Part 8 - Date

531 16 0
                                    


Lagi-lagi Shinta kembali meraba bibirnya dengan wajah yang merona. Ia masih belum terima jika Juna mendapatkan first kiss dengan begitu mudahnya. Disisi lain sebenarnya ia juga sedikit menikmati moment itu tapi gengsinya terlalu tinggi sehingga malu untuk mengakuinya.

Meskipun awal perkenalan dengan Juna termasuk kategori yang buruk - ala-ala ftv yang nggak banget – dengan tanpa sengaja bertabrakan didepan sekolah, kemudian ia menunjukkan sosok angkuhnya serta ucapannya yang menyebalkan. Parahnya, tragedi kesalahan penyebutan nama menjadi kemenangan telak baginya karena Shinta yang awalnya berniat balas dendam alih-alih malah malu sendiri.

Akan tetapi, semua itu luluh ketika Shinta benar-benar mengenal sosok Juna ternyata ia hanya ingin mengetahui sejauh mana wanita – Shinta, yang berusaha didekatinya adalah wanita yang berbeda dengan yang lainnya. Ia tahu hal itu langsung dari pengakuannya sendiri yang tanpa ia sadari ketika asyik bercanda sepulang dari restoran beberapa waktu lalu.

Lagi-lagi, Shinta memejamkan mata berusaha memutar kembali ketika Juna memagut lembut bibir tipisnya, begitu pelan dan berirama. Berusaha membimbingnya untuk membalas ciuman yang mulai panas itu, akan tetapi karena baru pertama kali merasakan ciuman dari seorang pria, ia tak paham dengan kode itu. Alhasil, tangan kananlah yang membalasnya dengan cukup menyakitkan. Ugh!

Kalau saja dia bilang pasti aku bisa lebih siap dan membalasnya-gumannya.

"Astaga!!

"Apa yang terjadi denganku? Apakah aku sudah mulai jatuh cinta?".

"Tidak... tidak... Shinta jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan, kau tidak ingat apa yang sudah Juna ceritakan kalau hampir setiap pulang kerja ia berkumpul dengan teman-temannya di klub".

Definisi klub menurutnya adalah suatu tempat yang dihuni oleh wanita-wanita penggoda dan kalau diingat wajah Juna yang tak begitu payah sudah pasti tidak ada wanita yang melewatkannya.

Sebenarnya Shinta selama ini selalu berusaha menghindari pria jebolan klub karena kelak ia berkeinginan mendapatkan sosok pendamping seperti Suhardja. Meskipun kemarin sempat menunjukkan sikap antagonisnya, akan tetapi Suhardja tetap menjadi salah satu idolanya.

Namun sepertinya usaha itu sebentar lagi akan ia tanggalkan, entah mengapa Shinta merasa yakin kalau Juna adalah pria klub yang masih dalam batas kewajaran. Pria yang senantiasa menjaga miliknya untuk tetap berada ditempat yang seharusnya – padahal realitanya Juna pernah dua kali beradegan panas dengan Syeril. Keyakinan yang telah dimanipulasi oleh segelintir cerita-cerita polos Juna – kasihan.

Mengingat sosok idola itu, Shinta kembali membayangkan tentang tawaran yang dengan sangat terpaksa ia terima. Sudah dipastikan resiko dari keputusan itu, ia tidak lagi mengajar di Tunas Pertiwi Elementary School, tidak bisa bertemu dengan Amel yang selalu membuatnya gemas, dan yang jelas akan berpisah dengan Juna – mungkin untuk sementara waktu.

Oh.... tidak!!

Shinta belum menceritakannya kepada Juna, mungkin ia harus mengirim pesan. Mengingat selama ini dia adalah satu-satunya pria yang benar-benar menunjukkan rasa ketertarikan kepadanya. Sekilas ia melirik kalender yang ada di atas rak buku, tidak terasa seminggu lagi akan wisuda. Wajahnya tertunduk lesu, secepat itukah akan meninggalkan rumah dan kenangan ini? Ingin sekali merevisi apa yang sudah dikatakan kepada Suhardja tapi itu mustahil karena ia tidak ingin mengecewakannya.

Dengan malas Shinta meraih ponsel yang masih terpasang dengan kabel charger dan melepasnya paksa, lalu mengotak-atiknya sampai menemukan nama Juna dan terjadilah obrolan yang sebenarnya sama sekali tidak direncanakan. Niatnya hanya mengirim pesan tentang wisudanya dan akan memberitahu secara langsung kepergiannya ke paman sam pada saat wisuda. Akan tetapi Juna justru menelpon balik.

Stay With Me...(Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang