Chapter 9: Always a doubt

529 66 2
                                    

"We shouldn't doubt Dumbledore again"


"Tentu saja pernah," jawab Harry. "Aku membacanya di buku yang kamu pinjamkan itu."

"Bagus. Jadi, begini," kata Hermione. Dia menarik napas, lega karena dia tak perlu menjelaskan panjang lebar lagi kepada Harry. "Kamu tahu kan, kalau ada tujuh dosa. Gluttony- kerakusan, Greed- keserakahan,Sloth- malas, Lust- nafsu, Pride- kesombongan, Envy- iri, dan Wrath- amarah, semuanya tertulis di buku itu."

Harry mengangguk, mempersilakan Hermione untuk melanjutkan. Menanggapi itu, Hermione berkata, "Setiap dari dosa-dosa tersebut melambangkan hal-hal paling buruk dan merusak yang ada di dunia. Setiap dosa tersebut mewakili hal-hal terburuk yang sanggup dilakukan manusia. Dan juga-"

"-Aku masih bisa mengerti garis besarnya kok, Hermione," kata Harry, memotong penjelasan Hermione. "Aku masih ingat, sungguh. Hanya saja... Yang aku masih tidak mengerti, apa hubungannya tulisan dari literatur sastra dengan pembunuhan yang terjadi terhadap Michael, Su, dan Cornish?"

"Oh, Harry! Masa belum sadar, sih!" kata Hermione sebal. "Ingat tidak, di pintu lemari sapu tempat kita menemukan Michael dan Su, tertulis huruf 'L' besar dengan warna merah darah?"

"Ya, aku ingat. Itu mengingatkanku akan..." Harry mengangkat sebelah alisnya.

Mengingatkannya akan apa?

Rasanya dia pernah melihatnya sebelumnya... Atau melihat sesuatu yang mirip dengan itu. Dimana?

"Ya, benar. Huruf 'L' dari ' Lust '! Harry, Michael dan Su dibunuh saat mereka dalam kondisi berhubungan seks! Saat mereka masing-masing memiliki Lust !" kata Hermione cepat. Dia mencengkeram tangan Harry, ekspresinya semakin liar, dan melanjutkan, "Kemudian Cornish! Cornish tewas dengan kondisi mengerikan, isi perutnya diburai keluar! Ukiran 'G' di punggungnya mengacu pada 'Gluttony'! Dia rakus, dia suka makan banyak, mungkin lebih banyak daripada Ron sekalipun. Makanya dia dibunuh!"

Lust... Gluttony...

Tunggu.

"Hermione, jika itu benar, berarti sudah ada dua pembunuhan... Yang berdasar dua dosa dari tujuh dosa paling mematikan?" tanya Harry.

Hermione mengangguk, menggigit bibirnya. Matanya kini tampak semakin cemas dan khawatir, sesuatu yang membuat Harry mendapatkan kesadaran bagaikan petir yang menyambarnya. Dua dari tujuh ? Baru dua ?

"Berarti masih akan ada lima pembunuhan lagi?" bisik Harry.

"Ya, itulah yang paling kukhawatirkan," jawab Hermione pelan.

Mereka menahan napas masing-masing, membiarkan pengetahuan akan kemungkinan terjadinya lima pembunuhan lagi meresap ke dalam kepala mereka.

"Beritahu Profesor McGonagall," bisik Harry.

Hermione menatapnya penuh-penuh. Setelah beberapa detik, dia mengangguk.

Harry tak menyia-nyiakan waktu sedikitpun, langsung mengambil langkah seribu. Hermione mengikuti di belakangnya.

Pintu kamar Hermione menutup di belakang mereka. Mereka tak mendengar angin yang berdesau masuk melalui jendela yang masih terbuka, tak sempat mereka tutup.


-XXXXX-


Desember tiba, bersamaan dengan jatuhnya butiran salju pertama ke atas permukaan tanah Hogwarts.

Tibanya Desember dan musim dingin biasanya dibarengi oleh dua hal: Pertama, perasaan tegang yang berdiri dari para murid-murid, terutama murid kelas atas, karena berarti ujian untuk semester pertama akan tiba. Ini benar-benar terjadi, karena McGonagall sendiri telah mengumumkan bahwa terlepas dari fakta tiga murid tewas, Hogwarts harus tetap berlanjut, dan karena itu ujian tetap diadakan. Sama seperti di tahun kedua Harry dan Hermione dulu, dimana ujian tetap direncanakan diadakan walaupun ada Basilisk yang berkeliaran tanpa diketahui.

Simetris (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang