Chapter 10: Fine Line in Friendship

592 75 4
                                    

"Jadi, kesimpulannya adalah si pelaku belum juga tertangkap?"

"Ya, benar," kata Hermione. Dia menghela napas pelan, dan berkata, "Aku tak mengerti. Saat pengamanan diperketat sampai sekuat kemarin, dia benar-benar langsung tidak berbuat apa-apa lagi. Rasanya... Entahlah..."

Dia menggigit bibir bawahnya, mengernyit ke arah perapian. Menggeleng, dia berkata, "Aku tahu ini salah, tapi tadinya aku berpikir si pelaku bukanlah... Bukan..."

"Orang yang akan menyerah begitu saja hanya gara-gara penjagaan diperketat, kan. Kamu berharap dia akan berusaha menerobos penjagaan, sehingga bisa diketahui siapa pelakunya itu."

"Ya, ya, benar sekali, Luna," kata Hermione. "Tadinya aku mengira si pelaku akan melakukan hal itu. Tapi ternyata tidak."

"Mungkin saja, dia sedang menunggu kesempatan," kata Harry. "Menunggu para Auror dan semua orang lainnya lengah."

"Atau mungkin menunggu saat yang tepat, Harry," kata Luna, mengalihkan matanya yang perak bundar kepada Harry.

Harry diam sejenak, sebelum akhirnya mengangkat bahunya. Dia berkata, "Itu juga mungkin saja."

"Yang aku tidak tahu, sebenarnya apa alasannya ini semua terjadi," kata Hermione, menggeleng-geleng. "Semuanya sudah selesai, kan? Pelahap Maut sudah nyaris tak bersisa, seluruh sisa-sisa dari Voldemort sudah hampir lenyap seluruhnya. Kenapa malah sekarang ?"
"Bukan. Pertanyaan yang lebih penting, menurutku, tetap siapa pelakunya ," kata Luna. "Coba pikirkan ini, Harry, Hermione. Pernahkah kalian benar-benar mencoba memasukkan semua orang ke dalam daftar tersangka?"

"Tentu saja pernah," jawab Hermione. "Namun semuanya juga tidak mungkin. Tidak ada orang lain yang memiliki Akses selain Profesor McGonagall, aku, dan Harry! Well , setidaknya tidak ada orang yang kutahu."

"Kalau begitu, aku heran kamu dan Harry belum saling tuduh satu sama lain," ujar Luna lancar.
Harry menoleh padanya dengan tajam. Apa yang - apa maksud -

"Apa maksudmu?" tanya Harry. "Kenapa aku harus menuduh Hermione sebagai pelakunya?"

"Well , begini lho," kata Luna, melambaikan tangannya yang bersarung tangan berbulu. "Kita mencoba mencari orang yang memiliki Akses, dapat berjalan-jalan di malam hari dengan bebas, dan kemungkinan besar memiliki pengetahuan tentang kastil sangat bagus, jika dia tak pernah ketahuan dan tak pernah ditemukan. Nah, di Hogwarts, hanya ada sedikit orang-orang yang seperti itu. Namun tetap ada . Misalnya, ya, kalian berdua."

Bagian dalam tubuh Hermione terasa membeku. Dia sama sekali, benar-benar tidak pernah memikirkan kemungkinan seperti itu. Dia mengerjap, mundur sedikit di kursinya, sementara Luna tetap menatap mereka berdua dengan mata peraknya yang terasa menusuk. Harry juga menegakkan diri, merasa dirinya terbanting keras sekali akan pengetahuan ini. Tak pernah, sekalipun tak pernah, dia memikirkan adanya kemungkinan tersebut.

Dan perlahan, hal yang dikatakan Luna tersebut membuat bulu kuduknya berdiri.

"Itu tak mungkin," ujar Harry pelan.

"Kenapa tak mungkin?" tanya Luna, mengalihkan pandangannya sepenuhnya kepada Harry.

"Karena-karena-" Harry mengernyit, mencoba memfokuskan kembali pikirannya kepada topik yang ada di depannya ini. Kepada masalah ini. "Karena - kalau salah satu dari kami yang melakukannya, kami pasti akan ingat. Dan kami jelas tidak ingat pernah melakukan pembunuhan-pembunuhan dengan cara sekejam itu!"

Harry menoleh kepada Hermione, meminta dukungan. Namun Hermione tidak menjawab, dia hanya mengangguk pelan dengan ragu-ragu.

Hal tersebut tak luput dari Luna dan Harry, yang langsung menatapnya. Kesenyapan menerpa mereka bertiga, menyelimuti dengan sangat erat seperti pelukan raksasa yang sangat kuat. Bulu kuduk Harry terasa berdiri lagi, dan dia tak bisa menahan keinginan untuk menelan ludahnya.

Simetris (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang