Pernikahan

18.3K 832 9
                                    


hari ini aku sudah diijinkan pulang dari rumah sakit.
jangan tanya siapa yang menjemputku karna sudah dapat ditebak orang itu adalah sikampret justin.
karna aku emang udah gak punya keluarga lagi.

"kamu sudah siap" aku hanya mengangguk mengiyakan pertayaan justin aku sangat malas untuk bicara dengannya.

setelah pembicaraan kami semalam dan aku memutuskan untuk menikah dengan justin.
dia tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih tak taukah dia bahwa aku sudah sangat tersiksa dengan penghiyanatan raka dan dia malah menambah luka dihati ku.

setelah sampai diapartemen justin masih tak berhenti untuk mengoceh kepalaku sangat sakit mendengar ocehannya itu dia sudah seperti perempuan sekarang banyak bicara.

"zahra besok aku jemput kamu ya kerumah aku.
aku mau ngenalin kamu sama keluarga aku"

"tapi justin aku.... aku belum siap buat ketemu keluarga kamu"

"kita akan menikah ra dan aku juga udah bilang sama papa mama aku dan mereka mau ketemu sama kamu"

"tapi justin apa mereka mau nerima aku apalagi sekarang aku sudah hamil sebelum menikah dan orang-orang pasti mikir aku udah ngelakuin hal yang engga-engga" aku mulai cemas mengingat keadaan diriku yang sekarang.

"kamu tenang aja ra aku udah cerita semuanya sama mama dan papa jadi kamu engga usah kawatir mereka juga udah pada setuju kok" aku hanya menggigit bibirku.

"zahra kamu percayakan sama aku" bukannya menjawab aku malah menundukan wajahku.

justin kemudian mengangkat wajahku untuk menatapnya.

"zahra tatap aku kamu harus percaya sama aku semua bakal baik-baik aja" aku hanya mengangguk.

malam ini aku memasuki rumah justin dengan harap-harap cemas.
aku semakin mengeratkan peganganku pada justin aku sangat gugup.

"zahra jangan gugup semua bakalan baik-baik aja"

"apa aku kelihatan sekali tampak gugup" tanyaku justin hanya mengangguk mengiyakan.

justin mengajaku keruang tengah rumahnya dari tadi aku hanya menunduk tidak berani mengangkat wajahku.
sesampainya diruang tengah kami disambut oleh seorang pria dan wanita paruh baya yang sedang tersenyum kearah kami justin mengajaku untuk duduk.
aku meremas erat tangan justin aku begitu takut.

"siapa nama kamu nak" kata wanita itu

"zahra tante"

"nama yang cantik persis seperti orangnya, kamu tidak perlu takut begitu kami sudah tau semuanya" jeda sejenak.
"sudah berapa bulan kandungan kamu" tanya mamanya justin.

deg.... pertanyaan itu sungguh tidak ingin ku dengar dengan susah payah kutelan saliva ku.

"baru dua minggu tante"

"kapan kalian akan melangsungkan pernikahan" kali ini papanya justin yang ikut bertanya.

aku semakin kuat meremas tangan justin

"secepatnya pa" kata justin

"bagaimana kalo minggu depan" kata papanya justin.

"minggu depan justin setuju saja pa"

"baiklah acara pernikahan kalian akan dilaksanakan seminggu lagi" putus papanya justin.

setelah melalui proses acara pernikahan yang panjang akhirnya aku bisa beristirahat dikamarku ralat bukan kamarku tapi lebih tepatnya kamar justin.

"kamu mandi gih duluan aku entar aja" aku mengangguk menuruti perkataan justin.

selesai membersihkan diri aku rebahan dikasur sambil menatap langit-langit kamar.
ketika kurasakan pergerakan disampingku.

"zahra aku tau kamu masih belum bisa nerima aku tapi kumohon ra kamu jangan benci dengan calon anak kita" terdengar keputusasaan dari nada bicara justin.

aku membalik tubuhku memunggungi justin haruskah aku membuka hatiku dan menerima justin demi calon anak yang sedang kukandung.

aku berusaha untuk memejamkan mataku namun entah kenapa rasanya sulit seperti ada yang mengganjal dihatiku.
entahlah aku juga tidak tau apa ingatan-ingatan tentang kebersamaan aku dan raka dulu berputar-putar seperti kaset rusak.
hidup memang tidak bisa ditebak bagaimana mungkin aku kini menikah dengan sepupu laki-laki yang sudah mencampakan ku.


Hati yang lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang