22. Kesempatan Kedua

274 17 5
                                    

Selamat malam semua! Hahhh, akhirnya aku bisa update lagi. Maaf ya buat kalian yang udah digantungin sama aku sampe selama ini. Aku lupa nulis ini udah dari semester berapa tapi yang pasti aku udah lulus kuliah sekarang! Semoga setelah ini, aku rajin update-nya ya hehehe. Oke, selamat membaca ya bagi yang sudah menunggu ceritaku!;)
▪▪▪▪▪
#CACHA POV
Aku kembali mengingat masa-masa indah bersama Kevin. Senyumnya yang hanya tertuju padaku. Perhatiannya yang juga hanya untukku. Yang paling penting ialah tatapannya. Tatapannya yang penuh cinta selalu mengarah padaku. Dia, aku tau bahwa hanya mencintaiku. Keyakinanku bertambah begitu mengingat bagaimana Kevin merayakan anniversary kita yang masih seumur jagung. Dia juga memberikan sebuah cincin yang menurutku sangat manis dan cocok sekali di jari manisku. Dia pun menyanyikan sebuah lagu yang sangat menyentuh hatiku diiringi alunan piano yang ia mainkan sambil menatap mataku intens. How can I move on when I’m still in love with him?
Ponsel yang kuletakkan diatas nakas berbunyi, membuatku segera menghapus bayang-bayang Kevin dalam ingatanku barusan. Aku mengernyit begitu melihat nama yang tertera pada layar ponselku. Si bad boy!
“Hm…”
Hai Cha. Besok free gak?”tanya Kevin ragu.
“Kenapa emangnya?”tanyaku ketus.
Aku mau ajak kamu makan…
“Makan apa?”
Makan Ramen, abis itu ke café biasa yang sering kita datangin. Kamu boleh pesan matcha latte sepuasnya!
Ah dia tau aja kalau aku paling tidak bisa menolak godaan itu. Tanpa pikir panjang, aku mengiyakan ajakannya, “yaudah deh.”
Yaudah apa?
“Yaudah boleh deh.”
Aku jemput jam 10 ya. Bye…”ucapnya sebelum mengakhiri panggilannya.
Keesokkan paginya, aku sudah rapi mengenakan blouse lengan panjang bermotif bunga dengan celana jeans berwarna putih. Aku memperhatikan lagi penampilanku di cermin, ya tetap terlihat natural. Aku tidak suka memakai make up terlalu tebal, rasanya seperti memakai topeng. It isn’t my style.
Aku segera turun menghampiri Kevin yang sedang berbincang dengan Kak Dhani. Aku malu begitu Kevin tidak mengalihkan tatapannya dariku semenjak aku turun dari tangga.
“Mata lo mau copot tuh!”goda Kak Dhani begitu Kevin masih saja melihatku tanpa berkedip. Aku memukul lengan Kevin pelan, “ayo! Jadi jalan gak sih? Kok malah melamun?!”
Seakan tersadar, Kevin langsung beranjak dari sofa dan berpamitan dengan Kak Dhani yang saat ini masih saja tertawa melihat tingkah Kevin.
“Dek, dia cinta mati banget sama kamu ya! Hahahahaha….”ucap Kak Dhani sambil berlalu dari hadapanku dan Kevin. Kevin yang mendengarnya pun refleks menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Hmm, yuk jalan.”ucapnya sambil berjalan mendahuluiku menuju mobilnya. Aku mengulum senyum mengingat perkataan Kak Dhani. Ihihi, aku tau Kevin cinta sama aku. Tapi mengingat dia pergi begitu saja tanpa memberitahuku membuat rasa kesalku padanya muncul kembali. Aku menghentak-hentakkan kakiku dengan kesal karena baru tersadar betapa aku dengan mudahnya menerima ajakan lelaki menyebalkan yang sedang membukakan pintu mobilnya untukku.
“Silahkan masuk, kesayangannya Kevin…”bisiknya ditelingaku begitu aku ingin masuk ke dalam mobilnya. Aku tertegun, kalimat itu pernah ia ucapkan dihari pertama kami jadian. Maksudnya dia apa? Dia ingin membuatku kembali mengingat masa-masa kami dulu?
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, sesekali aku melirik ke arah Kevin yang terlihat sangat fokus menyetir. Tatapannya begitu serius memandangi jalanan di depannya. Hingga tiba-tiba dia menoleh ke arahku sambil tersenyum miring sebelum kembali menatap jalanan di depannya.
“Kenapa lihatin aku?”tanyanya masih dengan senyum khasnya yang sangat kurindukan selama ia berada jauh dariku. Aku gelagapan sambil mengibas-ngibaskan tanganku, “ah eh siapa juga yang lihatin kamu! ge-er!”
Dia tertawa begitu lebar hingga kedua matanya menyipit, “aku lihat dari ekor mataku kalau kamu lihatin aku daritadi. Aku grogi tau…”ucapnya sambil melirikku sekilas.
Kamu grogi? Apa kabar aku yang gak kuat lagi lihat senyum kamu itu. Aku meleleh….. boleh gak sih aku tidak mementingkan ego-ku? Rasanya, aku ingin dia berada disisiku lagi dan melupakan kejadian ketika dia pergi meninggalkanku begitu saja?
Aku mengabaikannya dan menoleh ke luar jendela, ada penjual cotton candy. Aku segera memegang tangan Kevin yang berada diatas persneling sehingga membuatnya menoleh padaku dengan pandangan bertanya.
“Berhentiin mobilnya.”ucapku sehingga membuatnya memberhentikan mobilnya dipinggir jalan.
Aku segera turun dari mobil dengan tergesa-gesa. Kevin menarik lenganku begitu dia akhirnya bisa mengejarku.
“Kamu mau kemana? Aku salah ngomong?”tanyanya bertubi-tubi.
Aku menunjuk penjual cotton candy yang semakin jauh dengan sepedanya. Lalu aku berlari lagi untuk mengejar penjual cotton candy itu tanpa memperdulikan Kevin yang masih bingung dengan sikapku. Seakan tersadar, ia segera berteriak sambil bertepuk tangan memanggil penjual cotton candy yang akhirnya berhenti begitu mendengar teriakkan Kevin.
“Kamu tuh ya, kalau mau beli ya bilang. Jangan asal pergi gitu aja.”ucap Kevin begitu kami sudah kembali ke dalam mobil dengan membeli dua cotton candy berukuran sedang.
“Lah kamu juga gitu kan waktu itu? Main asal pergi aja tanpa bilang apa-apa.”ucapku sebal yang membuatnya diam seketika.
Suasana di dalam mobil menjadi hening. Aku jadi merasa tidak enak padanya, ah tapi apa peduliku? Dia saja mungkin tidak memperdulikanku sewaktu dia memutuskan untuk pergi meninggalkanku tanpa memberi kabar apa-apa. Aku berinisiatif untuk menyalakan musik agar suasana di dalam mobil tidak hening seperti ini.

Antara Aku, Kau dan DiaWhere stories live. Discover now