Chapter 3 - Rainbow Gateway

5.5K 658 50
                                    




Aku selalu bangun lebih pagi dari kebanyakan hellbender di Suaka Cahaya. Tetapi, pagi itu aku merasa yang lain telah mendahuluiku.

Bentangan sihir putih yang mengelilingiku makin sirna dan menampakkan balairung raksasa menyilaukan. Aku tengah berada di portal pusat, bersiap untuk menjalani aktivitasku, berpikir bahwa hari ini akan menjadi seperti hari-hari sibuk lainnya. Tetapi aku begitu terkejut mendapati kerumunan hellbender yang bergerombol di ujung jalan utama, menutupi tampakan dinding putih di bagian utara suaka, beberapa meter dari tempatku berdiri. Kerumunan itu terlihat seperti kerlipan lentera dalam berbagai warna. Suara-suara teriakan terdengar, begitu pula bisikan-bisikan, geraman, dan ocehan yang tak ada hentinya.

Aku berlari menuju mereka begitu saja, kepalaku terasa pening karena panik yang spontan. Aku sudah terbiasa mendengar para penduduk bercengkrama, tetapi aku tahu ada sesuatu yang aneh kali ini. Sesuatu yang tak pernah terjadi selama aku menetap di Suaka Cahaya. Aku mengamati para penduduk yang baru terbangun dan berlari tergesa dari bilik-bilik mereka, bertanya-tanya apa yang terjadi. Para hellbender saling berdesakan untuk mengintip pemandangan di balik segala kegemparan itu.

"Apakah mereka telah memeriksanya?!" Darlene berteriak di tengah kerumunan, kepalanya menjulang tinggi di antara rambut-rambut yang berkilauan.

"Apa yang terjadi??" Aku menepuk salah seorang hellbender di hadapanku, sembari berjinjit untuk melihat paras Darlene yang terlihat kalang-kabut di kejauhan. Hellbender yang ada di depanku itu segera berjengit ketika ia menyadari siapa aku.

"Putri Ziella," sahutnya, berusaha bersikap tenang di antara keramaian yang memekakkan. "Aku dengar pagi ini celah pelangi itu telah tercipta."

Bola mataku seakan nyaris meloncat keluar. "Apa?!"

Aku berjalan tergesa dan menyerobot kerumunan itu walau aku tahu mereka sudah akan menyediakan jalan untukku. Aku tak percaya apa yang baru saja kudengar, dan sebelum aku dapat menyaksikannya sendiri, aku tidak akan bernapas lega. Para hellbender yang ada sekitarku nampak begitu cemas, karena sepertinya mereka belum tahu jika Azelia memutuskan untuk membukanya tanpa mengumumkan apa-apa. Begitu aku tiba di barisan paling depan, permukaan putih gua itu akhirnya tampak jelas di hadapanku.

Lingkaran setinggi dua meter memantulkan kaleidoskop pelangi yang bergelombang, permukaannya beriak dan menggelegak, seperti sihir yang bernyawa. Aku membuka mulut syok, tak kusadari kakiku melangkah sendiri karena aku merasa ingin meraihnya segera. Celah pelangi. Setelah lima tahun lamanya, benda magis itu terlahir kembali dengan cantiknya. Celah itu adalah pintu gerbang menuju kebebasan, menuju Fantasia Cosmo.

Menuju dunia kami yang sesungguhnya.

Seseorang melentangkan tangannya di hadapanku, kontan membuatku terlonjak mundur. Darlene Grinesthelle menghalangi jalanku. "Apa yang kau lakukan? Jangan dekati portal itu!" bentaknya berang. Aku menarik napas kaget dan mengurungkan niatku. Beberapa hellbender terkejut memandang Darlene yang begitu berani padaku.

"Tapi, mengapa?" tanyaku terbata.

"Tuan Putri," Aku menoleh, mendapati Maggie berada di sampingku dan tengah mengusap kedua pundakku dengan lembut. Rambut magentanya bersinar terang saat ia melempar seringai tajam pada Darlene. "maaf ini sedikit membuatmu tidak nyaman, tetapi Will masih memeriksa apakah portal itu terjamin. Bisa saja ada kelompok penjahat yang sengaja menciptakan portal itu untuk merencakan penyerangan, atau bisa saja portal itu tidak mengarah pada Fantasia Cosmo. Kita masih belum tahu."

Aku bergumam. Kami semua masih berdiri di hadapan celah pelangi, menunggu dengan gelisah. Apabila celah pelangi ini benar mengarah ke Fantasia Cosmo, bukankah itu adalah hal yang sangat baik? Para hellbender menyuarakan komentarnya, ada yang sangat optimis dan berkata bahwa kami semua akhirnya akan hidup normal di bawah naungan langit beralas tanah berumput, ada yang pesimis mengatakan celah itu hanyalah taktik para penyihir untuk mengulang sejarah kelam, ada yang realistis dan berpendapat bahwa apapun yang terjadi, mereka masih memiliki 'rumah yang paling aman'-Suaka Cahaya.

Shine and Shadow (Dark and Light, #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang