Ku nikmati pancaran sinar mentari pagi yang menyentuh lembut permukaan kulit ku. Beristirahat sebentar menjadi pilihan yang tepat saat tubuh memberi isyarat dari batas kemampuannya setelah berlari mengelilingi taman.
"Sayang, kamu masih mau lanjut atau udahan?" ujar pria yang menjadi penyebab aku berolahraga pagi ini.
"Udah kak, aku capek" balas ku menggeleng.
"Ya udah, kamu tunggu disini. Aku selesaiin satu putaran lagi yah" tambahnya setelah meneguk infus waternya beberapa kali.
Seperti kata Kak Fabian, aku menunggunya menyelesaikan putaran terakhirnya. Mata ku tak lepas memandang setiap geraknya, juga tatapan cewek-cewek lain yang sejak tadi berfokus pada Kak Fabian. Wajar saja, Kak Fabian memang tampan dengan wajah blasteran dan tubuh atletisnya yang menjadi magnet tersendiri bagi para kaum hawa.
Jika mengingat semua yang telah terjadi antara aku dan Kak Fabian, tidak ku sangka bahwa hubungan kami akan dilangkahkan ke jenjang yang serius apalagi secepat ini. Kami bahkan belum setahun menjadi sepasang kekasih ditambah fakta bahwa aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Namun, tak ada alasan juga bagiku menolaknya. Setelah semua yang dilalui Kak Fabian untuk sampai di titik ini, rasanya sangat egois jika aku memintanya menunggu lagi. Kak Fabian pernah mengutarakan alasannya ingin segera menikahi ku. Alasan yang sangat manis dan mengharukan bagiku.
Pernikahan adalah ikatan suci dan aku ingin membawa mu pada hubungan yang suci itu.
Papa pernah bilang, pria sejati adalah dia yang mencintai tanpa syarat, mengasihi tanpa pamrih, dan menjaga tanpa perintah.
"Balik yuk" ucap Kak Fabian mengembalikan ku dari keterpakuan ku barusan.
Kami pun berjalan sembari bergandengan tangan menuju mobil yang terparkir di bagian depan taman.
"Kak besok aku pergi yah, sekolah ngadain acara camping" ujar ku ketika laju mobil Kak Fabian terhenti karena lampu merah.
"Dimana?"
"Bandung"
"Berapa lama?"
"3 hari 2 malam"
"Kok lama banget" respon Kak Fabian yang langsung menggenggam tangan ku.
"Minggu sore kan aku pulang"
"Berarti malam minggu ini, aku sendirian" keluhnya
"Yah gitu deh kak" kekeh ku.
"Kamu disana hati-hati, jangan deket-deket sama cowok, jangan main jauh-jauh, dan jangan lupa kabarin aku terus yah" instruksinya yang segera ku angguki.
Sesaat kemudian Kak Fabian terdiam, ia mengelus lembut punggung tangan ku dan menciuminya.
"I'll miss you"
Waktu berjalan dengan membawa perubahan dan pergantian. Ia membawa fajar menyapa semesta dan ia juga yang mengembalikannya ke ufuk barat berganti langit malam dengan sinar bulan sabit, keindahan yang sederhana.
Aku berkemas, mengambil tas ransel yang cukup besar lalu mulai mempersiapkan segala keperluan yang akan ku bawa untuk acara camping besok.
Kesadaran ku berkumpul saat suara alarm ku bergema di seluruh penjuru kamar. Aku mengambil handuk dan kimono lalu segera bergegas untuk mandi dan menunaikan kewajiban ku. Aku melihat pantulan diriku di cermin, blus berwarna putih juga dengan dan celana jeans panjang menjadi pilihan ku untuk acara camping kali ini. Simple tapi tetap sopan. Setelah kurasa semua siap, aku mengambil tas ransel yang ada di samping meja belajar ku dan segera turun untuk menikmati sarapan bersama keluarga tercinta ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF (Ketika Cinta Tidak Lagi tentang Kita)
Teen FictionJika sesuatu terjadi sesuai dengan harapan maka itu anugerah yang harus disyukuri. Namun jika tidak, maka itu lebih baik lagi sebab itu kehendak Tuhan 🍃🍃 -IF-