Pliss comment ya!
"Apa sekarang kau mulai menyukaiku?" tanya lelaki itu tanpa basa-basi.
Gadis yang sedari tersenyum itu langsung menghapus senyumnya. Ia tidak percaya, jika lelaki dingin itu akan menanyakan sebuah hal yang tidak pernah ia sangka sebelumnya. Kata-kata itu mengapa harus ia tanyakan? Jika jawabannya jelas tidak, protes gadis itu dalam hati
"Nggaklah! Hei dengar, ya! Aufan Razka si anak ketua kelas paling rajin sejagat, gue minta kita berteman bukan karena gue suka. Lo salah tafsir."
"Syukur, deh! Gue pasti akan merasa terbebani jika lo suka sama gue." gumam lelaki itu sembari menghela napas.
"Tidak akan! Gue janji jika gue suka sama seseorang, lo yang pertama kali akan tahu."
"Oh, ya? Kalau gitu gue juga. Kalau gue nantinya suka sama seseorang, orang yang pertama tahu itu adalah lo."
"Janji?" tanya gadis berambut sebahu.
"Janji." jawabnya penuh yakin.
Sepasang remaja itu kini segera bangkit meninggalkan tempat yang tenang itu. Di antara mereka ada rasa saling tidak percaya dengan kejadian hari ini, sepasang musuh yang kini bisa menjadi akur bak teman lama. Seperti terkena sihir di siang hari, mereka bersyukur dengan adanya sihir itu. Sebuah es beku mulai mencair dengan adanya api, dan sebuah api kini mulai padam. Penyatuan yang tercipta tanpa rencana sedikitpun.
Di ujung jalan, lebih tepatnya di dua persimpangan, sepasang remaja pun berpisah. Sebuah perpisahan dengan damai. Berharap jika matahari esok kembali terbit, akan ada harapan baru untuk bersatu dalam perbedaan.
"Sampai jumpa!" seru lelaki itu yang hanya dibalas dengan sesimpul senyum manis seorang perempuan.
Gadis itu kini berjalan sendirian, diikuti oleh bayangan dirinya. Ia terus berjalan, mengikuti arah jalannya kumpulan burung yang terbang di atas kepalanya. Kau tahu? Aku akan mengingat hari ini, bulan ini, dan tahun ini yang pada nantinya akan aku rindukan, batin gadis tersebut. Sedangkan, lelaki yang kini tengah memandangi langit yang mulai biru gelap diam-diam bersembunyi kata dalam hati, Seandainya hari ini adalah awal pertemanan kami, dan esok adalah awal permusuhan kami kembali. Kuharap, hari esok biarlah jangan datang. Biarlah tetap gelap. Atau, jika hari esok bersih kukuh tetap ada, biarkan saja pertemanan kami berjalan. Karena kupikir, ada sesuatu yang disembunyikan olehnya.
Sepasang remaja tadi telah sampai di depan rumah mereka masing-masing, ada yang berjalan santai, sedangkan satunya berjalan pelan-pelan agar derap kakinya tidak terdengar di telinga penghuni rumahnya.
"Dari mana kamu?" tanya orang tua gadis itu lebih dulu.
Deg...,
Jantung gadis itu berdetak dua kali lipat lebih cepat. Untung saja ia sempat memikirkan sebuah alasan sebelum sampai di rumah.
Dengan sebuah cengiran, tanpa bersalah gadis itu berkata,
"Kerja kelompok,Yah."
"Kerja kelompok untuk bolos?" tanya sang ayah dengan nada menyindir.
Gadis itu terbelalak tak percaya, "A-anu.."
"Anu apa? Bolos ke mana kamu? Sama siapa?" tanya Ali mengintropeksi.
Gadis itu melirik ke arah kakaknya yang tengah memperhatikannya. Gadis itu mengumpat dalam hati, menyangka jika kakaknya lah, yang melaporkan hal ini pada sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REUNI
Teen FictionCerita masa SMA pasti ada suka, duka dan ada cinta. Dan salah satu cinta itu pasti ada "Dia". Hal itu membuat seorang Aika mampu bertahan hingga sekarang. Namun, kenapa ia malah memilih bertunangan dengan orang lain selain "Dia"? Sebuah buku diary...