"Sejauh apapun dia, aku tetap menyukainya."
"Happy birthday to you... Happy birthday to you... Happy birthday... Happy birthday... Happy birthday Aika.."
Suara itu terdengar jelas di telinga Aika. Gadis yang sekarang sudah menginjaki umur 23 tahun. Ia gadis yang bisa dikatakan sangat beruntung, di umurnya yang sekarang ia masih bisa bersama Alen, calon suaminya di masa depan.
"Selamat ulang tahun ya, Ai!" ucap si pemilik suara serak yang sekarang berada di hadapan gadis yang berulang tahun.
"Makasih Alen." jawab Aika dengan senyum tipis yang melengkung di wajahnya.
Namanya Alen atau lebih tepatnya Alendra Basuki. Cowok keren yang setahun lebih tua dari Aika. Mereka mulai saling mengenal saat Obi, kakak tertua Aika mengenalkan Alen padanya.
Sebelum Aika mengenal Alen, Alen telah lebih dulu menyukai Aika. Bahkan dia rela gagal berangkat ke luar negeri hanya untuk Aika. Bisa dibilang, Alen cinta mati pada Aika. Tetapi, hal itu berbanding terbalik dengan Aika yang hanya menganggap Alen sebagai teman kakaknya. Miris memang, tapi nyatanya cinta tidak bisa dipaksa.
"Kamu kenapa Azzu, kok Adik Kakak yang cantik ini hanya diam?" tanya Obi anak pertama dari keluarga Ali.
Azzu adalah nama panggilan belakang dari nama Aika. Nama panggilan itu hanya khusus diucapkan oleh keluarganya. Selain itu, mereka yang bukan sanak keluarga hanya bisa memanggil Ai atau juga Aika. Aika Azzura yang artinya Lagu cinta di langit biru. Nama itu diperolehnya dari sepasang kekasih yang menginginkan anak perempuan mereka lahir. Hingga pada akhirnya, mimpi mereka terwujud. Tepat pada tanggal 5 Desember, lahirlah anak perempuan yang sangat cantik di bawah langit biru yang cerah. Mereka harap, anaknya tumbuh menjadi seorang yang paling disenangi. Seperti, lagu cinta yang banyak disenangi oleh orang-orang dengan beragam usia.
"Kok melamun, sih? Mana Adik kakak yang katanya petakilan?"
Obi lagi-lagi membangunkan lamunan Aika yang untungnya belum jauh.
Aika sekejap saja tersadar dari lamunannya. Tiba-tiba..., dari arah timur, perempuan yang sudah menginjaki umur 48 tahun berjalan mendekati Aika yang terbengong melompong di tengah pesta. Entah menikmati suasana atau malah memikirkan sesuatu, Aika memang sering melamun di tengah pembicaraan.
"Gak terasa ya, Sayang! kamu sudah dewasa." tutur wanita itu dipelukkan anaknya.
"Iya, Bu."
"Kalian kan sudah tunangan. Jadi, kapan kalian akan nikah? Kalian sudah kenal sejak lama, malah dari SMA. Lalu kenapa belum nikah?"
PLAAKK..
Aika langsung tersadar dari lamunannya. Tepat saat ibunya membicarakan hal itu kembali. Entah yang ke berapa, rasanya pertanyaan itu sangat menampar pedas di telinga Aika. Apalagi, Aika tidak pernah sekalipun menyukai pertanyaan itu.
"I-Iya, Bu. Emm.., kepalaku pusing. Aku kembali ke kamar ya! Daaa semua!!"
Begitulah jawaban dari gadis itu. Ia selalu menghindar setiap kali pertanyaan itu terlempar dari mulut orang yang ia sayang. Jujur, gadis itu tidak pernah sedikitpun menyukai lelaki yang akan menjadi suaminya. Namun karena kenangan masa lalu, ia malah memaksakan hatinya untuk menerima lamaran Alen. Ia tidak mau jika sampai umurnya 25 tahun ia masih menyukai sosok yang dahulu menemaninya. Dan malah mendekam dalam ingatan masa lalu.
Gadis itu mengunci pintu kamarnya rapat-rapat. Andai takdir bisa ia pilih, mungkin dirinya akan memilih takdir bersama Dia dari pada bersama Alen.
Tepat di malam ulang tahunnya, gadis itu hanya menangis terisak. Bola mata yang bewarna abu-abu itu kini penuh dengan deraian air mata yang terbuang begitu saja. Entah yang keberapa kali ia menangis, yang jelas itu sudah menjadi ritual bagi gadis itu . Hal itu dimulai sejak kejadian beberapa tahun yang lalu itu terjadi, ia berubah menjadi dingin dan tidak mudah bercerita pada siapapun kecuali pada sahabatnya.
Tok.. Tok.. Tokk....
Suara ketukan pintu itu berasal dari kamar gadis tersebut yang sengaja dikunci oleh sang pemilik kamar. Ketukan itu semakin keras, begitu juga dengan Aika yang semakin keras untuk tidak membukakan pintu.
"Hei, Batu! Gue tau lo di dalam! Ayo buka pintunya, Ai!" pekik seseorang dari balik pintu kamar gadis tersebut.
Aika segera menghapus butir-butir air yang merajalela membasahi pipinya. Ia segera membuka pintu tua tersebut.
"Apa?" tanya Aika dingin setelah membukakan pintu kamarnya.
"Gue tau apa yang lo rasain saat ini, lo harus bisa move on! Lo gak boleh seperti orang mati gitu dong! Lupain dia! Kalau memang dia suka sama kamu, dia pasti ada di sini." jawab Zata sahabatnya sejak dari kecil.
Zata Sabrina, sahabat yang Aika kenal sejak pertama kali masuk sekolah dasar. Semua cerita tentang Aika terjaga rapi oleh Zata. Apapun itu, termasuk tentang Dia.
"Apa'an sih, Ta? Kepala gue lagi pusing, nih!" jawab gadis itu yang berpura-pura sakit kepala.
"Lo gak pusing gara-gara mikirin Razka, kan?" tanya Zata blak-blakan.
"Enggak."
Zata memutar bola matanya malas. Ia tahu sahabatnya kembali membohonginya. Perasaan Aika pada Razka bagai dua mata uang logam yang gak bisa dipisahkan. Tapi sayangnya, mereka berpisah bagai debu pasir di tepi pantai. Mustahil bagi gadis itu untuk menemukan lelaki yang ia kagumi tersebut.
"Sampai kapan, Ai, sampai kapan lo nunggu Razka terus? Apa mungkin lo akan menunggu Razka sampai tahu kalau dia sudah menikah?" balas Zata dengan tatapan tajam.
Razka menikah? Gadis yang tengah bersedih itu mengernyitkan dahinya, ia tidak percaya hal itu. Apalagi, mereka pernah saling berjanji di masa lalu.
Aufan Razka, ia tidak semudah itu mengkhianati janjinya. gadia itu mengenal sosoknya, tapi ia juga tidak tau keberadaan lelaki tersebut. Mungkin..., bisa saja, lelaki yang dikagumi gadis tersebut melupakan janji yang pernah mereka buat dahulu. Dan paling sakitnya, lelaki itu benar-benar menghapus cerita mereka.
-R E U N I-
A/N gimana pembukaan? Ini cuma 825 kata. Heheh.. jgn lupa vomment, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
REUNI
Teen FictionCerita masa SMA pasti ada suka, duka dan ada cinta. Dan salah satu cinta itu pasti ada "Dia". Hal itu membuat seorang Aika mampu bertahan hingga sekarang. Namun, kenapa ia malah memilih bertunangan dengan orang lain selain "Dia"? Sebuah buku diary...