Chapter 6 - Long Awaited Journey

7.1K 681 198
                                    

Magenta menyaksikan sisa tim bertarungnya yang lain datang berduyun dari lingkaran pelangi di sudut Balairung. Dilihatnya Darlene yang merangsek sambil terengah-engah, sementara Ace, Laura, dan Shimmer mengekori dengan siaga. Mata tajam Darlene menghunus setiap celah tempat bernaung mereka itu dengan teliti. Magenta menghela napas, mereka pasti segera kembali setelah merasakan adanya aura asing yang melintasi pemukiman tersembunyi ini.

"Penyihir, aku merasakan keberadaan penyihir," seru Darlene berapi-api. Gadis Hellbender berambut ivory itu hendak akan menarik pedangnya sebelum Magenta buru-buru menghampirinya.

"Tenangkan dirimu. Tidak ada yang berbahaya di sini, Darl," jelas Magenta langsung pada intinya. Ace, Laura, dan Shimmer sedikit melunakkan reaksi mereka yang waspada, dan mereka juga ditenangkan oleh pemandangan masyarakat hellbender yang tak menunjukkan tanda-tanda bahaya. Masyarakat itu sempat terkejut dengan kedatangan mereka, tetapi kini suasana kembali normal dan ramai. Namun, keempat pendatang baru itu sekilas mendeteksi ketegangan di atmosfer Suaka.

"Itu hanya Zveon," Ziella yang tengah berdiri di sisi kakaknya memberitahu di kejauhan. George hanya merangkul sisi bahunya dengan tenang. "ia tidak akan melukai kita semua, Darlene. Ia kemari untuk menjanjikan penghidupan yang layak bagi kita semua. Ia sedang berunding dengan Azelia."

Pernyataan Putri Hellbender itu tak membuat Darlene bersikap lebih tenang. Pupil matanya mengecil saking kagetnya. "Maksudmu, Ratu kita sedang berada sendirian bersama seorang pangeran penyihir? Brengsek, bagaimana bisa kalian membiarkannya mendekati beliau?!"

"Aku bisa mengatasi ini." Suara bising hunusan pedang terdengar ketika Laura bergegas dengan murka. "Aku takkan membiarkannya mencelakai ratu kami."

"Darlene! Laura!" Ziella tak menahan emosinya sambil berkata ketus. "Kubilang ia tidak akan melukai kita semua. Ia datang untuk membantu kita; untuk memberikan pertolongan pada kaum kita. Kumohon, jauhkanlah kebencian kalian yang tidak berguna itu!"

Darlene sedikit tersentak menanggapi gadis putri yang selalu ia remehkan itu. Selama ini yang diketahuinya hanyalah bahwa para penyihir cepat atau lambat akan merencanakan kehancuran atas kaum mereka seperti sediakala. Akan tetapi, ia tidak pernah menyangka bahwa pangeran penyihir itu akan datang begitu cepat setelah portal itu terbuka pagi ini. Ia selalu menerka bahwa kaum mereka akan hilang bersama dengan sejarah kelam, tanpa ada seorang pun yang akan mengintervensi keterasingan hidup mereka di bawah tanah. Akan tetapi, pangeran penyihir itu akhirnya datang, seakan tak membiarkan mereka sendiri bersama kegelapan silam. Entah apa yang dirasakan hellbender ivory itu saat ini; antara ragu dan heran.

Sejenak Darlene memaksa dirinya untuk percaya. Diangkatnya telapak tangannya untuk menghentikan aksi Laura yang tersulut amarah. Laura hanya bisa terhenyak dan bungkam, lalu menyarungkan pedangnya kembali dengan patuh. Magenta mengangkat alisnya saat Darlene bertempur dengan keraguannya sendiri.

"Apa yang penyihir itu katakan?" tanyanya penuh spekulasi.

"Ia tidak akan membiarkan kami di sini selamanya," ringkas Mag dengan senyuman puas. "seperti yang ia dulu katakan, Darl, ia datang untuk kita semua. Kau tahu? Segala tuduhanmu terhadapnya itu tidak benar." Mag melirik Ziella, gadis hellbender jingga sekaligus Tuan Putrinya itu, dengan lembut. "Dan yang terpenting, ia bukan penyihir jahat yang selama ini kau pikirkan."

Magenta memerhatikan perangah ketua timnya. Mungkin baginya ini masih amat sulit dipercaya, dan Mag tidak pernah melihatnya begitu gelisah seperti sekarang ini. Akan tetapi, Mag memiliki hal-hal yang paling ia herankan sendiri. Ditiliknya lagi Sang Tuan Putri, Ziella, yang kini tengah berangkulan dengan George dengan wajah cemas. Pikiran Mag melayang ke waktu kapan ia tengah memandikan putri hellbender itu kemarin—yang bertujuan untuk menenangkan hatinya yang gundah—dan tiba-tiba saja Ziella hampir tidak sadar bahwa ia hendak berubah, seakan ia telah mengalirkan kekuatan kolosal secara mengejutkan dari tubuhnya. Potensi itu tidak pernah ia dapati muncul dari Sang Tuan Putri sebelumnya.

Shine and Shadow (Dark and Light, #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang