05

603 53 11
                                    

#CanYouLoveMe05

Suasana hening tercipta dan hikmat dikelas ini. para siswa dan siswi focus memandang kedepan melihat dan mendengarkan penjelasan sang Guru tentang mata pelajaran yang sekarang. Guru Matematika itu sibuk menulis rumus dipapan tulis sambil menjelaskan ini dan itu. sudah jam 10:30 pagi. Berarti sudah setengah jam waktu istirahat berlalu.

Seisi kelas memang focus, tapi masih ada segelitir murid yang sibuk sendiri. Seperti Kiandra. Gadis itu duduk dengan posisi tidak tegap. Kedua tangan ia lipat diatas meja. Pandangan matanya kosong, menerawang jauh. Posisi tangan Kiandra berubah, bergerak memijit pelipis dan memegang perutnya dalam waktu yang bersamaan. Perutnya tidak enak dan kepalanya berkedut sakit.

"Kia gue beli Batagor nih tadi waktu istirahat. Lo makan ya."

Kiandra memejamkan kedua belah matanya rapat-rapat. Perutnya memang lapar tapi sungguh ia tak berselera sama sekali untuk makan. Tepatnya sejak seminggu lalu nafsu makannya mendadak hilang. Setelah pertengkaran yang terjadi dengan Bundanya, Kiandra merasa bersalah. Karena ucapannya berhasil membuat Bundanya yang tersayang pinggsan ditempat. Walau merasa bersalah, Kiandra masih gengsi untuk minta maaf. Dan alhasil, selama seminggu ini Kiandra berdiam diri tidak menegur Bundanya sama sekali.

"Lo denger gue kan Kia? Makan, nanti sakit gue juga yang repot,"

Kiandra mengeleng tanpa menolehkan wajah kebelakang. Itu suara Keenan. Laki-laki yang sering usil itu kini sedikit cemas melihat kondisi Kiandra yang seperti ini. Keenan menyodorkan sebungkus Batagor kesukaan Kiandra namun diabaikan begitu saja oleh gadis ini. Keenan mendesah berat lalu melempar tatapan pada Alvin.

"Kalau nggak mau makan, minum aja ya Ki, gue beliin Teh Manis anget buat lo." kali ini Alvin menyodorkan sebungkus Teh manis hangat lengkap dengan sedotan kearah Kiandra. Gadis itu lagi-lagi mengeleng. Pelit suara. Alvin mengigit bibir bawahnya, "Lo dari pagi kata Keenan nggak makan nggak minum. Lo mau diet apa? Badan udah kurus nggak usah diet segala deh. Tambah kurus tambah jelak nantinya," godaan itu sengaja Alvin katakan pada Kiandra dan hasilnya masih tetap sama.

"Kia masalah jangan dibawa rumit deh! Kalau nyesel harusnya minta maaf aja sama Bunda. Ngapain lo nyiksa diri kayak gini? Untung kagak! Rugi mah iya, jadi orang jangan bego-bego amat sih. Pinter dikit napa, jangan gengsi buat minta maaf sama orang yang udah ngelahirin lo!" kata Keenan yang kekesalannya sudah memuncak. Ia kesal melihat Kiandra yang sok menderita mendramtisir pertengakaran yang sudah terjadi.

"Omongan lo di jaga si Keen. Bukanya ngademin masalah malah buat tambah panas. Lo itu yang bego nggak bisa mikir,"ketus Alvin yang dongkol mendengar ucapan Keenan tadi.

"Gue yang bego? Yang ada ini cewek yang bego! Udah buat dosa sama Emaknya malah diem aja kagak minta maaf, sekarang siapa yang bego ha?" balas Keenan, tatapan matanya menajam kearah Alvin. Kedua tangan Alvin terkepal kuat. Ia benci dengan Keenan. Sungguh sangat-sangat benci sama Keenan yang mulutnya seperti itu. selalu saja blak-blakan mengatai cewek yang sudah memenuhi relung hatinya.

"Gu-,"

Brakss-derit kursi tergesar kasar. Kiandra bangkit dari bangku tanpa ada aba-aba sama sekali. Alvin yang hendak membalas perkataan Keenan langgsung terpotong dan pandangannya teralihkan pada sosok gadis yang sudah berdiri tegak tanpa goyah sedikit pun.

"Ada apa Kiandra? Kenapa kamu tiba-tiba berdiri dengan bunyi yang rusuh sekali? Apa ada pertanyaan untuk saya?" Guru Matematika itu bertanya serius dengan kaca mata yang bertenger dibatang hidung.

Can You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang