Di balik pegunungan yang menjulang tinggi di berbagai sisi, terselip sebuah kota kecil di pinggiran pantai Seabed yang menampakkan hamparan luas samudra berwarna biru cerah seperti langit di kota Gonsalves. Kota kecil Gonsalves terletak di sebelah timur pegunungan Valves yang dikuasai oleh kerajaan Bristol.
Kerajaan Bristol dikenal sebagai penghasil tambang emas terbesar yang ada di benua Saftar- meliputi kerajaan Winston, Drafted, Highwood, dan Bristol itu sendiri. Tambang itu tersembunyi di dalam pegunungan Valves. Tidak ada satupun rakyat jelata yang tau akan keberadaan harta karun terbesar di kerajaan itu selain pejabat tertentu dan anggota kerajaan inti dari kerajaan Bristol.
Langit tampak berwarna jingga sedikit gelap dengan semburat merah kekuningan di ufuk Barat. Tampaknya sebentar lagi bola besar yang selalu menyinari tiap sudut dunia akan segera menghilang. Langkah kaki kuda San baru saja menjejakkan telapak kakinya diatas lantai kayu kota Gonsalves saat penduduk di pesisir pantai itu sedang menutup toko kecil miliknya masing-masing.
San turun dari atas punggung kuda sembari menatap sekeliling.
"Permisi nyonya." Ucapnya saat bertemu pada salah satu penduduk kota Gonsalves. Wanita pemilik toko bunga tengah memunguti dagangannya untuk di masukkan kedalam toko.
"Ya?." balasnya lalu dia berhenti dari aktivitas.
"Apa anda tau dimana aku bisa ikut berlayar dengan kapal pengangkut barang untuk menuju kota sebrang?."
Wanita paruh baya yang ada di depannya mengangkat alis. Semenit tadi dia seperti memikirkan sesuatu. "Anak muda apa kau tengah melarikan diri dari orang tuamu? Apa kau tengah dijodohkan dengan pria lain yang tak kau sukai?."
San mengernyit. Lalu ia menggeleng pelan.
"Lantas, kenapa kau ingin berlayar ke kota sebrang jika tidak sedang melarikan diri?."
Pertanyaan wanita penjual bunga membuat San tampak bingung. Sebenarnya apa yang sedang ia pikirkan hingga berkata demikian? Apa San terlihat seperti gadis yang tengah lari dari orangtuanya karena sebuah perjodohan?
"Apa aku terlihat seperti itu?." San berbicara sangat pelan.
Wanita itu kemudian menatapnya lekat-lekat. Dia menatap San mulai dari atas sampai ujung kaki dan begitu seterusnya untuk beberapa saat. Lalu, mengangkat bahunya menandakan ia tidak yakin dengan perkataannya sendiri.
San tersenyum ramah.
"Kalau kau ingin pergi ke kota sebrang, kau harus menunggu kapalnya tiga bulan lagi. Aku turut menyesal telah mengucapkan ini, karena kau terlambat datang untuk pemberangkatannya tadi pagi."
San tampak murung karena dia kehilangan kesempatan untuk ikut berlayar pagi ini. Ia mendengus. Membuang napasnya panjang karena perjalanan jauh yang akan di tempuhnya harus tertunda beberapa bulan. San pasrah.
"Terima kasih nyonya..." San menggantungkan kalimatnya "Nyonya apa anda tau dimana aku dapat tinggal untuk waktu selama itu?."
"Apa kau mau tinggal bersamaku? Gratis. Tapi..." Dia berhenti, "Tapi dengan satu syarat."
"Syarat? Apa itu?."
"Kau mau membantuku untuk menjaga toko ini. Bagaimana?." tawarnya pada San.
"Hanya itu?." San meyakinkan tawaran wanita penjual bunga yang terdengar sangat mudah untuk ia lakukan.
"Tidak." Balasnya.
San mengerutkan keningnya. Ternyata tidak hanya menjaga toko bunga saja yang harus dia lakukan, tapi masih ada hal lain lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLTAR ✔ [Tersedia Di Google Playbook]
Fantasy[SUDAH TERBIT E-Book] Perjalanan seorang Putri berdarah campuran berasal dari kerajaan ALLTAR yang tidak tahu jika dirinya adalah seorang putri raja. Dia berusaha untuk menemukan asal usulnya ketika gadis itu menyadari bahwa dirinya bukanlah anak d...