"Dwei!." teriak Owy saat melihat Dwei dari balik pintu kayu. Gadis itu kemudian berlari lalu mendekapnya.
Jubah tipis dari serat kulit kayu Dwei gantungkan di gantungan mantel dekat pintu. Wanita itu kemudian tersenyum. Garis kerut di kulitnya semakin terlihat jelas saat tersenyum.
Dwei menggandeng tangan Owy menuju kursi dekat perapian.
"Dwei bolehkah aku memiliki peliharaan?." tanya Owy.
Mata tua itu kemudian membulat. Lalu ia tersenyum lagi. "Boleh saja asal kau bisa merawatnya dengan baik."
Gadis itu tersenyum lebar mendengar ucapan Dwei. "Benarkah? Kalau begitu aku akan membawanya kemari besok."
"Membawa apa? Apa yang akan kau bawa kerumah ini?."
"Dua ekor serigala salju. Mereka sangat lucu." ungkap gadis itu dengan bahagia.
Dwei kembali membulatkan matanya. Wanita tua itu terkejut mendengar ucapan Owy. Serigala salju. Dari mana gadis kecil itu dapat menemukan binatang legend yang sulit di temukan oleh warga desa. Bahkan keberadaan mereka kini sudah hilang. Mereka menghilang bersama para penyihir ratusan tahun lalu.
"Apa kau bercanda?."
"Tidak Dwei, aku menemukannya di lereng bukit Sasky tadi siang."
"Jangan bercanda Owy! Itu tidak lucu dan kau jangan mendekat atau mencarinya. Mengerti!." Dwei bangkit dari kursi meninggalkan Owy yang masih bersimpuh di lantai.
***
Pagi-pagi sekali Pey datang mengunjungi Dwei dan Owy. Dia membawakan sarapan dan ramuan herbal seperti biasanya. Pey meletakkan semuanya diatas meja makan.
"Owy bangun!." Pey menepuk pipi gadis itu lalu menggoyangkan bahunya. "Apa kau tidak ingin pergi ke Ristal bersamaku lagi?."
Gadis itu tak kunjung bangun dari tidurnya. Dia hanya bergerak membalikkan badan memunggungi Pey yang ada di pinggiran ranjang. Merapatkan selimutnya lagi yang terbuat dari kulit beruang kutub asli. Dwei membelinya dari pedagang gelap di pinggiran pesisir dermaga Winston bagian selatan setahun lalu. Tempat dimana surga para pedagang gelap berlabuh memperjual-belikan dagangannya.
"Apa kau tidak ingin bertemu dengan mereka?." Pey membisikkan kalimat tersebut tepat di telinganya.
Sebuah pergerakan kemudian tampak dari gadis itu. Dia bangkit dari tidurnya, lalu mulai tersenyum.
"Baiklah, tapi bisakah kau merahasiakan ini untukku?."
"Merahasiakan dari siapa?." Pey tampak bingung.
"Dari Dwei. Ia melarangku untuk bertemu atau mencari mereka."
"Tenanglah, aku bisa jaga rahasia ini." Pey mengacungkan kelingkingnya. Menyondongkan kearah Owy. Lalu Owy meraihnya.
Sebuah perjanjian telah di buat diantara mereka.
Jalanan setapak berbatu dan menanjak adalah satu-satunya jalan untuk bisa sampai di Ristal. Jalan itu di kelilingi pepohonan rindang. Burung-burung bersiul di dahan dan ranting. Owy menari kecil sambil bersiul menirukan suara burung.
Sesampainya di atas bukit mereka bisa melihat hamparan bunga di bawah sana. Owy berlari. Dia tidak sabar untuk bertemu dengan mereka. Dalam benaknya, ia berharap bisa bertemu lagi di tempat yang sama seperti kemarin.
"Hati-hati Owy! Perhatikan langkahmu!." Pey mengingatkan gadis itu.
"Aku tau!." teriak Owy hampir dari bawah lereng Sasky.
Sepasang mata hijau milik Owy mencari kedua binatang polos dan menggemaskan itu. Tapi tak kunjung menemukannya. Beberapa kali dia bersiul, memerintahkan mereka untuk segera keluar dari persembunyian.
Pey memperhatikannya dari kejauhan. Owy nampak baik-baik saja. Kemudian dia kembali mengumpulkan tanaman herbal. Mencari bunga-bunga yang berkhasiat untuk diramu menjadi obat.
Gadis itu akhirnya menyerah setelah cukup lama menunggu kehadiran dua serigala kecil. Dia menuju kearah aliran sungai Ristal. Sesampainya disana, kedua kakinya di celupkan pada aliran sungai yang dingin namun segar. Angin kemudian berhembus pelan. Menggerakkan dedaunan dan menyibak rambutnya. Owy mendongak menatap langit biru cerah. Menatap awan putih yang baru saja melintas.
Semak di pinggir sungai tiba-tiba bergoyang. Berhenti lagi. Setelah itu bergoyang lagi lebih cepat. Menimbulkan suara grasak-grusuk. Owy sedikit takut. Dia berdiri dan memperhatikan semak dengan seksama. Ia sedikit memundurkan badannya perlahan. Menjauh. Memposisikan dirinya sebisa mungkin untuk sigap jika kapan saja binatang buas menyerang dari balik semak.
Seekor binatang yang sejak tadi ia cari tiba-tiba muncul di balik semak. Kemudian diikuti dengan salah satu saudaranya. Mereka berlarian. Menubruk semak tanpa lelah. Owy tertawa. Melihat tingkah lucu dari hewan tersebut.
Owy mendekat lalu merunduk. Semak itu mempersulit gerak tubuhnya untuk bisa menyentuh mereka. Setangkai rumput Gressgry yang berbentuk dan berbiji seperti gandum, Owy cabut dari tangkai daun. Gadis itu kemudian menggoyangkan di dekat semak bertujuan untuk menarik perhatian kedua serigala berwarna putih itu agar mau keluar dari sana.
Layaknya seperti anak anjing. Kaki berbulu miliknya mengejar dan menangkap Gressgry yang di goyangkan oleh Owy.
Lagi-lagi gadis itu tertawa melihat tingkahnya. Tangan Owy kemudian mengelus bulu lebat yang menumbuhi seluruh tubuhnya. Bergantian. Keduanya berbaring diatas rerumputan. Mengguling-guling. Owy menggelitik perut kedua serigala kecil.
"Kau tau, namamu adalah An— Owy menunjuk lalu menggelitik serigala berjenis kelamin betina— dan kau adalah Ar— berganti menunjuk satunya yang berjenis kelamin jantan— Aku suka kalian, seandainya Dwei memperbolehkan ku untuk membawamu pulang."
"Owy, kau sedang apa?." Pey berseru dari kejauhan.
"Aku sedang..."
Serigala itu menghilang.
Tanpa suara dan jejak, tiba-tiba mereka hilang bersamaan dengan angin yang berhembus pelan.
Owy beranjak dari tempat itu. Dia menyisir semak, bunga dan tumbuhan liar yang ada di dekatnya. Mereka tetap tidak di temukan. Lalu ia berlari ketepian sungai. Mencari di balik bebatuan. Hasilnya nihil. Tidak ada dimana pun.
"Kau mencari sesuatu?." Tanya Pey menghampiri Owy.
"Apa An dan Ar baru saja lewat sini?."
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti, dan siapa An dan Ar yang kau maksud?."
"Serigala itu. Aku memberinya nama An dan Ar. Apa kau melihatnya?." Pertanyaan yang sama dari Owy.
Pey menggelengkan kepala sambil tertawa. "Aku tidak melihat siapapun disini."
Owy mendengus. Wajahnya kemudian suram. Sekarang dia merebahkan tubuhnya diatas rerumputan menatap langit. Beberapa burung Parrot melintas diatas. Terbang bebas bersama pasangannya, setelah itu hinggap di salah satu dahan pohon Palm.
"Lihatlah Pey, burung itu sangat cantik." Owy menunjuk ke arah pohon dimana Parrot berwarna merah hinggap di dahan pohonnya. Bertengger melihat bunga-bunga bersama sang kekasih.
"Suatu saat nanti, apa kau akan seperti mereka? Terbang jauh meninggalkan rumah?." Owy terus berbicara.
"Entahlah, aku masih ingin tinggal di rumahku." Jawab Pey.
"Bisakah aku membuatkan sebuah rumah untuk An dan Ar? Sepertinya mereka tidak punya tempat tinggal."
"Bisa saja, lalu bagaimana kau akan membuat rumah itu?."
"Entahlah Pey. Aku akan segera memikirkan itu"
——————————————————
Hola ^o^
Bagaimana? Apa kalian suka dengan cerita ini? Boleh dong kasih vote+comment-nya Hehe :D
Makasih ya udah baca ceritaku :*
Jangan bosen! (^_-)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLTAR ✔ [Tersedia Di Google Playbook]
Fantasy[SUDAH TERBIT E-Book] Perjalanan seorang Putri berdarah campuran berasal dari kerajaan ALLTAR yang tidak tahu jika dirinya adalah seorang putri raja. Dia berusaha untuk menemukan asal usulnya ketika gadis itu menyadari bahwa dirinya bukanlah anak d...