09

567 59 36
                                    

#CanYouLoveMe09

Prang-

Suara nyaring pecahan kaca, menarik Sera kembali kealam sadarnya. Ia baru saja sedikit terlelap setelah lelah sepanjang malam mencari keberadaan Kiara. Gadis itu terduduk disofa ruang tengah dirumah Albi. Aluna berada didalam kamar sejak tadi malam. Matahari sudah mulai menukik naik keperedaran.

Dalam semalam, suasana rumah ini berubah kacau. Menghilangnya Kiara memberi pukulan berat untuk Albi, Keenan dan juga Kiandra. Kedua remaja itu sudah berangkat kesekolah dengan wajah muram tak bercahaya. Sedangkan Albi? Jangan di tanya. Laki-laki itu mendadak kehilangan akal sehat.

Bola mata Sera membulat dengan sempurna saat sampai disumber suara tadi.

"Albi-apa yang kamu lakukan?"pekik Sera berlari menghampiri pemuda yang otaknya sudah tak bisa dipakai untuk berpikir jernih. Kedua bahu Sera bergetar melihat tetesan daran mengalir dari punggung tangan pemuda itu, bukan itu saja. Albi-tengah meremas kencang serpihan kaca yang meruncing. Tadi ia meninju kaca jendela rumahnya sendiri. Albi frustasi karena sampai saat ini keberadaan gadis yang sangat-sangat beharga dalam hidupnya tak ada kabar juga. Bahkan ia sudah meminta tolong kepada Mba Nana, untuk membantu mencari keberadaan Kiara yang seakan-akan ditelan bumi. Walau Mba Nana sudah menyebar anak buah memerintahkan mencari Kiara diseluruh Jakarta. Tetap saja hasilnya nihil. Kiara tak bisa ditemukan dimanapun.

"Bii, kamu bisa kehabisan darah, lepas Bii. Kamu nggak boleh seperti ini. kalau kamu kenapa-kenapa bukan masalah bisa selesai begitu aja. Nanti kalau Kiara kembali dan melihat kamu seperti ini? dia pasti sedih Bii, dia pasti sangat kecewa kalau melihat kamu yang begini. Aku mohon sadarlah Bii," bujuk Sera dengan uraian air mata diwajah. Baru kali ini ia melihat Albi yang frustasi hebat. Selama ini, pemuda yang ia kagumi selalu bisa menyelesaikan masalah dengan mudah. Bahkan bisa menemukan orang hilang hanya dengan melihat potonya saja. Namun untuk masalah ini, Albi benar-benar tak bisa berkutik sama sekali.

Mendengar nama Kiara disebut oleh Sera, Albi bukan melemahkan cengkraman pada serpihan kaca yang runcing itu. Ia semakin mencengkram kuat runcingan kaca itu hingga darah segar semakin deras keluar dari telapak tangan Albi.

"Albi-," kali ini bukan Sera yang menyeru, melainkan Aluna-wanita paru baya itu tergopoh-gopoh mendekati tempat Albi berada. Ia mencekal pergelangan tangan Albi sambil mendongakan wajah, "Bii sayang. Lepas jangan kamu siksa diri kamu sendiri. Kiara pasti bisa ditemukan. Kamu yang sabar Nak. Sadar-sadar, kalau kamu terluka Kiara pasti sedih," lirih Aluna menangkup wajah Albi dengan tangannya yang bebas. Hati Aluna terasa sakit sekali melihat Anak pertamanya menyiksa diri sedemikian rupa karena tak berhasil menemukan gadis yang ia cintai.

Sera tak mampu berkata apa-apa lagi. Ini kali pertama ia melihat sisi Albi yang lemah, pesimis pada diri sendiri. Ia menekan bibirnya dalam-dalam meredam isakan yang ingin keluar dari mulutnya itu.

"Bii, dengerin Bunda sayang. Tolong lepasin tangan kamu dari kaca itu. kalau kamu begini nggak akan buat Kiara kembali, kamu harus cari dia Bii. Bukan nyiksa diri," Aluna mulai terisak, menitihkan air mata. Tetesan air mata Aluna jatuh mengenai tangan Albi. Pemuda itu tersentak, tatapan matanya yang kosong kembali hidup. Ia menurunkan pandangan matanya menatap sang Bunda, "Kalau terjadi sesuatu yang buruk sama Kiara, aku nggak bisa memaafkan diri aku Bunda,"katanya dengan suara melirih hebat. Perlahan tapi pasti, cengkraman tangan Albi pada kaca mulai melonggar. Sera sudah sesugukkan sejak tadi, menangis dalam diam. Ia melihat tangan Albi sudah lepas dari runcing kaca itu berlari mencari kotak P3K.

Aluna sedikit bernapas lega, ia memegangi kedua sisi wajah Albi, "Kamu harus optimis kalau Kiara nggak akan kenapa-kenapa sayang. Kiara gadis baik. Pasti Tuhan melindunginya. Kamu jangan nyerah secepat ini, kalau Kiara lihat kondisi kamu yang sekarang? Bunda yakin, dia pasti ngetawain kamu. Karena kamu nggak seperti biasanya. Kamu yang tenang dan selalu bisa berpikir jernih, itu yang Kiara kenal Nak, bukan yang pesimis ngelukain diri,"desis Aluna, ia sekuat tenaga menahan laju air matanya. Untuk yang pertama kalinya, ia melihat Albi yang lemah dan pesimis seperti ini. selama 25 tahun ia membesarkan Albi. Tak pernah sekalipun terlihat tertekan dengan masalah yang ia hadapi. Tapi, sejak kehadiran Kiara, masalah yang selalu berkaitan dengan Kiara. Albi pasti tidak bisa berpikir jernih. Membuat Albi lebih terlihat manusiawi lagi. Hanya dengan Kiara, Albi jadi manusia pada umumnya. Merasakan sakit, sedih dan takut kehilangan seseorang.

Can You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang