Pelipur lara

18.1K 854 4
                                    



malam ini aku sibuk memperhatikan telpon ku kalau-kalau ada pesan dari justin.
yap aku mempunya janji untuk kecan  malam ini dengan justin.
setelah ada pesan masuk aku keluar dari apartemenku dan segera menuju lift untuk turun kebawah.

didalam mobil hanya keheninganlah yang menemani kami tidak ada pembicaraan sama sekali antara aku dan justin.

sesampainya dicafe aku dan justin langsung memesan makanan.
barulah mulai terjadi obrolan diantara kami.

"emm.... sejak kapan kau mulai menjalin hubungan dengan raka" kata justin.

"sejak sama-sama masih duduk dibangku SMA waktu itu raka senior ku" aku berusaha untuk tidak menangis saat menyebut nama raka pria yang ku cintai sekaligus ku benci.

"apa kau sangat mencintainya"

"oh ayolah justin kita kesini untuk kecan bukan untuk membahas masa laluku dan raka" kilah ku.

"kau sendiri bagaimana bisa kenal dengan raka, dan kulihat kalian sangat akrab waktu itu"

"aku sepupuan dengan raka tapi masih sepupu jauh" ujar justin

"tak ku sangka ternyata dunia ini sangat sempit raka menyakitiku eh ternyata sepupunya malah sekarang menjadi temanku" ujar ku berusaha untuk bercanda.

"bolehkah aku mengenalmu lebih jauh" ujar justin raut wajahnya berubah serius.

"maksudmu"

"aku ingin mengenalmu lebih dari sekedar teman bolehkah"

"terserah kau saja" aku menjawab acuh.

tiba-tiba justin memegang tanganku.

"zahra tatap aku" aku mengangkat wajahku.

"aku ingin kau melupakan raka, walupun pertemuan kita bisa dikatakan cukup singkat jujur aku menyukaimu mungkin ini kedengaran aneh tapi inilah kenyataan yang sebenarnya aku menyukaimu" ku tatap mata hitam milik justin ku lihat disana tidak ada kebohongan sama sekali.

"justin kau bicara apa jangan bercanda oh ini sungguh tidak lucu" aku berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

"zahra aku tidak sedang bercanda atau semacamnya aku serius mengatakan ini"

aku hanya mengangkat bahu ku acuh, dan melepaskan tanganku dari genggaman justin.

"maaf justin tapi aku tidak mau untuk menjalani suatu hubungan aku masih belum bisa melupakan raka hati ku masih sakit dengan penghiyanatan raka aku tidak percaya lagi dengan janji laki-laki yang berjanji untuk setia cukup raka yang menyakiti ku aku tidak mau tersakiti untuk yang kedua kalinya jujur aku masih sangat kecewa"

"tidak semua laki-laki seperti itu ra, aku janji tidak akan menyakitimu"

"sudah ku katakan aku tidak percaya dengan janji laki-laki"

"tapi ra..."

"maaf justin tampaknya aku harus segera pergi" ujarku sambil menarik tas ku untuk segera pergi.
namun justin menahan tanganku.

"jika kamu ingin pulang kita pulang sama-sama"

"tidak usah justin aku bisa pulang sendiri terima kasih"

"ra.... kita tadi berangkatnya sama-sama jadi kita juga pulangnya harus sama-sama"

"maaf justin aku ingin sendiri" ujar ku sambil berlalu pergi meninggalkan justin.
aku menghembuskan nafas lega bersyukur karna justin tidak mengikuti ku.

sehabis dari cafe tadi aku tidak langsung pulang kerumah.
aku memutuskan untuk singgah dahulu ditaman kota kebetulan malam ini malam minggu.

ingatan ku kembali kemasa-masa indah saat aku masih bersama raka.
kalau biasanya remaja-remaja seusia kami dulu sering menghabiskan malam minggu dengan dinner romantis diterangi cahaya lilin.
tapi kami berbeda kami lebih suka yang berbau alam, kami sering menghabiskan waktu bersama ini.

aku tersenyum menatap sepasang anak remaja yang tampak sedang kasmaran.
aku jadi ingat waktu itu aku dan raka masih malu-malu untuk mengungkapkan perasaan masing-masing.

perlakuan raka yang begitu romantis masih begitu ku ingat.
aku tersenyum miris mengingat kenyataan diri ku sekarang.
aku tidak lagi bersama raka dia sudah bahagia dengan wanita pilihannya.

susah payah ku tahan air mata ku agar tidak jatuh.
tidak aku tidak boleh menangisi raka lagi aku harus rela raka bahagia dengan wanita lain.
aku tidak boleh egois jika raka bisa bahagia akupun harus bahagia.

setelah puas aku memutuskan untuk segera pulang.
sesampainya di apartemen aku terkejut melihat justin yang sedang berdiri di depan pintu apartemen ku.

"justin apa yang sedang kau lakukan disini"

"aku hanya memastikan kau sampai dengan selamat, aku berulang kali mencoba menghubungimu namun tidak kau angkat jujur aku sangat kawatir.
ku kira kau tadi langsung pulang tapi ternyata aku salah"

"kau tidak perlu seperti ini, aku sudah biasa sendiri"

"tapi aku kawatir kalau kau kenapa-napa"

"buktinya sekarang aku baik-baik saja tidak terjadi apa-apa pada ku" jawab ku ketus.

kemudian aku membuka pintu apartemenku.

"kau mau mampir dulu" ujar ku sekedar berbasa-basi padahal dalam hati ku aku berharap justin segera hilang dari hadapanku sekarang juga.

"tidak aku langsung pulang saja, aku yakin kau pasti lelah selamat beristirahat" ujarnya sambil berlalu pergi.

aku menutup pintu apartemenku dan bernafas lega.





Hati yang lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang