Part 3 - The First Experience

929 25 1
                                    

Rintik hujan disore ini membuat Juna enggan melangkahkan kaki padahal sudah waktunya pulang. Entah mengapa ia justru kembali menyibukkan diri dengan membuat secangkir kopi. Hal ini tentu saja menjadi tanda tanya salah satu karyawan yang hendak pulang dan dan terjadilah percakapan yang tak berarti.

"Permisi Pak, apa yang sedang Bapak lakukan?" tanya Anton polos - sudah jelas-jelas sedang membuat kopi.

Anton adalah salah satu karyawan yang paling gokil, sebagai salah satu tangan kanan Juna ia tak segan-segan menggodanya bahkan mengkritik ketika telah berbuat kesalahan.

"Coba melek sedikit matanya.." balasnya masih berkutat dengan kopinya.

"Euh... sungguh pemandangan langka ketika melihat Bapak bikin kopi, apalagi pas jam pulang kantor, saya jadi curiga.." kata Anton mengerutkan dahinya.

"Kecurigaanmu sungguh tak beralasan", timpal Juna sambil menambahkan cream ke dalam cangkirnya.

"Biasanya, kalau pengen kopi Bapak kan teriak sana-sini, sampai-sampai suaranya menggema hingga ke lobi.." kenang Anton.

Kala itu OB sedang sakit dan tidak ada pengganti. Kebetulan Juna sedang ngidam coffee cream, dihubungin ke pantri nggak ada sahutan. Alih-alih ia keluar ruangan dan sama sekali tidak menemukan sosok yang dicari, maka dengan terpaksa mengeluarkan suara stereonya- sungguh memalukan. Yang disinggung hanya senyum-senyum dan sesegera mungkin mengembalikan ekspresi datarnya.

Juna mulai menyeruput kopi buatannya, ketika cairan coklat pekat mulai menyentuh bibir sensualnya, ia memulai memejamkan mata dan srruuttt..... pas!

"Ya elahh.. minum kopi aja kaya minum susunya perawan.." seloroh Anton. Lagi-lagi, Juna tak menghiraukan perkataan vulgarnya dan terus melanjutkan aktivitasnya.

Anton yang merasa ucapannya tidak dianggap, ia pun akhirnya langsung mengeluarkan uneg-uneg yang sejak minggu lalu memenuhi otaknya.

"Pak Juna..".

Sejenak Juna menghentikan ritualnya karena merasa terusik dengan suara Anton yang terdengar serius, dan terpaksa ia menoleh ke arahnya.

"Pliisss... segeralah cari pendamping, apa bapak tidak merasa kesepian?" ucapnya dengan menunjukkan mimik yang mengiba, entah apa itu maksudnya.

Juna mengernyitkan dahi tanpa menghiraukan pertanyaan Anton dan kembali menikmati kopinya sambil berjalan dengan santainya menuju lobi. Mengetahui respon bosnya begitu datar, Anton mendengus kesal dan segera merangkai kalimat untuk menyerangnya kembali.

"Pak Juna besok ada pesta ulang tahun Pak Arya, undangan untuk Bapak saya titipkan ke Salsa, dan pesta kali ini HARUS MEMBAWA PASANGAN," lanjut Anton sedikit menekankan kalimat terakhirnya.

Seketika membuat Juna menghentikan langkah kakinya dan menatap intens. Sebelum Juna menanggapinya, Anton segera melanjutkan celotehnya.

"Untuk pesta besok saya tidak ingin mendengar alasan yang sama untuk kesekian kalinya, Bapak selalu tidak hadir dengan alasan pergi ke luar kota. Padahal alasan sebenarnya karna belum punya pasangan, dan ingat Bapak, tolong jangan bawa belahan jiwa saya... Bapak tahu kan, sudah sejak dulu saya mengagumi Salsa dan saya pastikan besok akan mengajaknya," ucap Anton memberikan ultimatum dengan muka memelas.

"Helloo.... saya atasan kamu loh!!.. berani-beraninya melarang saya," timpal Juna seraya memutar kedua matanya.

"Hello... hollaa, ini sudah diluar jam kantor lohh... jadi sekat atasan & bawahan sudah expired..," balas Anton tak kalah heboh.

Tawa keduanya pun pecah seketika, karena Juna tidak tahan dengan ekspresi Anton yang begitu konyol melambai.

"Anton, tenang saja... saya tidak akan mengajak Salsa untuk pesta kali ini, yaaa... kecuali kalau sudah kepepet..," ucapnya sambil meletakkan cangkir kosong.

Stay With Me...(Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang