-Chapter 8 (Raped)-

13.6K 1.7K 272
                                    

Warning!

"Se-hun...lep-pas!" Shinbi mengelak di sela-sela ciuman kasar Sehun.

Sehun menghentikan aksinya. Shinbi terengah. Sehun menyeringai kemudian kembali menjamah bibir yang sudah menjadi candunya sejak lama. Kali ini, ia melumat bibir Shinbi kasar dan penuh nafsu. Shinbi semakin berontak, tapi tenaga Sehun jauh lebih kuat. Semakin lama, Shinbi justru merasakan ada yang aneh pada tubuhnya. Ciuman basah, menuntut, dan penuh gairah yang diberikan Sehun membuat perut dan bagian tubuh bawahnya berkedut aneh. Hal itu justru membuatnya terlena. Bahkan ia tanpa sadar membuka mulutnya agar Sehun mempunyai akses lebih untuk memasukkan lidahnya.

Namun, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang menonjol di perutnya. Oh, tidak. Itu kejantanan Sehun yang mengeras.

Shinbi yang tadi sempat terlena, kini kembali mengerahkan seluruh kekuatannya untuk memberontak. Sayangnya, ia belum cukup kuat untuk menghentikan aksi gila Sehun. Sehun kini justru berpindah sasaran dengan menyesap kulit leher Shinbi hingga Shinbi memekik, "S-Sehun! Hen-henti..khan!"

Sehun bergeming. Ia tetap melanjutkan aksinya hingga akhirnya tujuannya terpenuhi: Shinbi mendesah. Sehun menyeringai di kulit Shinbi. Kini, ia pun dengan sangat tidak sabaran merobek atasan piyama Shinbi. Shinbi menjerit. Ia semakin berusaha mendorong dan memukuli Sehun. Namun, hal itu justru berakibat fatal.

Plaakk!

Sehun menampar pipi Shinbi hingga kepalanya meneleng ke samping.

Shinbi dan Sehun sama-sama terdiam dan terengah setelah kejadian itu. Tapi, Sehun lebih dulu bangkit dari keterdiamannya. Ia menarik kasar rambut Shinbi agar kepala gadis itu menoleh kepadanya sehingga bisa menatap wajah marahnya. Pipi Shinbi basah oleh airmata. Shinbi tampak begitu terluka.

"Diamlah dan terima saja semua perlakuanku pada tubuhmu, Jalang!" Sehun berteriak. "Kau istriku, jadi aku berhak melakukan semua itu kepadamu. Mengerti?"

Tanpa mendengar jawaban Shinbi terlebih dahulu, Sehun membuka paksa bra Shinbi. Saat buah dada Shinbi sudah mulai menyembul keluar dari bra-nya, Sehun langsung melahap dan menyesap salah satunya sementara tangan Sehun memilin dan meremas-remas satunya lagi.

Shinbi hanya mampu terdiam tidak bisa melakukan apa-apa. Tenaganya seolah hilang akibat tamparan keras yang beberapa saat lalu mendarat di pipinya. Shinbi hanya bisa menangis dalam diam dan menahan desahannya.

Akan tetapi, Shinbi terkejut saat Sehun menurunkan celana piyama sekaligus celana dalamnya. "Tidak!" Shinbi menjerit sambil menendang-nendang tangan Sehun yang masih berusaha menurunkan celananya. Ia bangkit dari posisi berbaringnya lalu memukuli dada dan bahu Sehun. Airmata masih menuruni lekuk pipinya.

Sehun semakin marah. Ia kembali menampar pipi Shinbi, tapi lebih keras dari sebelumnya. Tubuh Shinbi kembali terhempas ke ranjang. Tangisnya makin kuat. Matanya mengabur dan telinganya berdenging. Rasanya sakit sekali. Saking sakitnya, ia pun tidak sadar tatkala Sehun membalik tubuhnya lalu mengikat kedua tangannya ke belakang menggunakan ikat pinggang.

"Kau harus kuhukum karena tak menuruti kata-kataku, Jalang!" Sehun mendesis. Ia kemudian menekuk kedua kaki Shinbi ke dalam dan sedikit melebarkannya sehingga sekarang gadis itu dalam posisi menungging. Entah sejak kapan, Sehun juga sudah berhasil menurunkan celana piyama dan celana dalam Shinbi sepenuhnya. Membuatnya telanjang bulat dalam sekejap mata.

"Akh!" Shinbi tiba-tiba menjerit saat sesuatu memasuki area bawahnya. Area yang selama ini begitu dijaga olehnya. Ia yang tubuhnya sudah lemas, kini tak bisa melakukan apa-apa lagi untuk menjaga keperawanannya. Ia pasrah. Keperawanannya hilang sudah karena ereksi Sehun sudah berhasil merobek selaput daranya.

Akan tetapi, Shinbi agak merasa aneh saat Sehun yang sudah menanamkan ereksinya di dalam vaginanya justru malah mematung. Ia terdiam dan tidak segera bergerak memasukkan ereksinya lebih dalam.

"Kau....perawan?" Sehun bertanya dengan suara yang begitu lirih. Nada suara Sehun menunjukkan kalau ia terkejut. Shinbi tidak menjawab. Ia hanya memejamkan matanya erat dan semakin terisak.

Sehun tertawa. Tawanya serupa iblis bagi Shinbi. "Wow! Jadi Taeyong sama sekali belum menyentuhmu? Astaga, keberuntungan macam apa ini?"

Shinbi memaki dalam hati. Bajingan!

"Persetan!" Shinbi mendengar Sehun mengumpat kemudian memaksakan ereksinya semakin memasuki vaginanya. Yang bisa Shinbi lakukan setelah itu hanyalah terus menjerit diantara rasa sakit dan nikmatnya saat Sehun terus menghujam titik sensitifnya dengan brutal dan kasar.

*****

"Selamat pagi, Tuan" sapaan itu serempak diucapkan oleh para pelayan dan pengawal yang berbaris rapi menyambut Sehun yang sudah tampak rapi memakai setelan kerjanya. Mereka membungkuk hormat saat Sehun melewati mereka untuk pergi ke ruang makan. Seperti biasa, Sehun tidak perlu repot-repot membalas sapaan mereka. Ia hanya memasang wajah datarnya dan mereka pun mengerti.

Sesaat setelah Sehun sudah duduk di kursi kebesarannya, ia langsung memanggil Kepala Pelayan Jung. Wanita paruh baya itu pun segera datang menghampirinya dan membungkuk hormat padanya.

"Kau tidak perlu membangunkan Shinbi. Dia sedang lelah" Sehun memberitahu. "Nanti kalau dia lapar atau butuh sesuatu, dia bilang akan mengambilnya sendiri. Jadi, jangan ada yang masuk ke kamarnya kalau bukan aku atau dia yang menyuruh. Mengerti?"

Kepala Pelayan Jung mengernyit heran, tapi ia tidak mengatakan apa-apa. "Saya mengerti, Tuan" ujarnya kemudian undur diri.

Sehun hanya menggumam pelan kemudian memulai sarapan paginya. Ia harus segera pergi ke kantor setelah ini. Setumpuk pekerjaan sudah menanti di atas meja kerjanya.

*****

Sementara itu, di ruangan lain dari mansion megah itu, seorang wanita sedang meringkuk seperti bayi di atas ranjang yang bak kapal pecah. Wanita itu menangis dalam diam sambil sesekali merintih akibat rasa nyeri dan perih di sekujur tubuhnya. Tubuh polos tanpa sehelai kain-nya itu tampak mengenaskan. Luka lebam dimana-mana, baik di tubuh maupun wajahnya. Terdapat darah mengering pula di selangkangannya. Aroma khas bercinta menempel di seluruh tubuhnya.

Shinbi tidak menyangka bahwa ia akan mendapat perlakuan seburuk itu dari Sehun. Semalaman penuh Sehun memperkosanya bak sadisme. Benar, Shinbi merasa kalau perlakuan Sehun padanya semalam pantas disebut sebagai pemerkosaan walaupun faktanya Sehun adalah suaminya. Bagaimana tidak? Pria itu jelas-jelas memaksa Shinbi, ditambah lagi pemaksaan itu disertai unsur kekerasaan. Wajar bila  Shinbi menganggapnya sebagai pemerkosaan, 'kan?

Parahnya lagi, setelah pria itu sudah puas menyetubuhinya, Shinbi ditinggalkan begitu saja. Sumpah serapah dan berbagai macam umpatan tak henti-hentinya Shinbi rapalkan dari plumnya yang membengkak. Akibat perbuatan Sehun itu, Shinbi sama sekali tidak bisa memejamkan matanya untuk tidur akibat rasa sakit luar biasa yang ia rasakan di sekujur tubuhnya. Padahal, ia begitu lelah luar biasa akibat orgasme yang berkali-kali ia dapatkan semalaman. Menggerakkan kakinya untuk berjalan ke kamar mandi agar bisa membersihkan tubuhnya pun ia tidak mampu. Tubuh dan hati Shinbi begitu sakit. Sakit sekali sampai rasanya mau mati.

Shinbi tertawa miris melihat kondisi tubuhnya. Ia benar-benar tampak seperti jalang sekarang. Ya, Shinbi memang merasa pantas disebut jalang karena dia bersedia menikahi pria yang tidak dicintainya karena uang. Bahkan ia juga diperawani dengan cara yang begitu keji tadi malam.

Lantas, ia teringat akan Taeyong. Pria yang begitu ia cintai itu bahkan sangat menjunjung tinggi kesuciannya. Andai saja Taeyong masih ada, Shinbi pasti sekarang sudah hidup bahagia bersama pria itu. Bukannya tampak mengenaskan seperti sekarang.

Shinbi mengepalkan tangannya kuat. Bayangan perbuatan Sehun semalam melintas di pikirannya. Shinbi terisak.

"Argh!"  Shinbi menjerit pilu kemudian memukuli dan menggosok-gosok tubuhnya sendiri. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri. Ia merasa kotor dan hina.

"Aku membencimu, Oh Sehun. Aku tidak akan pernah memaafkan perbuatanmu seumur hidupku" Shinbi berujar dengan bibir yang bergetar hebat.

To be continued.....

Haine (I Hate You, Monster) [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang