Ketika sesuatu telah direncanakan dengan baik namun ternyata yang terjadi tidak sesuai rencana, hati menjadi bagian yang paling penting untuk dipersiapkan menerima segalanya.
"Kamu baik-baik aja?" tanya pria dihadapan ku.
Sementara aku masih mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Mama segera mengusap punggung ku dan juga lengan ku, seakan ia tau bahwa aku sedang membutuhkan kekuatan dan apa yang dilakukannya benar-benar mampu menyadarkan ku dari keterpakuan ku.
"Ini kenapa Ma? Kenapa Farhan disitu? Kak Bian mana?" tanya ku sepelan mungkin pada Mama.
"Farhan yang udah nikahin kamu. Farhan suami kamu sekarang sayang" ujar Mama cukup singkat namun sudah begitu menjelaskan.
"Suamiku?"
Kaget bukanlah satu-satunya hal yang kurasakan saat ini, lebih dari itu perasaan bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi menimbulkan banyak pertanyaan di kepala ku namun tak satu pun yang memiliki jawaban.
"Ini udah jadi keputusan Papa. Kamu lanjutin acara pernikahannya yah sayang, Mama dan Papa bakal jelasin semuanya setelah itu" pinta Mama kemudian kembali ke sisi Papa.
Aku pun pasrah dan meyakinkan diriku juga hatiku pada ketetapan Allah. Satu-satunya hal paling masuk akal yang dapat kulakukan untuk saat ini hanyalah menuruti permintaan Mama.
"Cincinnya In" bisik Zaskia yang sudah menyodorkan kotak cincin yang dipegangnya kepadaku.
Aku pun mengambil cincin yang telah tersedia, ku pandangi cincin itu dan wajah Farhan secara bergantian sebelum akhirnya kupasangkan di jari manisnya. Ku pandangi wajah Mama yang mengangguk yakin padaku juga Papa dengan senyuman hangatnya serta kedua orang tua Farhan yang saling berpelukan dengan tatapan haru yang tertuju padaku dan juga Farhan.
Kurasakan tangan Farhan berada di puncak kepala ku lalu ia melantunkan doa kemudian membacakan beberapa ayat suci Al-Qur'an dengan sebelah tangan kanannya yang menengadah. Aku hanya bisa tertunduk meresapi setiap untaian ayat suci yang keluar dari mulutnya. Aku benar-benar tidak pernah menyangka jika Farhan yang kini menjadi suami ku.
Saat untuk pertama kalinya aku merasakan sebuah kecupan mendarat tepat di kening ku dan faktanya Farhanlah yang melakukannya dan bukannya Kak Fabian. Tanpa sadar setetes air mata keluar begitu saja dari pelupuk mataku. Hari pernikahan yang kunantikan dan telah dipersiapkan sebelumnya memang sesuai dengan pernikahan impian yang kudambakan selama ini.
Aku sadar harusnya hari ini menjadi hari paling membahagiakan dalam hidup ku bersama Kak Fabian, hanya saja kenyataan bahwa bukan sosoknya yang berada bersamaku saat ini untuk merasakan kebahagiaan ini sungguh menggoreskan luka jauh di dasar hatiku. Aku tidak tau kemana Kak Fabian, kenapa ia tidak datang? Bagaimana bisa ia membiarkan ku dinikahi oleh orang selain dirinya? Hatiku rasanya sangat sakit namun saat ini aku bahkan tak bisa mengutarakannya.
Tangkupan tangan Farhan di wajah ku mengembalikan ku dari segala hal yang masih terus berkecamuk di dalam pikiran ku. Ia menatap ku tepat di manik mata ku hingga pandangan kami bertemu dan bisa ku lihat pantulan wajah ku di dalam matanya. Usapan lembut ibu jarinya menyeka air mataku.
"Jangan nangis, please. Aku minta maaf" ungkapnya.
"Dicium tangan suaminya sayang" instruksi Mama yang sudah berada di samping ku.
Kuraih tangan kanan Farhan dan menciumnya. Dalam kepasrahan ku pada Allah, aku meminta pada-Nya untuk senantiasa diberi kesabaran, keikhlasan, dan kekuatan dalam menghadapi segala sesuatu ke depannya.
Selanjutnya adalah prosesi sungkeman. Farhan dan aku berlutut di hadapan kedua orang tua Farhan, aku hanya bisa tertunduk diam.
"Intan baik-baik sama Farhan yah nak" pesan Ayah Farhan padaku yang ku angguki.
Setelah Ayah, aku beralih ke Bunda Farhan. Bunda sendiri langsung memeluk ku setelah aku mencium tangannya, hal itu membuat ku sedikit tersentak kaget.
"Bunda selalu mengharapkan kamu untuk jadi menantu Bunda dan hari ini Allah izinkan itu terjadi. Bunda sangat bersyukur, seperti kamu yang bisa memahami Farhan sebagai sahabat, Bunda harap kamu juga bisa memahami Farhan sebagai suami kamu" ujar Bunda, aku merasa mendapatkan sebuah amanah dari Bunda.
"Jagain Intan baik-baik, dia tanggung jawab kamu sekarang" ujar Ayah Farhan pada Farhan yang berada di sebelah ku.
Selanjutnya, sungkeman ke Mama dan Papa ku. Tak dapat ku bendung tangis ku ketika berada di depan Papa. Aku hanya bisa menatap Papa. Papa langsung meraih kedua tangan ku kedalam pangkuannya.
"Papa minta maaf sayang, mungkin kamu merasa ini nggak adil buat kamu tapi percaya sama Papa ini adalah keputusan terbaik yang Papa ambil buat hidup kamu"
Setelah semua rangkaian acara akad berakhir, aku pun segera kembali ke kamar ku bersama Farhan yang selalu berada di sisiku.
Dari jendela kamar ku pikiran ku kembali melayang pada apa yang terjadi hari ini.
'Apa ini benar-benar terjadi? Tidakkah semua ini hanya mimpi di malam sebelum hari pernikahan ku esok?' batin ku.
Ku sentuh kedua pipi ku dan ku tepuk-tepuk beberapa kali. Jika ini memang hanya mimpi, aku berharap segera bangun. Namun, kenyataan bahwa aku bisa merasakan rasa sakit di permukaan kulit ku menyadarkan ku bahwa yang terjadi adalah nyata. Aku tak kuasa menahan tangis ku. Detik selanjutnya bisa kurasakan diriku terengkuh dalam dekapan seseorang. Tentu saja orang itu Farhan, hanya dia yang bisa melakukannya saat ini.
"Kenapa lo lakuin ini Han?" tanya ku yang masih menangis.
"Kenapa lo lakuin ini? Jawab gue!" ulang ku, namun Farhan tak kunjung memberi ku jawaban hingga akhirnya dengan sisa tenaga yang ku miliki satu demi satu pukulan mulai ku layangkan pada dirinya.
"Gue harusnya nikah sama Kak Bian bukan sama elo" ujar ku lagi masih terus memukulnya dan ia tetap diam malah semakin mengeratkan pelukannya padaku.
Aku terus menangis, meluapkan segala perasaan yang sejak tadi berkecamuk di dalam hatiku. Sampai akhirnya Mama dan Papa masuk ke dalam kamar ku. Saat melihat Mama aku segera menghampirinya untuk meminta penjelasan.
"Sayang Mama tau kamu merasa bingung dengan apa yang terjadi hari ini tapi itu terjadi karena Fabian...." ujar Mama menggantung karena Mama mulai menangis.
"Kak Bian kenapa Ma?" desak ku namun Mama hanya terus tertunduk menangis.
"Fabian kabur"
🍃🍃🍃
To be continue...
Voment!
Pelangi Senja 🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
IF (Ketika Cinta Tidak Lagi tentang Kita)
Teen FictionJika sesuatu terjadi sesuai dengan harapan maka itu anugerah yang harus disyukuri. Namun jika tidak, maka itu lebih baik lagi sebab itu kehendak Tuhan 🍃🍃 -IF-