Part 5 - The Choice

591 17 0
                                    

Shinta Prov

Rencana Ayah yang akan menjodohkanku dengan anak teman masa kuliahnya cukup membuat air mataku mengalir deras. Bagaimana tidak, baru saja kumenemukan teman pria yang telah membuatku tertarik padanya akan tetapi Ayahku sudah lebih dulu memberiku pilihan yang cukup sulit.

"Bertunangan dengannya...."

"Mengambil beasiswa S2 di USA..."

"Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan ini dan aku juga tidak mungkin bertunangan dengan orang yang sama sekali nggak aku kenal.." ucapku sesenggukan tanpa mengalihkan pandaganganku dari cermin – Mirror is my best friend, because when i cry it never laughs _ Charlie Chaplin.

Sungguh sangat memprihatinkan, menangis beberapa jam cukup sukses membuat diriku berantakan – mata seperti panda, bengkak dan sedikit berdenyut ketika berusaha melebarkan kelopak mata. Setelah merasa lega menumpahkan kekesalan di depan benda mati itu, kini giliranku mengotak-atik ponsel yang tergeletak di atas teddy bear kesayangan.

Dulu semasa SMA, ketika dalam keadaan terpuruk, hanya Dila sahabatku satu-satunya yang setia mendengar keluh kesahku. Tapi kini entah kemana tak tahu rimbanya karena semenjak kuliah sudah kehilangan kontak dengannya. Kabar terakhir dia melanjutkan di Jerman dan semua medsos-nya sudah nggak aktif – sungguh sahabat yang sangat pengertian!

Iseng-iseng ku-posting kembali satu foto paling gokil waktu liburan ke Bandung di instagram dengan caption hastag Dila. Selang beberapa menit, muncul akun Dila dengan komentar hebohnya. Hal ini tentu saya membuatku naik darah, empat tahun tanpa kabar dan tiba-tiba berkomentar di foto seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa – meskipun ini yang aku harapkan, tapi aku tetap tidak terima dengan pengabaiannya selama ini.

{PICTURE}

@dila kamuuu dimana siihh.. bener2 ilang ditelen bumi..

@Shinta sayooonggg... kangenn, minggu depan aku mudik ke indo.. ngumpul yukkss!!

@dila beneraaann... horeee... berapa lama?

@Shinta dua mingguan lah...

@dila bagusss.. cukup buat menyiksamu, karna sudah lama kau tidak mengabariku.. apa kau kira aku sudah mati.. haahhh!!!

@Shinta maafkan aku, kalo sudah saatnya aku akan ceritakan semuanya... banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu, bersabarlah... mau oleh-oleh apa dariku?

@dila jangan kau coba-coba merayuku, aku lebih tertarik menyiksamu daripada terima hadiah darimu...!!!!

@Shinta sungguhkah itu?? Kalau begitu akan kupastikan aku tidak mampir kerumahmu,.. weekkksss

@dila kamu tidak takut membangunkan singa yang sedang tidur?!!

@Shinta Ya Tuhan... setelah hampir empat tahun berpisah kamu sudah berevolusi menjadi singa? Luar biasa...

@dila sialan kamu.... segera kabari kalau sudah di indo ya.. atau aku jemput aja?? Gimana?

@Shinta terima kasih, aku belum siap kau mutilasi sebelum bertemu dengan keluarga besarku... hahaaha... misss u Shintaa.. see u...

@dila miss u tooo dilaa...

Obrolan singkat dengan sahabat lamaku cukup mengurangi beban dihatiku saat ini, namun bukan Shinta kalau harus menyerah dengan keadaan. Aku yakin pasti ada jalan keluarnya.

Flash back

Aroma tanah yang terkena guyuran hujan sejak tadi pagi mulai menguar masuk ke kamar Shinta. Jendela jati dengan ukiran khas Bali berbentuk persegi panjang ke atas ia biarkan terbuka. Berharap bunga-bunga yang sedang merunduk karena melindungi diri dari terpaan angin bercampur air menjadi saksi perbincangan dua orang di dalamnya.

Stay With Me...(Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang