Chapter 13: Satu Alasan

586 64 2
                                    

Kingsley berdiri di sebelah tempat tidur McGonagall, memandangi teman lama sekaligus rekan seperjuangannya tersebut. Kesenyapan terus berlanjut, hingga akhirnya di suatu tempat, jauh dari kamar rawat inap tempat mereka berdua berada, sebuah jam kuno besar berdentang.

Suaranya menggema ke sekujur lorong, koridor, dan ruangan-ruangan rumah sakit sihir tersebut. Tidak keras memekakkan, tapi tegas dan jelas. Bukan tipe suara yang akan membuat para pasien yang tertidur untuk terbangun karena bisingnya, melainkan tipe suara yang cukup untuk memberitahu para penunggu, keluarga, dan para petugas rumah sakit bahwa tengah malam telah tiba.

Sekaligus deadline akan suatu hal yang sangat penting, yang mana akan dilaksanakan di pagi hari nanti.

Kingsley menghela napasnya. Batas waktu telah habis, batas lima hari pencarian bukti-bukti yang dapat mendukung dan menunjukkan bahwa Hermione bukanlah pelakunya, bahwa ada pelaku lain yang bekerja. Dia sudah memerintahkan seluruh anak buahnya dan para petugas penyidik lapangan untuk mencari bukti sekecil apapun, namun hasil nihil. Dia bahkan sudah menanyakan sendiri ke para lukisan di ruang kepala sekolah, namun tak satupun dari mereka yang memberikan jawaban. Mereka semua hanya menjawab dengan menggeleng-geleng.

Dia mengusap wajahnya dengan lelah. Semuanya sangat aneh, sangat tidak wajar dan menyesatkan. Kalau dipikir-pikir, mungkin akan lebih masuk akal jika saja pelakunya meninggalkan pesan huruf yang masih menyambung dengan Seven Deadly Sins di TKP pembunuhan terakhir. Namun tidak. Si pelaku memilih menuliskan huruf 'A' besar, dengan gaya artistik bagai goresan-goresan kuas.

Seolah si pelaku mengejek mereka, menertawakan mereka karena sudah terpancing dan termakan oleh umpan yang ditebarkannya. Seolah semua yang mereka selidiki, semua penjagaan dan semua patroli Auror yang sudah dilaksanakan setiap malam di dalam kastil Hogwarts tidak ada pengaruhnya sama sekali.

Namun, bagaimanapun, itu benar juga. Tampaknya memang tidak ada pengaruhnya bagi si pelaku. Dia toh tetap bisa menyelinap di antara penjagaan para Auror, yang, walaupun sebagian besar masih baru dan hijau, seluruhnya telah lulus dari pelatihan dasar Auror. Ditambah, para Auror yang baru tersebut sebagian besar adalah orang-orang yang ikut serta dalam pertempuran Hogwarts, dan bertahan hidup untuk menceritakan kisah mereka hingga hari ini.

Jika melihat dari semua hal tersebut, pastilah pelakunya adalah orang yang ahli, terlatih, dan berpengalaman. Pelakunya menguasai seluk-beluk kastil lebih dalam dari kebanyakan orang, dan kemungkinan besar juga sanggup mengetahui letak dan posisi setiap Auror. Dia dapat mengetahui di mana mereka berjaga, dan juga rute patroli mereka.

Entah bagaimana si pelaku sanggup memiliki semua itu. Tapi sebenarnya sih, jika dibandingkan dengan satu syarat terakhir ini, semua syarat di atas menjadi terlihat gampang untuk dikuasai dan dipenuhi.

Yaitu memiliki Akses. Akses untuk membuka banyak tempat-tempat dan pintu-pintu di dalam kastil, termasuk di antaranya masuk ke dalam kantor McGonagall, melancarkan serangan yang nyaris membunuhnya, kemudian keluar lagi sembari memerintahkan patung

gargoyle untuk tidak membuka siapapun. Rencana yang bagus dan lancar, yang jika dilanjutkan, akan berarti McGonagall mati kehabisan darah, perlahan-lahan.

Cara membunuh yang hebat, dan cara mengerikan untuk mati. Manusia seperti apa yang tega melakukan hal sejahat dan sekejam itu?

Hanya orang gila ...

Jika membicarakan orang gila, dalam benak Kingsley, hanya ada satu nama yang muncul.

Nama yang dimiliki oleh orang berwajah rata, licin, dan memiliki hidung hanya berupa celah. Orang yang menimbulkan teror selama bertahun-tahun di daratan Inggris, hingga akhirnya tahun lalu berhasil dikalahkan oleh Harry.

Simetris (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang