Diftan merasakan hawa panas dari tubuh Bella. Saat Bella sudah berhenti menangis, Diftan mencoba melepas pelukan itu. Namun Bella tidak mau melepaskan nya.
"Kau demam." Bisik Diftan ditelinga gadis itu. "Jika kau terus memelukku seperti ini, maka sakitmu bisa menular padaku."
Perlahan-lahan Bella melepaskan pelukan nya. "Maaf, tuan." Ucap gadis itu dengan menunduk.
Suasana disana begitu canggung, sampai akhirnya Diftan berdehem sebelum bicara.
"Kau bisa memelukku lagi, tapi nanti setelah kau sembuh."
Bella langsung mendongak dan menatap Diftan. Dia tidak percaya kalau Diftan mengucapkan kalimat itu.
"Menginaplah di apartement ku, kau tidak mungkin pulang tengah malam begini." Kata Diftan lagi sambil berjalan kearah lift tanpa melihat Bella yg terbengong melihat nya.
Begitu pintu lift terbuka, Diftan langsung masuk ke dalam. "Masuk lah, kau tidak mau?"
Bella langsung sadar dari lamunan nya saat mendengar suara bariton milik Diftan. "I-iya tuan." Dia pun masuk kedalam dan berdiri disamping pria itu.
Tidak ada suara yg terdengar didalam lift itu. Mereka berdua hanya diam membisu hingga sampai di lantai yg paling atas, yaitu penthouse milik Diftan.
"Masuk lah ke dalam kamar, aku akan mengambilkan obat untuk mu." Kata Diftan sambil berjalan ke sebuah ruangan tempat dia menyimpan obat-obatan.
Dengan agak canggung, Bella masuk ke dalam kamar yg dulu dia tempati bersama ibu nya. Semua nya masih tertata rapi seperti dia tinggalkan dulu. Bahkan uang itu masih utuh diatas tempat tidur.
"Kenapa uang nya tidak disimpan? Beruntung tidak ada tuyul disini." Gumam gadis itu.
Dia pun langsung berbaring diatas kasur. Di letakkan nya telapak tangan nya di kening dan di leher, terasa ada hawa panas disana. Bella baru sadar kalau dia sedang demam.
Pintu kamar nya terbuka dan Diftan masuk ke dalam sambil membawa nampan ditangan nya.
Bella langsung bangun saat Diftan duduk di samping kasur itu. Lalu dia menyandarkan kepala nya di headboard tempat tidur.
"Ini, minum lah." Ujar Diftan sambil memberi pil itu pada Bella.
Dia menatap pil bulat itu, lalu menggelengkan kepala nya. "Saya tidak suka minum obat, apalagi jika dia berbentuk bulat seperti itu. Saya pasti akan memuntahkan nya langsung, apa tidak ada pil yg bentuk nya lonjong atau panjang?"
Diftan menaikkan sebelah alisnya dan menatap gadis itu bingung. Mengapa ada orang yg memilih bentuk obat panjang ataupun bulat disaat sakit seperti ini. Bukan nya isi kandungan obat nya sama saja khasiatnya?
"Saya lebih memilih disuntik saat sakit daripada harus meminum obat." Imbuh gadis itu lagi.
"Memangnya ada pengaruh jika bentuk pil nya bulat atau lonjong? Bukan nya dua-dua nya itu obat?" Tanya Diftan.
"Menurut saya, kalau pil nya bulat itu susah untuk di telan."
"Jadi jika pil nya lonjong gampang ditelan?" Potong Diftan.
"Iya." Jawab Bella sambil mengangguk.
"Itu hanya sugesti mu saja, sekarang minum lah obat ini. Aku tidak memiliki pil yg bentuk nya lonjong." Perintah nya.
"Saya pasti akan memuntahkan nya tuan." Kata Bella dengan wajah memelas.
Pria itu menghembuskan nafas panjang nya melihat tingkah Bella. "Jangan manja padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dieser Mann
ActionPernah di peringkat : #1 in action category (11 Agustus 2016 ~ 17 November 2016) Diftan Pablo seorang Mafia yg sangat tampan dan sangat kaya diusianya yg ke 30 tahun. Dia tidak mempercayai yg nama nya cinta. Masa lalu yg kelam menjadikan nya menjad...