"Ayo kita pulang, aku harus segera membuat ramuan Klamsus— ramuan herbal untuk menyembuhkan penyakit kulit, berasal dari daun Higgy, biji Qwa, bunga Dramb dan beberapa pala tanah lainnya— untuk Dara." ajak Pey setelah cukup lama berada di Sasky.
"Okay!."
Owy bangkit. Membenarkan baju dan rambutnya.
Pey dan Owy meninggalkan lereng bukit Sasky. Berjalan susah payah melewati bebatuan dengan diantarkan oleh hembusan angin yang menemani langkah kakinya.
Jalan bebatuan dan pepohonan yang rimbun perlahan meninggalkan mereka di belakang setelah sampai di ujung pedesaan. Rumah warga berjejeran rapi. Ada toko penjual tumbuhan herbal, pemandai besi, pengrajin kayu, jagal, dan berbagai toko lainnya.
Kebanyakan warga desa Dawnton di kerajaan Winston, sebagian besar menjadi peramu obat herbal. Keahlian itu diturunkan sejak zaman dahulu oleh para pendahulu. Nenek moyang.
Ramuan dari Dawnton terkenal di segala penjuru kerajaan Winston. Semua desa lain selalu memesan obat-obatan dari sini. Berjalan jauh sampai berhari-hari dari desa ke desa hanya untuk mendapatkan ramuan herbal. Bahkan, ramuannya sampai menyebar di seberang benua.
"Aku pergi dulu Owy." Pey meninggalkan Owy di depan pintu rumah Dwei. Dia melambai, lalu membalikkan badan untuk kembali menatap jalan desa. Tangan Pey kemudian menggengam keranjang yang berisi penuh dengan tanaman herbal.
Owy masuk ke dalam rumah. Menunggu Dwei kembali dari ladang. Wanita itu masih bersi keras untuk pergi ke ladang walaupun usianya sudah memasuki angka seratus tahun, namun semangatnya tak kunjung padam.
Kali ini suasana tampak beda. Di dalam rumah yang hangat itu entah kenapa tampak suram dan Gelap.
Dua jendela di ruang depan telah di buka lebar, seseorang dari dalam dapat menatap jalanan setapak yang ada diluar dengan mudah. Cahaya dari luarpun dapat masuk dengan bebas. Tapi, kegelapan yang ada di dalam sini seperti tidak bisa disingkirkan oleh cahaya matahari. Oleh sinarnya yang kadang menyengat tepi kulit. Layaknya ada sebuah gumpalan yang menutupi jendela hingga semua cahaya tidak dapat masuk untuk mengusir kegelapan.
Perasaan aneh kemudian menyeruak masuk kedalam hati. Cemas dan gelisah.
Tepat saat matahari mulai membenamkan dirinya dibalik bukit Sasky, Dwei belum juga kembali.
Owy berjalan mondar-mandir di depan perapian. Sesekali dia membenarkan kain yang ada di meja beberapa kali. Mengusap debunya dan menata ulang kain tersebut. Ia kemudian mengetuk-ngetuk lantai dengan kakinya saat rasa cemas kembali menusuk hatinya.
Dimana Dwei? Apa yang sebenarnya dia lakukan di ladang?
Saat sedang menyalakan lilin di ujung meja makan. Saat lilin itu kembali mati karena tertiup angin malam Dawnton, suara ketukan terdengar di balik pintu rumah.
Owy berlari menuju pintu itu. Berhenti didepannya dan memutar gagang pintu yang terbuat dari besi tua, lalu membukanya.
"Dwei!." Sepasang mata gadis itu menemukan wanita yang ia cemaskan sejak tadi. Owy memeluk tubuhnya yang dingin karena terpaan angin malam.
Dwei masuk didalam rumahnya. Pintu telah tertutup kembali. Hangat. Rumah ini kembali hangat saat dirinya datang. Tapi, tubuh tua rentannya masih sedingin es. Tak kunjung menghangat. Uhukk, wanita tua itu terbatuk. Owy menatapnya. Wajahnya pucat.
"Ada apa Dwei, apa kau sakit?." Owy beranjak dari tempatnya untuk membuatkan sesuatu yang hangat lalu kembali kehadapan Dwei dengan membawa secangkir Wexpy Tea— racikan teh tradisional Dawnton dari serbuk Wex dan Buah Py— hangat. Owy menyodorkan cangkir dari kayu itu kepada Dwei yang masih berdiam diri dibawah sorot lilin yang ada diatasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLTAR ✔ [Tersedia Di Google Playbook]
خيال (فانتازيا)[SUDAH TERBIT E-Book] Perjalanan seorang Putri berdarah campuran berasal dari kerajaan ALLTAR yang tidak tahu jika dirinya adalah seorang putri raja. Dia berusaha untuk menemukan asal usulnya ketika gadis itu menyadari bahwa dirinya bukanlah anak d...