" Gue suka sama lo, Sa... "
Dan Dani pun dengan kurang ajarnya memeluk gue dan mencium pucuk kepala gue! Persetan dengan Ramdani Arsyad! Jantung gue berdetak dengan norak seperti kejadian beberapa waktu lalu dan lagi-lagi gue cuma bisa diam mematung...
Idiot!
.
..
...
Demi apapun, gue berharap kalau pengakuan yang gue dengar beberapa waktu lalu itu cuma mimpi. Mungkin gue terlalu lelah, jadi pendengaran gue bermasalah. Ya anggap saja gue budeg mendadak.
Pernyataan cinta Dani yang tak terduga itu membuat hidup gue semakin kacau, sekarang saja gue lagi uring-uringan. Terasa isi kepala gue dipenuhi sama makhluk nyebelin seantero level 10 tersebut! Bahkan novel kesukaan gue saja, cuma gue bolak balik doang halamannya. Dani sepertinya telah sukses membuat gue nggak karuan. Misinya dia buat ngerjai gue lolos dengan baik...
Mana orangnya juga ngilang begitu aja! Emang eek banget kan?!
" Sasaaaa, " Suara cempreng yang menghampiri pendengaran gue membuat gue memutarkan bola mata gue malas. Kenapa harus disaat yang nggak tepat sih Mitha datang?
Mitha mendudukan dirinya di bangku samping gue, " Sa, lo kenapa sih? " Tanyanya yang nggak gue tanggapi sama sekali, " Lo ada masalah yah sama Dani? " Lanjutnya yang otomatis membuat gue kaget setengah mati.
Gue ada masalah? Sama Dani? Bukankah seharusnya itu pertanyaan gue (dulu) yang sering gue lontarkan ke dia? Bumi itu bulat yah? Karma berputar dengan sangat cepat! Ckck.
" Bener kan? " tebaknya sok tau seakan gue emang ada masalah sama si Dani. Ya walaupun sedikit bener sih yah, lagian jangan sampai ini anak fujoshi gila satu tau kalau Dani nyatakan cinta ke gue, yang ada nanti bisa berabe! Bukan satu kelas aja nanti yang tau, bisa-bisa satu sekolahan bahkan satu kompleks pun bisa juga tau! Kan gaswat!
" Masalah apaan lagi sih, Sa? " Sepertinya Mitha masih aja cerewet kepoin gue.
" Sa- "
Gue mendengus kesal, " nggak ada, " Sahut gue menyela ucapan yang baru akan dilontarkan sama si Mitha. Dari pada gue dikepoin mulu mendingan gue respon aja kan?
" Yakin nggak ada? Tapi dari raut muka lu itu menyatakan kalau sebe- "
" Nggak ada! Gue bilang nggak ada yah nggak ada. Lagian yah, bukannya yang ada masalah biasanya lu berdua hah? Kenapa jadi nanya gue? "
" Tapi kan belakangan ini kalian deket banget, kirain kan dalam tahap pedeka- awh! Sasaaaa sakit tau! "
Rasain! Punya mulut lagian laknat banget sih. Deket? Deket apaan cih! Ish nyebelin banget, siapa juga yang pdkt! Kamfret!
" Sa, "
" Apaan? "
" Dani kira-kira nggak masuk kenapa yah? " Mitha bertanya pelan setelah berkali-kali mengusap bekas lengan yang gue cubit. Lebay kan? Pada hal kan cubitan gue pelan, cuma ngasal nggak beneran cubitan.
Gue masih mengabaikan Mitha yang sepertinya sibuk sama hpnya, " Sa, dia alpa apa sakit? " Tanya Mitha lagi disela-sela jarinya mengetik dan matanya sesekali melirik bergantian ke arah gue dan layar hpnya, ya ampun ini orang minta banget di tabok pakai novel gue yang beratus-ratus lembar yah?
Mitha tumben bawel banget sih kaya nenek-nenek lagi fangirlan! Lagian kalau Dani nggak masuk tuh gue harus tau gitu? Emaknya bukan, bapaknya juga bukan, tetangganya? Apalagi iyuh!
" Jenong! Nanti jangan lupa ke rumahnya Dani yo. " Teriakan dari bangku barisan ujung depan berdekatan dengan pintu kelas membuat gue mengerutkan dahi. Dan kemudian gue tatap penasaran ke arah Mitha si jidat lebar yang hanya mengacungkan kedua ibu jempolnya.
" Kenapa? Kepo yah? "
" Nggak tuh! "
Mitha ketawa ala mak lampir hihihi gitu, gue menatap dia bingung. " Kesurupan lu? " Tanya gue heran. Sementara dia menoel dagu gue genit. Kamfret emang ini anak setan!
" Ternyata Dani sakit, sakit malarindu~ ututuk. " Ledeknya yang membuat gue bener-bener memutarkan bola mata malas.
Oh pantesan nggak keliatan batang hidungnya berhari-hari, sakit? Elah orang nyebelin macem Dani bisa sakit? Banyak disumpahin sama banyak orang lain kali yah. Haha! Oups!
" Mau ikut kerumahnya nggak? "
Gue pun menggelengkan kepala gue mantap! " Ogah! Lo aja sana! "
.
..
...
Tapi kenyataannya, gue malah berjalan kearah rumahnya Dani. Nggak tau dapat bisikkan setan dari mana, yang pasti setelah gue menolak Mitha mentah-mentah atas paksaannya buat ikut jengukin Dani eh nggak lama kemudian gue berinisiatif buat jenguk Dani juga.
Gue berjalan hanya berdasarkan pengetahuan gue yang sedikit banget, katanya sih rumahnya kan masih sekitar deket kompleks rumah gue. Cuma keberhasilannya sih 1:1000, kalaupun nggak ketemu yaudah bukan jodoh yah. Eh tapi emang gue yang lagi kebetulan atau emang kena faktor keberuntungan, nggak jauh dari sekitar rumah Mitha berdiri sosok Dani dengan jaket tebal sambil menyilangkan tangan didadanya dan juga Mitha.
Itu Dani? Dari gaya nyebelinnya sih iya, tapi tunggu ngapain itu anak ada disekitar rumahnya Mitha? Mau duel? Dan bukannya tadi Mitha yang mau jenguk Dani sama si Fadil? Karena penasaran gue pun perlahan menghampiri mereka, sedikit sembunyi di dekat tiang listrik yang jaraknya lumayan dekat. Kalau Dani menoleh, ya kelar hidup gue! Pasti mereka menyangka gue stalker yang asyik menguping obrolan merek, walaupun 70 persen sih benar. Haha.
" Cemen! "
Suara Mitha terdengar kesal, nggak tau kesal kenapa. Yang pasti kaya sengaja ngatain Dani gitu, seakan Dani emang nggak punya nyali(?).
" Bodo amat! Gue nggak tau lagi harus bagaimana jenong! "
Itu suara Dani yang setengah masa bodo. Hanjir! Sejak kapan Dani punya panggilan spesial gitu ke Mitha? Sejak kapan juga mereka ini dekat?
Lagian sejak kapan mereka terdengar akur gini? Atau jangan-jangan mereka beneran ada apa-apanya lagi...
Rada-rada nyesek yah...
Kayanya gue udahan aja kali yah nguping obrolannya, nggak baik nanti kalau setan lewat gimana? Bisa-bisa kepergok dan kelar riwayat hidup gue!
Tapi kok gue malah masih berdiam disini yah, seakan-akan masih mau tau apa yang mereka bicarakan!
.
..
...
Hello~ haha. I'm back!
Thanks for votenya🐣🐣.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello! Haters [Completed]
Humor[Completed] Ini semua gara-gara Mitha, cewek fujoshi gila yang seenaknya ngejodohin gue sama musuh bebuyutannya, Dani! . .. ... Story boys love! Note: Part 16 kemungkinan di private😅 [Copyright © csw407 Juni 2016]