin.
Aku kebingungan untuk menjawab.
"Oh itu toh alasannya. Pantesan aja."ucap lelaki yang dari tadi membuatku kesal setengah mati.
"Oh maaf... ini pacar barunya Mbak Cacha? Maaf ya Mas... saya gak tau kalo Mbak Cacha udah putus sama Mas Kevin."ucapnya, lalu mengalihkan pembicaraan.
"Hm.. kalo gitu Mbak Cacha sama Masnya mau pesan apa?"tanyanya dengan tak enak hati.
"Matcha Latte ya, mbak."ucapku seperti biasa, ya... setiap kesini, aku selalu memesan menu yang sama.
"Matcha Latte nya jadi 2 ya mbak!"ucap lelaki yang duduk di hadapanku. Setelah pelayan pergi, lelaki itu mengulurkan tangannya padaku.
"Namaku Ardhit. Kamu?"tanyanya sambil tersenyum. Ini orang kok sikapnya berubah-ubah terus kayak bunglon yang suka gonta-ganti warna kulit.
"Cacha."ucapku tanpa membalas uluran tangannya. Dia terkekeh pelan.
"Aku tau sikapku telah membuatmu kesal. I'm so sorry for making you annoyed."ucapnya lembut.
Kutatap matanya, dia terlihat tulus.
"Yaudah dimaafin!"ucapku dengan ketus.
Dia tertawa lagi. "Kamu gila ya?"tanyaku bingung.
"Kenapa kamu berpikir seperti itu?"tanyanya kaget.
"Abisan ketawa terus daritadi!"ucapku kesal.
"Abisan aku suka liat ekspresi kamu. Lucu. Menggemaskan?"ucapnya sambil merubah posisi duduknya agar lebih dekat denganku.
"Sudah berapa perempuan yang kamu kasih gombalan receh kamu itu?"tanyaku sambil menatapnya tajam. Dia tertawa lagi.
"Kamu menarik. Boleh aku mengenal kamu lebih dekat?"tanyanya sambil mengeluarkan ponselnya, "boleh aku minta nomor ponsel kamu?"
Aku menggeleng dengan cepat, namun gerakan tangannya lebih lincah untuk mengambil ponselku yang berada di atas meja. Dia mengetikkan sesuatu di ponselku hingga terdengar suara ponsel berdering. Oh ponselnya ternyata!
"Nanti malam aku hubungi."ucapnya, setelah membayar minuman kami berdua lalu pergi meninggalkanku sambil melambaikan tangannya dengan manis. Oh ya ampun! Apa yang kupikirkan barusan? Dia itu tidak manis tapi menyebalkan.
♤♤♤
#Reyna POVAku melihatnya, melihatnya bersama lelaki yang terlihat manis. Kenapa dia selalu mendapatkan lelaki yang manis? Kenapa selalu dia?! Aku tau, dulu kami bersahabat. Namun, aku merasa iri dengannya. Padahal aku lebih cantik dari dia, tapi kenapa semua lelaki menyukainya? Dasar sok polos!
Kuhampiri dia yang masih meminum minuman kesukaannya.
"Tadi siapa tuh? Selingkuhan?"tanyaku sambil duduk di hadapannya dengan tangan dilipat di depan dada.
Dia terkejut begitu mendapatiku berada di hadapannya.
"Kenapa? Kaget? Ketauan selingkuh?"tanyaku dengan sinis.
Dia mengerutkan keningnya, "Maksud lo apa sih?"
"Gak nyangka ya, ternyata lo gak beda jauh sama gue. Sukanya selingkuh."ucapku lagi dengan tatapan tajam.
"Jangan asal nuduh ya, Rey. Gue anti sama yang namanya selingkuh!"ucapnya, lalu segera berlalu dari hadapanku.
"Eh Cha, asal lo tau ya... gue bakal ambil semua hal yang lo punya! Termasuk Kevin sekalipun."ucapku setelah berhasil menarik lengannya agar berhenti berjalan.
Dia menatapku sedih, "Ambil kalo itu bisa buat lo maafin gue! Ambil Rey. Ambil aja semua yang bisa bikin lo bahagia."ucapnya bergetar.
Aku menepis semua rasa simpatiku padanya, "Gue gak main-main sama ucapan gue. Lo inget itu, Cha!"ucapku, lalu mendorong tubuhnya hingga terbentur pintu masuk cáfe.
Aku benci dia yang masih sok baik padaku. Dari dulu sok mengalah. Memangnya aku lemah dimatanya? Sehingga dia terus mau mengalah padaku. Akupun tau dari awal kalau dia menyukai Kafka, aku baca buku diary-nya. Cih, dasar munafik! Liat aja, akan kubuat Kevin bertekuk lutut di hadapanku. Kubuat Kevin mengemis cinta padaku. Because, I'm pretty!
●●●
Maaf ya cuma sedikit part ini. Semoga suka! Jangan lupa vote dan comment-nya ditunggu selalu.
Baca karyaku yang lainnya juga ya!
Salam hangat dariku, @rindingdong ♡
YOU ARE READING
Antara Aku, Kau dan Dia
Novela JuvenilKafka, lelaki yang kucintai sejak duduk di bangku sekolah mencintai sahabatku. Aku harus mengubur perasaanku dalam-dalam. . Kevin, lelaki yang dulu dikenal dengan julukan 'bad boy'. Kini sudah menjadi lelaki yang berbeda 360 derajat dari sejak terak...