05. Andito G. Admaja

1K 157 114
                                    

"Kamu bisa tertawa dan melupakan sejenak masalahmu, itulah salah satu dari manfaat jika memiliki teman."


24 Januari 2009

Di sini aku memiliki banyak teman, tidak tahu mereka berasal dari mana. Tapi kekompakkan dan solidaritas mereka yang membuatku kagum dengan mereka. Mereka yang tertawa tulus, mereka yang terus bahagia tanpa memikirkan permasalahan yang menghampiri mereka. Jujur, aku kagum dengan suasana kelas ini di setiap paginya. Entah mengapa, aku jadi ingin berdamai dengan diriku untuk memulai kembali cerita sekolahku yang baru.


Di saat semua anak tengah bergelut dengan dunia PR mereka, Aika hanya duduk menatap jendela sambil memainkan kertas hingga membentuk sebuah perahu. Bukan Aika malas mengerjakannya, tapi karena ia sudah terlebih dahulu menyelesaikan tugasnya di rumah.

"Lo sudah buat tugas, belum?" tanya Keno.

"Kalo sudah kenapa? Kalo belum juga kenapa?" balas Aika yang sedang malas untuk berbicara.

"Susah ngomong sama elo! Apa susahnya sih, bilang iya atau enggak. Bikin gue sensi-an aja."

"Makanya check-up ke dokter, siapa tau kadar gula lo naik." balas Aika dingin.

Keno hanya geleng-geleng kepala melihat Aika yang super cuek dan dingin. Bagi Keno, berbicara dengannya sama saja berbicara dengan batu es, dingin banget.

"Dingin banget lo jadi cewek." timpal Andito.

"Terus lo mau gue kayak apa? Kayak cabe-cabe di tengah jalan?"

"Gue ingin lo terbuka sama kita-kita, lo sekarang jadi temen kita, kita di sini sudah kayak keluarga." balas Andito yang lembut.

Keno dan Andito sepasang sahabat yang memiliki sifat bertolak belakang, Keno yang frontal, tukang ribut, dan gak pernah bisa diam. Sedangkan Andito, pendiam, lebih suka Berbicara secara halus, dan lebih berkonsentrasi pada gadget atau laptop-nya sekalipun itu cuma main game.

"Gue heran, kenapa lo bisa akur dengan dedemit di samping lo? Sedangkan lo tahu sendiri kan dedemit di samping lo itu kayak apa." ucap gadis tersebut sambil menatap punggung Keno yang berada duduk di depannya. "Kayak tuyul lupa pada kacang ijo, pasti berabeh tuh.." sambung sang gadis yang terlihat dingin tersebut.

"Gak selamanya kita akur, dan gak selamanya juga kita berantem. Kita saling terbuka. Jadi, apapun masalahnya kita dapat selesain baik-baik."

"Oh." Balas Aika dengan anggukan mengerti.

"Lo sudah selesai tugas?" tanya Andito.

"Udah." jawab Aika singkat.

"Kalo gitu gue nyontek." jawab Andito enteng sambil nyengir kuda.

Buuugg...

Terdengar suara pukulan dari sudut kelas, membuat seluruh siswa-siswi kompak menoleh ke sumber suara.

"Ampun.., Ai. Gue gak lagi nyontek punya lo kok, piss.." ucap Andito sambil mengacungkan simbol damai.

"Lo kalo nyontek gak akan pernah maju. Makanya bikin tugas di rumah, bukan di sekolah! Senakal-nakalnya gue, semalas-malasnya gue, sebejatnya gue, pr itu nomor satu. Lo itu sama saja gak disiplin!" gumam Aika sebal.

Seluruh anak di kelas Ipa 1 terbahak-bahak melihat mereka, apalagi Andito yang terus mengusap pucuk kepalanya sambil nyungkem-nyungkem minta ampun karena bogeman mentah jatuh di atas kepalanya.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang