Seminggu berlalu dari kejadian mencengangkan di hutan belantara bersama penyihir misterius, sekarang San tampak baik dengan ditemani kedua sahabat lamanya yang berwujud seperti manusia. Hutan, pedesaan, pasar, sungai, dan kembali di pedesaan lain— terus begitu, telah mereka lalui tanpa ada halangan yang berarti.
Alex dan Alexa telah terbiasa dengan San, dan San pun begitu. Tak ada lagi kata canggung diantara mereka.
Sesekali Alex menceritakan bagaimana dulu dia bisa bertemu dengannya saat berada di Dawnton. Pertemuan yang membuat mereka menjadi seorang sahabat.
Sahabat antara manusia dengan makhluk di dunia magis.
"Hi Nona, siapa nama pria itu." seorang gadis rambut pirang berusia lebih muda darinya— mungkin, berlari kearah San dan menanyakan nama Alex ketika dia ketinggalan jauh di belakang.
Kali ini mereka berada di desa Panpym, tepatnya berada di pasar desa ketika gadis tadi datang menghampiri.
Pertanyaan gadis rambut pirang sontak mengejutkannya. Bagaimana bisa dia berkata semacam itu kepada San— orang yang baru saja dia temui. Baru kali ini ada hal menarik di perjalanan mereka.
"Pria? Siapa?." ulang San kikuk.
"Pria itu." Lagi-lagi dia tanpa malu mengatakannya sambil menunjuk Alex.
San mengikuti arah telunjukknya. "Dia?."
Gadis rambut pirang mengangguk mantap.
"Ah, dia Alex," balas San singkat. "Kau mengenalnya?."
Dia menggeleng.
San mengerutkan kening.
"Terima kasih nona kau telah memberi tahuku siapa nama pemuda itu, kau tau, dia adalah pria paling tampan yang pernah aku jumpai selama ini." gadis tadi mengerjapkan matanya beberapa kali sambil berlonjakan kecil. Menunjukkan betapa bahagianya ketika tau nama dari lelaki yang ia kagumi.
"Ahh." San mengambil napasnya panjang sebelum menyambung kalimat terakhir. "Sama-sama."
Gadis pirang kemudian berlari setelah mengungkapkan isi hatinya. Rasa kagum kepada Alex.
"Siapa?." tanya Alexa sesaat setelah gadis pirang pergi.
San menggeleng. Gadis tadi membuatnya ingin tertawa tapi dia tidak tega.
"Ada apa?." Susul Alex mengisyaratkan kalimat 'apa yang sebenarnya terjadi'
"Tidak." San tertawa setelah melihat Alex dengan tampang polos macam itu.
"Ada yang lucu?."
"Tidak." San masih tertawa. Sedangkan Alexa hanya mengerutkan kening melihat tuan putri tidak bisa berhenti untuk tertawa.
***
"Kalian sudah makan?." Tanya San di sela makan siangnya.
Mereka bertiga kini telah sampai pada perbatasan desa Panpym. Berada di hilir sungai yang airnya cukup jernih hingga dapat menampakkan batu-batu sungai yang indah.
Alex dan Alexa hanya menggeleng pelan bersamaan.
"Kenapa belum makan? Makanlah! Aku tidak mau jika kalian nantinya akan sakit."
"Uhm, bukannya kita tidak mau makan, tapi..."
"Tapi kita tidak bisa makan makanan seperti ini." sambung Alex.
San berhenti melahap makanannya. "Maksudnya?."
"Jangan salah paham, maksud Alex kita tidak bisa makan makanan yang dimakan oleh para manusia karena jika kita memaksa untuk makan itu, yang ada tubuh kita tidak kuat karena jenis makanan kami berbeda, alhasil kita jadi lemas."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLTAR ✔ [Tersedia Di Google Playbook]
Fantasia[SUDAH TERBIT E-Book] Perjalanan seorang Putri berdarah campuran berasal dari kerajaan ALLTAR yang tidak tahu jika dirinya adalah seorang putri raja. Dia berusaha untuk menemukan asal usulnya ketika gadis itu menyadari bahwa dirinya bukanlah anak d...