Part 11 - Mom!

155 7 2
                                    

Bali yang selalu dirindukan. Meskipun batal ke Tanah Lot, akan tetapi Shinta cukup senang dengan liburan kali ini. Karena pada akhirnya Juna tahu...

------------------

Juna tahu keputusannya kali ini semata-mata menghindari perjodohan dengan anak teman ayahnya sekaligus memberikan kesempatan untuk membuktikan bahwa kelak Juna bisa menjadi pendamping yang tepat. Meskipun sebenarnya ia berat hati, konon ldr cukup menyakitkan.

Hari ini, Rafa dan kawanannya kembali ke Jakarta, selama di bandara Ngurah Rai mereka tak henti-hentinya meratapi nasib Juna yang akan segera ditinggal oleh kekasihnya itu.

"Biasanya, ldr itu rawan selingkuh loh! Apalagi cowok-cowok bule itu lebih kece.." ledek Bimo. Juna melirik sinis ke arah Bimo. Yang dilirik ketawa cekikikan dan pura-pura tidak tahu.

Bukan Rafa kalau tidak ikut nimbrung, "Betul banget tuh.., apalagi Shinta juga nggak jelek-jelek amat..". Merasa namanya disebut, Shinta menghentikan langkahnya dan berbalik arah menatap tajam Rafa lalu kembali melangkahkan kaki.

"Ampun neng...." balas Rafa mengacungkan dua jarinya.

"Tenang aja bro, kalaupun nanti Shinta kepincut sama bule, jangan khawatir.. masih ada stok lama, mpok Syeril ready kok.." sambut Rudi, senyum-senyum jahil. Rafa dan Bimo kembali tertawa puas.

"Sialan kalian!" umpat Juna, disambut gelak tawa Rudi.

Rafa, Bimo dan Rudi menghambur ke arah Juna yang kesal dengan kelakuan mereka. Bimo menepuk bahu Juna. Entah apa maksud tepukan itu, mungkin ungkapan keprihatinan.

"Apa-apaan kalian ini!" merasa risih dengan perlakuan ketiga temannya yang mulai nggak jelas, selesai meledek tiba-tiba kompak merangkul, seolah-olah mereka menyesali apa yang sudah dilakukannya.

"Turut prihatin bro, mungkin ini adalah jalan hidupmu untuk kembali menjadi pria yang malang, tenanglah dua tahun bukanlah waktu yang lama, kita akan selalu ada untukmu.." ucap Bimo, disambut gelak tawa Rafa.

"Ya Tuhan!! Ampunilah dosa teman-temanku ini. Tolong singkirkan mereka dari hadapanku!" balas Juna semakin sebal. Shinta hanya tertawa melihat tingkah konyol mereka.

"Kalian ini nggak malu apa?" tanya Shinta gemas, berusaha menghentikan adegan yang melankolis itu. Jelas saja, mereka menjadi pusat perhatian orang-orang disekitar bandara.

Dila yang sedari tadi hanya diam melihat tingkah laku mereka, pada akhirnya ia tak kuasa menahan tawa.

"Sumpah!! Kalian itu gokil banget.." ucap Dila dan dibalas senyum jahil Rudi.

"Shinta, kamu tenang aja, nanti kalau benar Juna sama Syeril, aku siap kok menggantikan posisinya.." ucap Rafa dengan mimik tanpa dosa.

Spontan Juna melotot ke arahnya, ia pun tak kuasa menahan tawa melihat ekpresi Juna.

"Ayo sayang, jangan dengarkan mereka, anggap saja kita pulang bawa panci rombeng.." ucap Juna, menggandeng tangan Shinta mesra.

"Biarkan saja, Juna memamerkan kemesraannya, sebentar lagi giliran kita.." timpal Bimo, yang belum puas meledek Juna. Mereka pun mengikuti langkah Juna dan Shinta menuju di loby bandara.

"Dila, ayo.. aa gandeng, biar nggak kalah sama Juna dan Shinta" kata Rudi menawarkan diri. Yang ditawari senyum-senyum dan menerima uluran tangan itu.

"Dila sayang, ingat,.. papa Tristan loh.." tiba-tiba Shinta menoleh dan menampilkan senyum manisnya.

"Ya ampun Shinta, tenang aja... cuma nggandeng kok, nggak ngapa-ngapain.." balas Rudi memelas. Shinta pun tak tahan melihat ekspresinya dan kembali melangkahkan kaki.

Stay With Me...(Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang