Mentari beranjak turun dari singgasananya, menyisakan semburat jingga penutup jejaknya di penghujung hari. Ku lihat kembali pantulan diriku di depan cermin, berbalut blus putih dan rok pink dengan make up tipis dan rambut yang kubiarkan tergerai tanpa aksen apapun sudah cukup bagiku.
Suara deru mesin yang semakin terdengar dilanjutkan keheningan menjadi penanda jika Farhan sudah sampai untuk menjemput ku.
"Jalan sekarang?" tanya Farhan ketika ku dapati dirinya di balik pintu rumah ku. Aku mengangguk sembari mengikutinya ke dalam mobil city hitamnya.
Mobil Farhan mulai melaju meninggalkan pekarangan rumah. Aku menatap keluar jendela dan memperhatikan suasana jalan raya yang dihiasi berbagai macam hiruk pikuk arus lalu lintas perkotaan.
Setibanya di mall, aku dan Farhan menuju ke area bermain yang merupakan tempat janjian kami bersama Zaskia dan juga Ilham. Beberapa saat kemudian, muncullah Zaskia dalam balutan dress orange pastel yang sangat serasi dengan flatshoes putihnya dan juga Ilham di sampingnya yang terlihat keren dengan baju kaos hitam bertuliskan NYC.
"Udah dari tadi yah?" tanya Zaskia.
"Barusan kok" jawab ku.
Kami berempat memasuki arena bermain. Permainan pertama yang kami -lebih tepatnya yang Farhan pilih- adalah basket. Permainan yang menuntut pemain memasukkan bola ke dalam ring sebanyak-banyaknya dan juga permainan yang paling dikuasainya.
"Oke. Pembagian timnya seperti biasa, gue sama Intan dan lo sama Zaskia" instruksi Farhan.
"Ham kali ini kita harus menang yah" peringat Zaskia pada Ilham.
"Serahin ke gue Kia" balas Ilham dengan penuh rasa percaya diri.
Senggolan di bahu ku membuat ku menoleh pada sosok di samping ku.
"Kita nggak bakal kalah" ujar Farhan dengan mengedipkan sebelah matanya.
3...2...1...!!!
Pembatas yang menahan bola mulai turun dan bola pun perlahan-lahan menggelinding menuju ke arah kami. Dengan sigap kami saling beradu kecepatan, lemparan demi lemparan mengarah pada satu titik yaitu ring. Poin demi poin pun tercipta dengan hasil akhir yang menunjukkan bahwa Farhan dan aku yang keluar sebagai juaranya.
"Yah kita kalah Ham" keluh Zaskia.
"Apa gue bilang? Kita nggak bakalan kalah" ujar Farhan bangga.
Selanjutnya kami memainkan permainan lain. Tanpa sengaja pandangan ku menangkap pemandangan sepasang kekasih yang berada tidak jauh dari tempat ku.
"Udahan ah, aku laper nih" rengut gadis berbaju biru yang mengakhiri permainan.
"Ya udah. Kita makan dulu" balas pria itu sembari mengelus lembut puncak kepala gadis yang ada dihadapannya lalu menggandeng tangan gadis yang ku perkirakan adalah pacarnya.
Melihat perlakuan pria tadi, untuk sesaat mengingatkan ku pada Rashdan. Meski sudah setahun lebih sejak kepergiannya untuk selamanya, namun segala kenangan indah saat kami bersama akan selalu ada dalam ingatan ku. Kelembutannya, ketulusannya dan semua perlakuan manisnya padaku membuat ku merasa sangat beruntung memiliki dan dimiliki olehnya. Tanpa sadar setetes cairan bening mencelos begitu saja melalui pipi ku dan meninggalkan jejak disana. Dengan cepat aku menghapus sisa-sisa air mata ku sebelum ketiga sahabat ku melihatnya.
Kami pun mengakhiri sesi bermain dan memilih beranjak dari sana menuju ke salah satu restoran. Dan entah itu sebuah kebetulan atau bukan, tapi nyatanya kami makan di tempat yang sama dengan sepasang kekasih yang kulihat tadi. Mejanya pun tidak jauh dari meja ku dan ketiga sahabat ku.
Entah mengapa pandangan ku sulit lepas dari sepasang kekasih itu. Romantisme keduanya benar-benar mengingatkan ku pada Rashdan, membuat ku semakin merindukan Rashdan.
"Intan kok makanannya diaduk-aduk aja? Dimakan dong" interupsi Zaskia.
"Iya. Ini baru mau dimakan" balas ku sekenanya.
Aku mulai memasukkan suapan demi suapan ke dalam mulut ku, namun mata ku masih terpaku pada sepasang kekasih di ujung restoran. Cara pria itu menatap gadisnya dengan penuh cinta, cara dia mengacak rambut gadisnya, caranya tersenyum pada gadisnya. Semuanya mengingatkan ku pada Rashdan.
Merasa yakin jika sebentar lagi air mata ku akan keluar, aku permisi pada Zaskia, Ilham dan Farhan untuk ke toilet sebentar. Dan benar saja, bahkan sebelum sampai di toilet, air mata ku sudah keluar tanpa izin.
Untuk sesaat pikiran ku dipenuhi dengan kenangan indah bersama Rashdan, seakan sileut-sileut kebersamaan kami terputar bagai film.
Entah untuk berapa lama aku menangis di dalam toilet, telfon dari Farhanlah yang membuat ku sadar jika aku sudah menghabiskan waktu yang cukup lama untuk ukuran seseorang yang hanya beralasan pergi ke toilet.
Saat akan keluar, aku dikejutkan dengan kehadiran Farhan yang bersandar di depan pintu. Ia mengangkat tas ku yang ada di tangannya. Aku segera mengambilnya lantas mengucapkan terima kasih padanya.
"Ikut gue" ujarnya lalu menarik pergelangan tangan ku keluar dari restoran.
"Kita mau kemana Han?" tanya ku.
Bugghh!!!
Belum sempat mendapat jawaban dari pertanyaan ku tiba-tiba saja tanpa sengaja Farhan menabrak tubuh seorang pria yang datang dari arah yang berlawanan dengan kami.
"Sorry, sorry Mas" ujar Farhan pada pria itu. Lalu ia kembali menarik tangan ku untuk mengikutinya.
Kami menaiki beberapa eskalator, menaiki tangga, melewati pintu putih sampai akhirnya kami tiba di rooftop.
"Ngapain kita kesini Han?" tanya ku.
"Indahkan?" ujar Farhan yang terdengar seperti pertanyaan sekaligus pernyataan.
"Kita butuh tempat yang indah buat mengenang orang yang kita sayang" ujarnya yang menjawab semua pertanyaan dalam benak ku.
Kini aku sadar jika Farhan sudah mengetahui apa yang terjadi padaku. Sekali lagi dia membuat ku kagum sekaligus terharu. Bagaimana dia selalu bisa tau yang kurasakan? Sungguh dia sahabat yang benar-benar memahami ku. Dan aku bersyukur untuk itu.
Tangkupan tangan menutupi pandangan ku, membuat semuanya gelap. Baru saja aku akan protes, suara Farhan terlebih dahulu memandu ku.
"Lepaskan kerinduan kamu buat Rashdan. Biarkan hembusan angin menyatu bersama nafas kerinduan mu. Angin akan membawa pesan rindu mu dan akan sampai ke Rashdan" ujarnya.
Aku terdiam. Bayangan Rashdan semakin lama semakin nyata. Potongan-potongan memori kebersamaan kami menyatu seperti puzzle yang utuh.
Dalam hati kurapalkan segala kerinduan dan asa ku untuk kembali berjumpa dengannya meski hanya dalam mimpi ku saja.
Ada perasaan lega saat aku membuka mata ku, seperti beban berat terangkat begitu saja tersapu bersama angin.
"Angin yang bakalan kirim balasan dari Rashdan buat Intan" ujar Farhan sembari mengusap sudut mata ku yang ku yakini telah dipenuhi air mata.
***
Voment!
Pelangi Senja🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
IF (Ketika Cinta Tidak Lagi tentang Kita)
Teen FictionJika sesuatu terjadi sesuai dengan harapan maka itu anugerah yang harus disyukuri. Namun jika tidak, maka itu lebih baik lagi sebab itu kehendak Tuhan 🍃🍃 -IF-