14

500 45 7
                                    

#CanYouLoveMe014

Bayangan Kiandra yang ingin melihat pertemuan mengharukan antara Alvin dan Ibunya pupus begitu saja. Gadis itu masih berada di koridor Rumah Sakit, tepat disebuah daun pintu ruang rawat Ibunya Alvin. Cowok itu berkeras kepala tidak mau masuk. Dia hanya ingin menunggu di luar.

"Apa salahnya kamu masuk dan lihat sebentar Ibumu?"

"Saya kesini bukan untuk melihat dia, saya kesini hanya mengantar cewek ini aja. karena anda memang pintar sekali memaksa orang untuk datang kesini,"balas Alvin dengan nada mendesis tajam. Ia tengah berhadapan dengan pria paru baya yang mengenakan stelan jas bewarna biru donker. Rapi sekali, dari ujung kaki sampai ujung rambut.

Kiandra hanya memandang diam kedua laki-laki yang tengah perang kata-kata sejak tadi. Kiandra menafsirkan bahwa itu adalah Tuan Besar yang dimaksud oleh Om-om yang berpakai serba hitam tadi. Terlihat tegas dan sangat berwibawa sekali Tuan Besar ini.

Kepala Kiandra mengut-mangut, "Alvin nggak begitu akur sama papanya. Pantas saja dia nggak pernah membahas tentang keluarga sendiri," gumam Kiandra menyimpulkan apa yang terpangpang didepan matanya.

"Dia itu Ibumu Alvin! Yang sopan kamu!" sentak Tuan Besar itu, suaranya meninggi drastis.

"Saya sudah sangat sopan Tuan Ferdi yang terhormat," Alvin mengangkat dagunya tingi-tingi, menunjukan bahwa dirinya sama sekali tak gentar, "Ibu? Jangan bikin lelucon di sore hari Tuan,"sinis Alvin tergelak sumbang. Napas Kiandra tertahan didalam mulut. Ia tau, pasti Alvin sangat membenci kedua orang tuanya karena sudah meninggalkannya di sebuah Panti Asuhan. Siapapun anak yang ditinggalkan begitu saja, pasti hati nya sakit dan terluka seperti Alvin. Kiandra mencoba memahami sisi Alvin yang satu ini.

"Ibumu sakit, apa kamu nggak bisa berbelas kasih sedikit aja? walau bagaimanapun, dia itu tetap Ibumu wanita yang telah melahirkan dirimu ke dunia ini," Tuan Ferdi meredahkan suaranya sampai dititik paling bawah.

"Untuk apa saya dilahirkan kalau akhirnya akan di campakkan begitu saja!" lirih Alvin dengan kedua bola matanya yang berkaca-kaca. Sudah sekian lama ia menahan rasa sesak yang berkecamuk didalam dada. Sejak lahir di tinggal dipanti asuhan. Keberadaannya tidak diingin kan sama sekali. Hal itu membuat Alvin pesimis dama hidup. Dia muak dengan semua yang sudah terjadi. Sungguh.

"Ibumu punya alasan yang kuat Alvin, kalau saja kamu mau dengar ceritanya terlebih dahulu pasti kamu nggak akan membenci Ibumu seperti ini," Pria paru baya itu mengusap wajahnya lelah.

"Apapun alasannya tetap aja dia itu salah! Kalau kehadiran saya menyusahkan? Lebih baik saya dibunuh langgsung pada waktu itu!" erang Alvin frustasi sambil mengacak-ngacak rambutnya kesal. Tuan Ferdi hanya bisa memandang sendu Alvin lalu beralih menatap Kiandra yang sejak tadi bergeming berdiri di ambang daun pintu.

"Kiandra, masuklah kedalam. Setidaknya dengan melihatmu saja, Ibunya Alvin sudah sangat senang," pinta Tuan Ferdi dengan suara sangat lirih. Tuan Ferdi lebih memilih mengalah dibanding harus mendebat Alvin yang keras kepalanya minta ampun.

Di panggil begitu oleh Tuan Ferdi, Kiandra terkesiap berdiri kaku. Ia sama sekali tak menyangka bahwa Papanya Alvin bisa menyebut namanya tanpa rasa cangung sama sekali. Kiandra masih belum begitu paham akan status Alvin dengan Tuan Ferdi yang sebenarnya.

"Masuklah Nak, tolong," Tuan Ferdi sunguh-sunguh meminta Kiandra untuk masuk kedalam, gadis itu pun menganguk setuju, "Ok, Om."sahutnya setelah berhasil mengusir rasa cangung yang mendera dirinya tadi. "Vin, gue masuk kedalam. Kalau lo mau pulang. Ya pulang aja. Gue bisa sendiri kok,"pesan Kiandra sebelum sepenuhnya masuk kedalam ruangan yang aroma obatnya menusuk-nusuk hidung.

Alvin melenguh panjang dan mengempaskan tubuhnya duduk diatas kursi.

"Kalau kamu menyukai gadis tadi? harusnya kamu bisa keluar dari rasa yang tak berujung itu. kamu juga harus berubah. Berada ditempat yang sebenarnya. Kamu udah nggak pantas sekolah Alvin. Pantas kan dirimu, kalau kamu benar-benar ingin mendapatkan gadis tadi. karena orang tua zaman sekarang sangat selektif menyeleksi calon menantu mereka," kalimat panjang itu keluar dari mulut Tuan Ferdi hingga punggung Alvin yang tersandar menegap dan ia menatap wajah Tuan Ferdi lamat-lamat.

Can You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang