03

826 59 14
                                    

LifeLoveLife03

                13:00 Wib

                Jam bubar sekolah telah usai. Sekolah SMA Wiyata Mandala tampak lengang saat ini. Hanya ada beberapa siswa—siswi yang masih berkutat pada lingkungan sekolah. Lihat saja Anggota Klub Basket Siswi. Mereka tengah berlatih di lapangan sekolah yang sepi. Biasanya mereka berlatih di dalam gedung Olahraga. Hari ini sedikit berbeda karena sang Wakil Kapten ingin mengubah suasana agar tak jenuh dengan dinding gedung olahraga yang warnanya tak pernah berubah.  

                Semua berlatih dengan semangat tapi tidak untuk Kiandra. Dia sudah lelah dengan latihan yang itu-itu saja. Belum lagi sang Wakil Kapten yang terlalu mendikte dirinya tentang caranya mendrible bola basket, cara memasukan bola basket kedalam jaring. Apapun yang ia lakukan selalu saja salah dimata sang wakil Kapten.

                “Kak! Lo maunya apa sih? Tangan gue udah pegel tau, ngedribel terus kek gini,” sungut Kiandra yang keringatnya mulai berjatuhan diantara pelipis.

                “Ya latihan, biar otot tangan lo kuatlah. Manja amat sih baru segini aja udah cape. Yang lain aja ngak ada tuh yang protes atau manja macam lo,” balas sang wakil Kapten kalem dan terus menyortir anggota lain yang sibuk dengan latihan mereka sendiri-sendiri. Kiandra meneguk ludahnya, “Kalau lo bukan wakil kapten? Udah gue hajar lo shana brengsek!”umpatnya didalam hati sambil melirik sinis Wakil Kapten yang bernama Shana.

                “Kenapa ngelirik gue sinis gitu? Ngak suka hah?” tanya Shana dengan nada menantang, gadis berambut lebih pendek dari Kiandra mulai memosisikan diri dihadapan Kiandra. Berkaca pingang dan menelengkan wajahnya sedikit, “gue heran kenapa Rana ngebet banget ngajak lo gabung sama klub ini? Padahal lo itu ngak ada apa-apanya. Cuma bisa ngeluh dan manja.” Sinis Shana yang benar-benar membenci KIandra berada di Klub Basket.

                Sebelah alis mata Kiandra sudah terangkat tinggi. Dia menahan emosi yang kapan saja bisa meledak. Kedua gadis itu berada ditengah lapangan. Anggota yang lain menghentikan aktivitasnya dan memandangi rekan mereka yang sedang saling berhadapan yang saling mengencangkan suara.

                “lo punya dendam apa sih sama gue?”

                “Gue ngak punya dendam apapun sama lo Kiandra, hanya saja gue muak sama lo tau? Lo itu sok banget. Mentang-mentang lo dipilih langgsung sama Rana? Lo seenaknya dan semena-mena sama jadwal latihan kita. Lo tuh harusnya sadar posisi. Lo itu Ace di tim kita. Lo penyerang dan pecetak angka di tim kita. Tapi lo selalu aja bolos latihan. Dan dengan bodohnya Rana selalu meloloskan lo dari hukuman!” sentak Shana kesal mengeluarkan semua unek-unek yang ia pendam. Ya, Kiandra selalu bolos latihan. Dalam seminggu ia hanya ikut latihan sekali dan itupun dengan malas.

                “lo iri sama gue ya? Karena gue yang jadi Ace—nya bukan lo?” balas Kiandra telak hingga membuat kedua bola mata Shana melotot dengan sempurna. “Dan Kak Rana selalu aja kasih gue keringanan boleh ngak ikut latihan?” timpal Kiandra, ia menyeringai tipis melempar tatapan super santai tapi cukup tajam. Apa yang ia dengar langgsung Kiandra simpulkan. Bahwa Shana iri pada dirinya. Iri karena dia yang menjadi Ace di Klub Basket ini. katanya—jika dirinya tak bergabung. Maka Shanalah yang menjadi Ace, pecetak angka didalam klub Basket.

                “Lo Cuma anak kelas satu, tapi ngak pernah tahu diri!” erang Shana frustasi tak bisa membalikkan kata-kata Kiandra. Karena apa yang Kiandra ucapakan banyak benarnya hingga rasanya Shana ingin menghilang dari muka bumi ini.

                “Jangan sok senioritas didepan gue!lo itu luzer banget! Masalah pribadi lo bawa-bawa kesini! Gue ngak mau latihan lagi sama lo!” Kiandra menyentak kesal lalu berbalik badan berniat meninggalkan lapangan. Namun belum satu langgkah kulit kepalanya terasa perih bukan main.

Can You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang