"People die everyday. Everything's going to be fine."
"Hei, Jack?"
"Ya?"
"Bagaimana menurutmu mengenai hal ini?"
Auror yang bernama Jack menoleh kepada rekannya tersebut. Dia menatapnya sejenak, masih dalam posisi berlutut di atas karpet. Menghela napasnya, dia menjawab,
"Aku tidak tahu, Rox. Ini... Aku hanya bisa mengatakan..." dia memandang ke langit-langit, tempat dimana horor berada hingga sejam lalu, sebelum akhirnya berhasil diturunkan. "...Ini... Sadis.""Yeah, benar," gumam Rox, menatap karpet yang bernoda darah merah tua pekat. "Sangat sadis..."
"Bagaimana caranya seseorang bisa melakukan ini, aku tidak tahu," kata Jack, bangkit berdiri.
"Terlalu kejam."
"Ya, tapi mungkin wajar saja. Korban anak Slytherin, kan? Keturunan Darah-Murni juga, pastilah dia menjilat jubah Kau-Tahu-Siapa sementara kita bertempur di sini pada malam hari itu," kata Rox dingin.
"Kalau motifnya hanya untuk balas dendam, semuanya bisa masuk akal. Tapi sayangnya tidak," kata Jack. "Padahal tadinya pembunuhan-pembunuhan ini mengikuti sebuah pola tertentu, yang mana bisa kita telusuri."
"Ya, tadinya kukira ini semua berhubungan dengan yang dikatakan oleh McGonagall. Apa namanya... Tujuh benda... Mematikan?"
"Seven deadly sins - tujuh dosa mematikan," koreksi Jack.
"Ya, apalah namanya," kata Rox tak sabar. "Apapun itu, adanya dari buku sastra karangan Muggle. Kukira pelakunya adalah Kelahiran-Muggle, karena bisa mengetahui hal-hal seperti itu."
"Ya, benar! G untuk Gluttony, L untuk Lust ... Tapi, sekarang..." Jack menggeleng, menunduk menatap tulisan huruf yang ada di karpet, tertulis dengan kejamnya. "...sekarang, aku tidak mengerti."
"Selain Gluttony dan Lust, yang tersisa hanyalah Greed, Pride, Sloth, Envy, dan Wrath, kan? Berarti itu G, P, S, E, atau W, seharusnya yang tertulis di sini," kata Rox, mengernyit.
"Entahlah. Mungkin... Kita semua salah sejak awal," kata Jack ragu-ragu.
"Mungkin saja," gumam Rox setuju. Mereka diam beberapa saat lagi, sampai akhirnya Rox menghela napas, dan menatap langit-langit ruangan.
Lima pasak masih terdapat di sana, berwarna hitam legam, kejam, dan tampak kokoh. Sepertinya diproduksi dengan sihir tingkat tinggi, dan ditancapkan dengan kekuatan besar. Masing-masing pasak tertempel darah kering di permukaannya, bekas darah anak tidak beruntung dari Slytherin tersebut. Sisa-sisa daging masih menempel di sana, berasal dari lima titik tusukan di tubuh anak tersebut: Kepala, dua tangan dan dua kaki. Posisinya sangat mengerikan, seperti disalib.
Tambahkan dengan seluruh organ dalamnya yang sudah dicairkan, kemungkinan dengan suatu ramuan yang sangat asam. Kondisi anak itu saat ditemukan sangat mengenaskan.
"Kita bahkan tak bisa mencabut pasaknya tanpa menghancurkan langit-langitnya. Entah bagaimana bisa sekuat itu," kata Jack pelan.
"Sebenarnya bisa saja sekuat ini. Aku bisa, kamu juga bisa, 'kan," kata Rox.
"Ya, memang. Tapi kita membicarakan mengenai kemungkinan bahwa pelakunya adalah murid, dan..." Jack merendahkan suaranya, seolah takut pembicaraan mereka dicuri dengar oleh orang lain. Hal yang tak perlu sesungguhnya, karena di ruangan tersebut hanya ada mereka berdua, yang ditugaskan khusus oleh Kingsley untuk menjaganya sebagai TKP.
"...Dan.. Kamu tahu. Kemungkinan bahwa pelakunya adalah... Salah satu dari mereka berdua?" bisik Jack.
"Oh, tidak ini lagi," kata Rox kesal. "Kupikir kita berdua sudah cukup mencurigai dan berprasangka buruk kepada mereka berdua! Masa masih ditambah ini lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Simetris (complete)
Fanfictionficfan91 Dengan tiadanya Voldemort, harusnya ini menjadi tahun terbaik bagi Harry dan Hermione di Hogwarts. Namun peristiwa-peristiwa mengerikan terjadi, mengakibatkan Hogwarts terancam ditutup. Siapa sebenarnya yang ada di belakang semua ini? WARNI...