12

641 45 3
                                    

#CanYouLoveME012

06:00 Wib

Pagi ini adalah pagi yang menurut Kiara sangat memalukan. Semalaman ia tidur bersama Albi disatu ranjang yang sama dan mengengam tangan pemuda itu dengan erat. Jika saja ia sadar hal itu akan berdampak seperti ini. Kiara tak mungkin melakukan hal tersebut. Dengan wajah cemberut ia memandangi Bundanya—yang pagi-pagi sudah rajin sekali sampai di Rumah Sakit ini.

Wajah Aluna tampak cerah sekali. Senyuman merekah indah diwajah wanita paru baya itu. Pandangan Aluna tepatri disebuah benda pipi yang ada digenggamannya.

"Duh, kalian berdua manis banget sih?" Aluna mengumam dengan kedua bola mata berbinar-binar seolah-olah ada sebuah harta karun yang baru saja ia temukan.

"Bunda, pleas dong. Potonya di apus," melas Kiara dengan nada tertahankan dimulut. Ia tak berdaya sejak tadi di puji-puji oleh Bundanya sendiri. Aluna menatap Kiara lalu memandangi kembali ponsel yang ada ditangannya itu.

Aluna bersyukur bisa mengabadikan moment yang sangat langka itu. yang dimana anak bujangnya—Albi dan anak gadis sahabatnya tidur disatu ranjang yang sama dan saling bergengaman tangan. Jika ibu kebanyakan akan marah jika anak laki-lakinya tidur satu ranjang dengan seorang gadis yang bukan mukhrim. Berbeda dengan Aluna. Karena ia selalu berpikir positive. Albi tahu batasan. Albi tidak akan melakukan hal yang tidak sopan pada Kiara. Albi bukan pria yang bisa disamakan dengan pria yang berada diluar sana. Aluna sangat yakin mereka berdua hanya tidur disatu ranjang yang sama dan saling bergengaman tangan. Tidak lebih dan tidak kurang.

Wanita paru baya itu tak henti-henti memandangi hasil maha karya yang menurutnya hebat sepanjang masa. Sedangkan wajah Kiara, selain cemberut, kedua pipinya pun memerah padam. Malu karena Bunda terus menggodanya.

"Bunda sayang. Hapus dong jangan disimpan," bujuk Kiara lagi dan lagi walau ia yakin jawabannya apa. Aluna meluruskan pandangan matanya pada Kiara, lalu tersenyum tipis, "Ini akan Bunda jadikan kenang-kenangan. Dan Bunda mau kirim ini ke mama kamu. Dia pasti seneng deh,"oceh Aluna ngalur-lindur nggak jelas.

Mata Kiara terbelalak dan hampir saja keluar dari tempatnya, "Bunda jangan dikirim ke Mama. Aku malu,"jujur Kiara sejujur-jujurnya dari lubuk hati yang paling dalam. Ia tak punya muka jika Mamanya sampai tahu tentang foto yang baginya sangat memalukan.

"Kenapa harus malu sayang? Mamamu pasti senang deh. Karena impian kami sejak lama akan terwujud,"balas Aluna menekan kata 'akan' seolah-olah impiankan akan segera terwujud. Wanita itu bahkan melupakan fakta bahwa Kiara baru berusia limabelas tahun.Paling cepat butuh waktu 3 tahun untuk mempersatukan anak bujangnya dengan gadis yang berada dihadapannya kini.

"Impian apaan sih Bun?" Kiara memasang wajah tak mengerti. Padahal dia mengerti kemana arah pembicaraan wanita paru baya ini. Hanya saja ia tak ingin besar kepala.

"Imp—,"

Srekk—derit pintu menggema menyela cepat penjelasan Aluna yang berada diujung mulut. Albi muncul dibalik pintu. Setelah kepergok oleh sang Bunda tadi, Albi masih bisa memasang wajah setenang air. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi dengan poto yang ada di tangan Bundanya itu. Tapi, dirinya tidak mau ambil pusing. Ia senang melihat Bundanya—Aluna pagi ini benar-benar bahagia.

"Cie—cie, yang habis jadian," goda Aluna semakin menjadi-jadi. Albi geleng kepala, ia duduk disisi ranjang Kiara tanpa memperdulikan Aluna tengah asyik menggoda dirinya dan Kiara. Ralat—menggoda Kiara seorang. Karena dirinya tidak mempan akan godaan yang sudah bisa ia tebak sejak awal.

"Bunda—," Erang Kiara dengan wajah semerah tomat.

"Bunda doain, semoga kalian langgeng sampai kepelaminan ya," Aluna memajatkan doa secara terang-terangan hingga kedua telinga Kiara terasa pengang dan juga panas dalam waktu bersamaan.

Can You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang