CHAPTER 8

1.3K 70 6
                                    



『Jangan menangis,

Karena langit juga akan

ikut menangis bersamamu..』



—Jumat, 26 Juni—


Sinar matahari berhamburan menyusup melalui celah-celah mobil yang baru saja dibuka Kyuhyun. Angin segar berusaha meniupi wajahnya yang tampan, memberikan efek yang menenangkan. Namun, hal itu tidak bisa menghilangkan kegelisahan Kyuhyun yang sudah membuncah. Dia terus saja menampilkan wajah datar dan berusaha menghilangkan keresahan dengan menarik nafas dalam-dalam. Kematian Park Han Byul, Abeoji yang menantinya, batas waktu penyelesaian misi yang hanya 2 hari dan kelangsungan hidup Kenesha.. Semuanya berputar dikepalanya, tidak memberikan jeda untuk sekedar menikmati jalanan kota Seoul yang penuh warna.

Kyuhyun meneruskan langkahnya setelah menunjukkan kartu keanggotaan VVIP club. Dia berjalan ke atas, meninggalkan lounge—kamar duduk—dilantai satu dan melewati VIP tables di lantai dua. Kyuhyun memang mengenal tempat ini sebaik rumahnya sendiri. Dia sudah sangat sering mengunjungi kelab malam yang menjadi salah satu kesukaannya di Seoul, Club Answer, yang terletak di Cheongdam-dong. Namun kelab ini baru akan buka pada pukul 8 malam dan tentu saja Kyuhyun memiliki izin untuk masuk karena dia merupakan salah satu dari 20 VVIP yang memiliki akses khusus untuk masuk dan menggunakan private room kapanpun dia mau.

Salah seorang pelayan yang membawa peralatan bersih-bersih membungkuk padanya dan mempersilakan lewat dengan sebelah tangannya yang kosong. Kyuhyun memperhatikan namja itu dengan seksama dan melirik bekas kapalan di telapak tangannya, sebelum akhirnya dia kembali menatap koridor kosong.

Begitu tiba di lantai tiga—private room—Kyuhyun langsung membuka pintu dengan menggesek selot kartu VVIP di lubang kuncinya. Ruangan itu tidak begitu besar, tapi cukup untuk sebuah tempat tidur ukuran king size, home teather, satu set sofa mewah serta perabotan-perabotan lain yang menjadikan kamar ini pantas disebut hotel. Tidak ada siapapun kecuali ayahnya, Cho Hong Nam, yang sedang menatapnya dalam diam diujung sofa.

Biasanya Kyuhyun akan langsung duduk di kursi terjauh dari ayahnya, namun kali ini dia beringsut mendekat, membuat jarak yang memungkinkan mereka untuk bisa bertatapan dengan jelas. Wajah Cho Hong Nam menjadi penuh kebingungan ketika Kyuhyun mengarahkan sebuah tablet ke sekujur tubuhnya seperti seorang petugas keamanan. Dalam waktu 5 detik, tablet itu mengeluarkan bunyi 'bip-bip' pelan. Kyuhyun menghela nafas. Wajahnya gelisah.

"Abeoji, apa kau tidak tahu kalau kau sedang di mata-matai?" tanya Kyuhyun serius.

"Apa maksudmu?"

Alih-alih menjawab, Kyuhyun menarik kerah belakang jaket Cho Hong Nam dan menunjukkan sebuah benda bulat kecil yang mirip kancing baju dengan perekat dibagian bawahnya.

Mata Cho Hong Nam membelalak melihat benda itu—alat penyadap yang biasa mereka gunakan dalam setiap operasi (misi). "Ap—Joon Ha memata-mataiku? Bagaimana bisa—?"

"Bukan." Potong Kyuhyun tiba-tiba. "Ini bukan milik CIC," terang Kyuhyun yang terlihat sangat yakin. Mereka tidak mengatakan sepatah katapun lagi setelahnya, hanya dengan sebuah anggukan Kyuhyun, mereka berjalan mendekati pintu dalam diam sekaligus waspada.

Sekejap saja mereka sudah melewati pintu belakang Club Answer yang terlihat sepi. Kyuhyun tahu, orang yang memata-matai ayahnya juga sudah pasti memantau pintu belakang, namun dia tidak punya jalan lain sekarang sebab begitu dia sampai di mobilnya, mereka berdua akan aman. Siapapun yang berusaha mengejar BMW M6 milik Kyuhyun sudah pasti akan menyerah mengingat bagaimana kencangnya mobil itu berlari.

A Genius Living Next To My Hotel RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang