Chapter 2

1.8K 209 11
                                    

Kini kandungan Minghao telah memasuki Bulan ke 9, ia hanya tinggal menunggu minggu. Mungkin.

Minghao terbangun tepat dipukul 07.30 seperti biasa. Kini ia sudah tidak bisa melakukan pekerjaan berat seperti saat awal awal Bulan kehamilan nya. Biasanya ia akan memanggil pekerja bayaran dalam tiga hari sekali untuk membersihkan apartement sederhananya. Tapi untuk hari ini pembersih rumah nya tidak akan datang. Ia akan datang besok. Biasanya ia akan ditemani oleh pembersih rumahnya walau hanya sekedar mengobrol. Dan mungkin untuk hari ini ia akan berkunjung ke tetangga sebelahnya yang hanya berjarak 3 pintu dari apartement nya. Sekedar pemberitahuan Minghao sudah tidak tinggal di apartement lamanya. Ia hanya berusaha untuk melupakan masa lalu yang begitu pahit untuk dikenang. Oke, cukup. Kita tidak perlu membahasnya.

Dan disini lah kini Minghao berada. Didepan pintu apartement tetangga yang telah menjadi teman yang menemaninya selama kurang lebih 6 Bulan itu.

Ting Tong

"Oh. Ming" Minghao tersenyum saat Seungkwan -tetangganya- membukakan pintu untuknya

"Kau tidak sedang sibuk bukan?" Minghao berjalan memasuki apartement Seungkwan dengan tidak tau diri. Seungkwan hanya tersenyum melihat kelakuan teman yang begitu unik menurutnya. Ia menyusul Minghao yang kini tengah membongkar isi lemari es di dapur. Es krim, cokelat, Buah buahan maupun makanan ringan kini sudah berpindah tempat keatas meja yang memang tersedia di dapur

"Kupikir kau sudah tidak dalam masa mengidam" Seungkwan angkat bicara bermaksud menyindir. Oh ayolah, bukan nya pelit ia hanya belum dapat kiriman dari eomma nya yang berada di jeju sana. Ia masih kuliah jika kalian ingin tau. Yah jadi... Hanya jaga-jaga takut persediaan nya habis

"Wae? Aku memang sudah tidak mengidam. dan Hey.. Kenapa kau pelit sekali" Oh... Sungguh menggemaskan. Seungkwan ingin sekali menggigitnya, lihatlah tampang merajuknya "Lagian kupikir kau tidak usah khawatir. Bukankan Dokyung hyung selalu memberikan apapun yang kau mau. Hihihi" -_- kini hanya raut flat yang tergambar diwajah Seungkwan

"Kenapa kau selalu membawa-bawa namanya. Menyebalkan"

"Kenapa? Bukan kah dia kekasihmu" Minghao meraih remote TV dan menyalakan nya tanpa meminta izin pada si pemilik. Entah bagaimana ceritanya hingga kini mereka sudah berada disofa ruang TV

"Aku hanya tidak mau terlihat seperti memanfaatkan nya. Kau ini" Seungkwan mendadak cemberut dengan bibir yang sedikit mengerucut. Imutnya. "OH ya Tuhan aku hampir lupa" Minghao sedikit terlonjak kaget ketika dengan tiba-tiba Seungkwan berbicara dengan nada yang tidak bisa dibilang santai. Seungkwan berlari kecil kedalam kamar dengan terburu-buru dan kembali dengan sebuah handphone yang berada di genggaman nya

"Aku belum mengabari Dokyung hyung pagi ini. Oh.. Oh.. Ohh Lihatlah banyak sekali pesan dan panggilan masuk" Minghao sudah terbiasa dengan hal seperti ini. 6 Bulan ia mengenal Seungkwan dan dalam 6 Bulan pula ia mengetahui banyak hal tentang Seungkwan, begitupun sebaliknya

"Yeoboseyo. Hyung, tadi aku tidak membawa handphoneku. Mian" lihatlah kini mereka tengah bertelvon ria. Minghao menghela nafas. Jujur saja setiap melihat interaksi anatara Seungkwan dan kekasihnya itu, Minghao jadi sedikit teringat masa lalu saat ia masih duduk di bangku SHS bersama ekhemm.. Ayah dari si jabang bayi. Oh oke lupakan, ia hanya mengingat sedikit. Yah sedikit. Minghao akhirnya memilih untuk memfokuskan diri pada tayangan di TV dan tentunya pada cemilan yang sebelumnya ia bawa dari dapur

"Ming"

"Owh.. Eh. Kau sudah selesai." Sangkin fokusnya Minghao tidak menyadari kalau Seungkwan telah selesai bertelvon ria dengan sang kekasih

"Tadi hyung berkata bahwa ia sedang ada di bandara"

"Eum. Lalu?"

"Menjemput teman nya"

[END] Please Im Sorry (GyuHao)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang