Slopeyard— desa kecil di balik lereng hutan Garconz sangat padat dengan rumah-rumah kecil yang saling berdempetan. Setiap rumah tidak memiliki pagar pembatas antara halaman satu dengan yang lainnya. Jalan utama sebagai penghubung antar desa atau perumahan lainnya hanya berjarak beberapa meter. Tapi itu tidak terlalu sempit untuk bisa di lewati oleh kuda maupun gerobak.
San berjalan menuntun kuda diantara kerumunan orang-orang desa Slopeyard. Mereka tengah sibuk dengan dirinya masing-masing. Ada yang mengurus tanaman di depan rumah, menyapu dedaunan, mengangkat jerami untuk ternak, dan para anak kecil sedang berlarian saling kejar untuk merebut sebuah mainan dari kayu.
Brukk...
Anak kecil berusia sekitar enam tahun menabraknya, kemudian dia menangis.
"Hey apa yang kau lakukan!." ucap pemuda dari depan rumah sambil menaruh kayu bakar di tepi dinding. Dia berjalan kearah San.
"M-maaf ini hanya sebuah kesalah pahaman." balas San sedikit gugup karena anak perempuan itu tak kunjung berhenti dari tangisnya. Tangisnya semakin kencang ketika laki-laki itu menegur San.
"Kau tak apa?." Tanya pemuda tadi pada gadis kecil yang masih terus menangis.
"Maafkan aku Hansen, aku tak sengaja." ia terisak sambil menggosok matanya.
"Hey tak apa, jangan menangis." San angkat bicara. Dia menunduk lalu mengusap ujung kepalanya.
Gadis itu lalu berhenti menangis. Dia mendongak menatap San yang jauh lebih tinggi darinya.
"Maafkan aku." ucapnya lirih.
San tersenyum. "Tentu! Siapa namamu?."
"Sendy. Sendy Willows." dengan malu-malu gadis itu memperkenalkan diri.
"Nama yang cantik." San mengelus pipinya yang bulat. "Namaku Snowy, senang bertemu denganmu."
San tidak memperkenalkan dirinya dengan nama San Hugward, dia tetap menyembunyikan nama di kalung itu dari orang-orang yang tidak ia kenal sampai kebenaran itu dapat terbongkar. Sampai apa yang ia cari dapat ditemukan.
"Maafkan adikku." ucap pemuda tadi yang menegurnya. "Namaku Hansen Willows. Senang bertemu denganmu juga."
Hansen menggendong Sen. Mendekapnya di dalam dadanya yang bidang.
"Sepertinya aku tidak pernah melihatmu disini, apa kau bukan dari Slopeyard? Apa kau seorang pengelana dunia?." tanyanya lagi dengan tatapan yang berbinar.
"Ah, aku bukan pengelana dunia. Tapi aku memang bukan berasal dari sini."
"Lalu kau berasal dari..."
"Owy, apa aku bisa memanggilmu dengan nama itu? Owy, itu nama yang sangat manis. Sepertimu." potong Sendy. Dia berbicara asal namun apa yang dia katakan benar, seperti ada seseorang yang memberi tahunya.
"Sen, aku sedang berbicara padanya." tegur Hansen pada gadis kecil yang tak lain bukan adalah adiknya sendiri.
"Maaf Hansen." ucap Sandy sambil memainkan rambutnya. Menggulung dengan jarinya hingga membuat rambut panjangnya menjadi sedikit bergelombang.
"Tak apa." San berbicara pada Hansen, lalu. "Uhm.. Iya, kau bisa memanggilku dengan nama itu. Owy!." San tersenyum manis kearah gadis kecil yang ada di dekapan Hansen.
"Bolehkah aku tau dari mana asalmu?." tanya Hansen lagi.
"Hansen turunkan aku! Aku ingin bermain dengan Luna." Sendy merengek minta diturunkan.
"Siapa Luna?."
"Luna temanku, dia sudah menunggu ku disana." Sendy menunjuk kearah gang ujung.
Hansen dan San mengikuti arah telunjuk Sendy. Mereka menyipitkan matanya masing-masing saat apa yang di tunjukkan oleh Sendy tidak ada seorangpun disana. Sekali lagi mereka mengarahkan pandangannya kesegala penjuru arah untuk mencari Luna. Nama yang Sendy sebutkan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLTAR ✔ [Tersedia Di Google Playbook]
Fantasy[SUDAH TERBIT E-Book] Perjalanan seorang Putri berdarah campuran berasal dari kerajaan ALLTAR yang tidak tahu jika dirinya adalah seorang putri raja. Dia berusaha untuk menemukan asal usulnya ketika gadis itu menyadari bahwa dirinya bukanlah anak d...