Part 12 - Confused

72 5 1
                                    

Tangisnya pun kembali pecah, Juna tak menyangka dalam kondisi yang demikian Paramesti masih menyempatkan diri untuk menyelidiki Shinta. Ia semakin tak berdaya ketika Paramesti mendukungnya, sementara Suhardja sudah jelas mem-blacklist untuk tidak lagi mendekatinya.

---------------

3 bulan kemudian....

Senja...

Kembalinya sang mentari ke peraduan tak lantas membuat asanya pupus. Ia pejamkan mata sejenak, bernostalgia dengan belaian lembut sosok yang selama ini dipuja, sosok yang selalu memberikan support ketika berada dititik terbawah, Paramesti. Pesan singkat itu kembali terngiang-ngiang di otak kecilnya.

Lagi, ditandaskan wine yang kini tinggal setengah dan ingin menuangkan kembali. Ia nampak tersenyum kecut, mengingat dulu Paramesti paling benci kalau ada yang membawa minuman ke dalam rumah. Diletakkannya gelas kosong itu dan kembali meratapi senja yang kian memudar.

Shinta...

Nama itu kembali disebut..

Jika mengingat kejadian waktu itu, ia yang sempat nekat menemui ayahnya dan menyatakan keinginannya menjalin hubungan serius dengan putri semata wayang. Akan tetapi rencananya gagal lantaran harus menemani Paramesti yang sedang kritis di rumah sakit dan mencurahkan seluruh perhatiannya ke Paramesti. Sejenak ia melupakan Shinta, ia juga melupakan janji yang pernah diucapkannya.

Sentuhan lembut sang bayu menerpa riang beberapa helai rambutnya yang mulai tumbuh tak beraturan. Rambut yang biasanya dipangkas rapi kini ia biarkan tergerai berombak dan terkesan tak terurus. Tak hanya itu, bulu-bulu halus didagu pun mulai menutupi wajah tampan eksotisnya.

Malas.. jorok... tidak punya gairah hidup.. entahlah, bingung mendiskripsikannya. Mungkin ketiga temannya sanggup mengembalikan Juna seperti dulu, Juna yang cuek, masa bodo tapi kalau udah perhatian- hampir masuk kategori protektif.

Sebatang mild sudah bertengger disela jemari panjangnya dengan gerakan lambat ia mulai menyulutnya. Yah.. baru akhir-akhir ini, gulungan adonan tembakau menjadi menu favorit yang belum tergantikan. Persetan dengan tampang-tampang mengerikan disetiap bungkusnya, yang jelas benda itu mampu mengurangi rasa penat pikirannya.

Memang dasar nggak punya kerjaan, Juna dengan gaya kekanak-kanakannya memainkan kepulan asap yang keluar dari setiap hembusan nafasnya.

Beragam kepulan asap menjadi bentuk-bentuk unik melenggang bebas ke udara. Hiburan baru. Mulai bulatan, persegi, awan hingga bentuk yang tak beraturan. Sampai kapan berhenti bergaul dengan benda-benda ini?

Pikirannya kembali menyibukkan dengan bayangan Shinta, tatapan matanya, senyumannya dan.... dan... ciuman panasnya, cukup membuat Juna tersipu. Mungkinkah semuanya bisa dimulai dari awal?

Bukan hal mudah untuk memutuskan kembali berjuang mendapatkannya atau move on dan mengabaikan pesan Paramesti. Jika disuruh memilih, sudah pasti mundur karena ia yakin dia tidak akan memaafkan Juna setelah beberapa bulan tak menanggapi pesan darinya. Hingga detik ini pun, pesan-pesan itu tetap tersimpan manis diponselnya tanpa dibuka.

Baru semalam, ia membuka semua pesan darinya dan ada satu pesan yang cukup menyita pikiran Juna sepenuhnya.

Jika kau pikir dengan mengabaikanku, aku akan meninggalkanmu. Itu salah, aku akan berusaha untuk menunggumu, menunggu kau menepati janji-janji itu.

Jika aku merasa lelah mungkin Tuhan telah menyiapkan pengganti untukku, juga untukmu.

Jauh dilubuk hati Juna ingin sekali mewujudkan mimpi Paramesti dan membuktikan pada Suhardja bahwa ia adalah pria yang tepat menemani hidupnya.

Stay With Me...(Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang